Pengamat: Gerakan Mahasiswa Harus Dilakukan Terus Menerus

Mahasiswa juga perlu datangi pimpinan politik

Jakarta, IDN Times - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Adi Prayitno mengatakan, gerakan mahasiswa tidak bisa dilakukan hanya sekali atau dua kali saja. Ini karena tuntutan yang dilayangkan tidak bisa diwujudkan dalam waktu yang singkat. 

"Yang ingin saya katakan adalah gerakan mahasiswa gak bisa simultan, hari ini demo dan harus diikuti kemauannya, gak bisa," ujar Adi dalam diskusi yang bertajuk "Demo Mahasiswa Aksi dan Substansi, Sabtu (28/9), di Jakarta.

Adi menambahkan, dengan memakan waktu yang cukup lama pun, tuntutan tidak bisa terealisasikan sepenuhnya, hal ini berdasarkan pengalamannya selama 10 tahun menjadi aktivis.

"Itulah saya kira pengalaman kita jadi aktivis 10 tahun, di antara 100 tuntutan yang kita inginkan, mungkin 10 yang akan terpenuhi," jelasnya.

Baca Juga: Ibu Korban Kekerasan Demonstrasi DPR Menangis di Komnas HAM

1. Gerakan harus dilakukan terus menerus

Pengamat: Gerakan Mahasiswa Harus Dilakukan Terus MenerusIDN Times/Margith Juita Damanik

Menurut Adi, jika melihat logika gerakan massa, gerakan yang dilakukan mahasiswa untuk menolak sejumlah rancangan undang-undang (RUU) yang bermasalah, harus dilakukan terus menerus.

"Dalam logika gerakan massa, ini harus dilakukan secara kontinu, hari ini ditolak, besok datang lagi, hari ini ditolak, besok datang lagi, dan seterusnya, sehingga semua proses tuntutan itu harus selesai," ujarnya.

2. Kedepannya gerakan mahasiswa jangan berhenti di jalan saja

Pengamat: Gerakan Mahasiswa Harus Dilakukan Terus MenerusIDN Times/Prayugo Utomo

Gerakan mahasiswa ini seharusnya tidak hanya dilakukan dengan turun ke jalan saja, Adi mengatakan, mahasiswa juga harus mendatangi pimpinan-pimpinan politik sebagai proses lobi.

"Yakinkan pada mereka RUU KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) itu meresahkan dan merugikan rakyat Indonesia, datangi pimpinan-pimpinan fraksi yang ada di DPR, yakinkan pada mereka UU ini cukup kontroversial dan merugikan rakyat, datangi Presiden, peluk hati dan pikirannya bahwa UU ini merugikan dan menyesatkan," katanya.

3. Prihatin atas aksi mahasiswa yang memakan korban

Pengamat: Gerakan Mahasiswa Harus Dilakukan Terus MenerusIDN Times/Gideon Aritonang

Adi juga menyampaikan keprihatinannya atas ditahannya sejumlah mahasiswa yang turun ke jalan untuk berunjuk rasa, bahkan sampai memakan korban.

"Kita cukup prihatin kemudian ada mahasiswa yang terbunuh, ada yang tertangkap. Kita juga prihatin dengan polisi yang banyak juga gara-gara bentrok itu ada yang luka patah semacamnya," kata dia.

Adi berharap, dalam melakukan aksinya peserta bisa tertib. "Pola-pola gerakan yang dilakukan oleh teman-teman mahasiswa dan STM harus cara yang baik dan damai, tidak boleh ada bentrok dengan polisi, tidak boleh ada perusakan fasilitas publik karena yang dirugikan adalah sama-sama anak bangsa," tambah Adi.

4. Substansi aksi sudah jelas

Pengamat: Gerakan Mahasiswa Harus Dilakukan Terus MenerusIDN Times/Aulia Fitria

Bagi Adi, substansi yang disampaikan oleh mahasiswa pada aksi sebelumnya sudah jelas.

"Substansi sudah dapat, tidak perlu disampaikan. Demonstrasi itu bukan kuliah di kelas, bukan seminar-seminar ilmiah, cukup melihat poster-poster sudah bisa dijawab dengan baik," ujarnya.

Adi juga menambahkan bahwa dalam sebuah aksi, pesan yang disampaikan itu beragam, hal ini terlihat dari aktivitas yang dilakukan mahasiswa dalam aksi tersebut.

"Artinya demonstrasi itu pesannya banyak, bisa melalui poster, orasi atau goyang-goyang pagar. itu pesan politiknya," ujar Adi.

https://www.youtube.com/embed/OnEAL8Stah4

Baca Juga: BEM Unair Surabaya Bingung Kenapa Mahasiswa Tak Mau Temui Jokowi

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya