Begini Kronologis Pembubaran Diskusi hingga Adanya Dugaan Pelecehan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Gejolak terjadi di asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan No. 10 Surabaya, Jumat (6/7) pekan lalu. Puluhan aparat kepolisian berjaga di depan asrama seakan mengepung para mahasiswa yang sedang menggelar diskusi di dalam. Pemicunya sepele, petugas dari Kecamatan Tambaksari Surabaya yang berencana melakukan operasi yustisi dilarang masuk. Curiga adanya diskusi yang menyimpang, pihak kecamatan pun meminta bantuan dari Polrestabes Surabaya. Bukannya mereda, kericuhan justu terjadi malam itu.
1. Diskusi dimulai pukul 18.00 WIB dan dibubarkan pukul 21.00 WIB
Salah seorang mahasiswa dari Front Mahasiswa Nasional, Anindya mengatakan bahwa undangan untuk diskusi di asrama mahasiswa Papua memang ditujukan kepada beberapa aliansi mahasiswa. Acara diskusi dimulai dari pukul 18.00 WIB. "Ketika itu saya telat datang pukul 20.00 WIB. Lalu pukul 20.30 WIB ada aparat yang datang dan coba masuk ke Asrama, pukul 21.00 WIB terpaksa harus bubar diskusinya," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Senin (9/7).
2. Suasana memanas, aparat bersitegang dengan mahasiswa hingga ada dugaan pelecehan
Editor’s picks
Karena situasi tidak kondusif, diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa di dalam asrama pun dibubarkan. Anindya mengaku dirinya juga ikut bersitegang waktu itu. Bahkan, dia didorong oleh oknum aparat hingga terjatuh. "Sekitar hampir pukul 21.00 WIB saya didorong, dialognya bentar doang. Saya mendapat pelecehan dari oknum polisi tidak berseragam, saya pernah ketemu dia waktu kasus di Keputih saya mau dilempar botol, sekarang saya ketemu lagi dan dilecehkan itu," kata Anindya.
3. Kapolrestabes sebut masyarakat terganggu dengan adanya orang tak dikenal di kawasan Asrama Mahasiswa Papua
Sementara itu, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan mengatakan pihaknya hanya mengetahui ada operasi yustisi. Terkait asanya diskusi menyimpang Rudi membenarkan kalau sebelumnya ada info mahasiswa Papua akan melakukan diskusi peringatan Papua merdeka. Kemudian juga menonton film "Biak Berdarah". "Untuk film Tidak ada yang melarang. Papua merdeka dilarang. Di sana banyak orang tidak dikenal. Masyarakat terganggu kenyamanan di sana. Sudah selayaknya pemkot melakukan yustisi," ujarnya.
4. Terkait adanya isu kekerasan Polisi minta semua pihak tidak terprovokasi
Sedangkan terkait adanya kekerasan atau pun pelecahan pihak kepolisian belum menerima laporan resmi. Kalau pun ada sebaran di media sosial terkait itu, Rudi mengimbau agar tidak terprovokasi. "Ada pihak Papua luka dorongan itu tambah tambahi. Jangan sampai terporvokasi dengan gerakan itu. Mereka seolah mendapat dukungan. Dunia medsos bisa mengubah. Di Instagram dinyatakan hoax, itu provokasi ajakan itu. Orang yang melakukan perbuatan keonaran memisahkan diri dari Indonesia terdukung. Jangan sampai temanipulasi orang yang akan lakukan penertiban terbalik (disalahkan)Tidak ada reprensif, kita yustisi biasa," pungkasnya.