Aktor Intelektual Bom Filipina Terima Aliran Dana Rp400 Juta

Polri pastikan pelaku bom bunuh diri di Filipina adalah WNI

Jakarta, IDN Times - Aktor intelektual peristiwa bom bunuh diri di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari 2019 lalu menerima aliran dana dari berbagai negara.

Saefulah alias Daniel alias Chaniago yang merupakan seorang afiliasi ISIS, menyalurkan dana tersebut kepada kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ada di Indonesia.

1. Ini pengirim dana yang diterima Saefulah

Aktor Intelektual Bom Filipina Terima Aliran Dana Rp400 JutaIDN Times/Axel Jo Harianja

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol. Dedi Prasetyo mengatakan, uang itu dikirimkan oleh 12 orang. Saefulah menerima uang kiriman itu hingga mencapai Rp400 Juta.

"Dari kedua belas aliran dana tersebut, dari mulai Maret 2016-September 2017 seluruhnya terkumpul Rp413.169.857. Mereka menggunakan sistem aliran dana western union," jelas Dedi Prasetyo dalam konferensi pers di Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (22/7).

12 orang mengirimkan uang kepada Saefulah antara lain:

1.Yahya Abdul Karim dari Trinidad & Tobago (4 kali);
2. Fawaaz Ali dari Trinidad & Tobago;
3. Keberina Deonarine dari Trinidad & Tobago;
4. Ahmed Afrah dari Maldives;
5. Ricky Mohammed dari Trinidad & Tobago (2 kali);
6. Ian Marvin Bailey dari Trinidad & Tobago;
7. Pedro Manuel Morales Mendoza dari Venezuela;
8. Mehboob Suliman dari Jerman;
9. Simouh Ilyas dari Jerman;
10. Muslih Ali dari Maldives;
11. Furkan Cinar dari Trinidad & Tobago;
12. Jonius Ondie Jahali dari Malaysia.

2. Polri: Ada mastermind lainnya yang masih DPO

Aktor Intelektual Bom Filipina Terima Aliran Dana Rp400 JutaIDN Times/Arief Rahmat

Dedi menjelaskan, masih ada mastermind asal Indonesia lainnya yang masih berstatus daftar pencarian orang (DPO) yang bernama Abu Saidah.

"Abu Saidah ini perannya bertemu di Bogor dan memberikan uang ke Novendri sebesar Rp18 juta," jelas Dedi.

Novendri merupakan teroris JAD Sumatera Barat yang ditangkap pada Kamis (18/7) lalu di Padang, Sumatera Barat.

Selanjutnya Novendri, kata Dedi, memberikan sejumlah uang dari pertemuan di Bogor itu kepada Bondan yang merupakan teroris JAD Bekasi. Bondan memiliki kemampuan merakit bom TATP high explosive dan merekrut beberapa orang.

Selain itu, Bondan juga akan melakukan serangan terorisme secara terstruktur maupun suicide bomber saat demo 21-22 Mei 2019 di depan kantor KPU dan Bawaslu.

"Yang bersangkutan (Bondan) ditangkap sebelum demo terjadi yaitu pada 8-14 Mei," kata Dedi.

Dedi melanjutkan, jaringan teroris ini juga terhubung dengan Heru Kuncoro alias Uceng, yang merupakan adik ipar dari Dul Matin pelaku bom Bali 1. Uceng sendiri pernah dipidana dan ditangkap di Filipina tahun 2002 dan 2010. Ia ditangkap lagi di Indonesia sebagai residivis terorisme pada 2011 dan dibebaskan pada 2017. Akan tetapi, ia ditangkap lagi ketika akan berangkat ke Iran.

"Heru Kuncoro ini memiliki peran cukup dominan di jaringan JAD Indonesia karena berkomunikasi dengan Abdul Wahid, tokoh sentral ISIS Indonesia di Suriah. Diduga yang bersangkutan (Abdul Wahid) tewas di Suriah awal Januari 2019," ujar Dedi.

Lebih lanjut, saat ini Densus 88 sedang melakukan pemetaan dan mengidentifikasi kembali napiter yang sudah keluar, deportan dari Suriah yang sudah masuk ke Indonesia, termasuk para DPO yang masih dikejar.

"Jaringan komunikasi polisi Indonesia kita aktifkan dengan kepolisian Filipina, Malaysia, Afganistan. Ini untuk mencegah aksi terorisme terstruktur oleh JAD," tutur Dedi.

Baca Juga: Polri Pastikan Pelaku Bom Gereja Filipina Adalah Suami-Istri WNI

3. Polri pastikan pelaku bom bunuh diri di Filipina adalah WNI

Aktor Intelektual Bom Filipina Terima Aliran Dana Rp400 JutaANTARA FOTO/Armed Forces of the Philippines -Western Mindanao Command/Handout via REUTERS

Mantan Wakapolda Kalimantan Barat itu sebelumnya mengatakan, berdasarkan hasil keterangan teroris JAD Sumbar, Novendri alias Abu Zahran alias Abu Jundi, pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari 2019 lalu adalah Warga Negara Indonesia (WNI).

"Setelah penangkapan saudara Novendri dan penangkapan Yoga (Teroris JAD Kalimantan Timur ditangkap Juni 2019), ternyata pelaku suicide bomber di Filipina adalah dua orang Indonesia atas nama Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh. Ini yang diduga sebagai pelaku suicide bomber di Filipina," ungkap Dedi dalam Konferensi Pers di Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (22/7).

Dalam kesempatan itu, Dedi menjelaskan, hasil tes DNA oleh aparat keamanan Filipina saat itu belum dapat ditemukan pembandingnya. Hal itu membuat pihak kepolisian Filipina sulit mengidentifikasi siapa pelaku suicide bomber di Jolo.

Tim Densus 88 kata Dedi juga telah bekerja sama dengan kepolisian Filipina, namun saat itu masih juga belum berhasil mengidentifikasi terduga pelaku.

"Karena kedua tersangka ini masuk lewat jalur ilegal Filipina. Sehingga identitas kedua pelaku tidak ter-record dengan baik di Filipina. Sehingga, kita tidak bisa mengidentifikasi pelaku suicide bomber," jelas Dedi.

"Ada 5 tersangka di FIlipina menyebutkan pelakunya diduga orang Indonesia, karena logat dan bicaranya, kebiasaannya seperti kebiasaan orang Indonesia," sambungnya.

Baca Juga: Kisah Dua Anak Teroris Bangkit dari Puing-Puing Radikalisme

4. Dua pelaku dikendalikan oleh aktor intelektual yang ada di Afganistan

Aktor Intelektual Bom Filipina Terima Aliran Dana Rp400 JutaIlustrasi Terorisme / IDN Times (Sukma Shakti)

Dedi kemudian memaparkan, dalam melancarkan aksi terornya, dua pelaku pengeboman di Jolo Filipina itu, dikendalikan oleh seseorang yang berstatus daftar pencarian orang (DPO), bernama Saefulah alias Daniel alias Chaniago. Saefulah kata Dedi juga diduga sebagai mastermind (aktor intelektual) dalam melancarkan aksi terornya.

Saefulah lanjut Dedi, saat ini berada di wilayah Khorasan, Afganistan. Alasan Saefulah ada di wilayah itu karena, pasca kekalahan ISIS di Suriah, kekuatan Al Baghdadi langsung pecah.

"Saat ini kekuatan ISIS sudah mengarah ke suatu daerah, yaitu di Khorasan Afghanistan. Ini daerah abu-abu, daerah perbatasan yang tidak bisa dikontrol oleh suatu pemerintah, itu sebabnya mereka kuat di situ," papar Dedi.

Dari hasil keterangan Novendri dan usai polisi mengetahui mastermind-nya adalah Saefulah, Densus 88 kata Dedi, bekerja sama dengan beberapa kepolisian seperti PDRM, kepolisian Filipina, Afghanistan, termasuk beberapa negara lain seperti AFP, Amerika Serikat dan sebagainya.

5. Hasil DNA jasad pelaku bom belum rampung

Aktor Intelektual Bom Filipina Terima Aliran Dana Rp400 Jutawww.philstar.com

Kepolisian Nasional Filipina (PNP) sebelumnya masih menunggu hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari lalu.

“Sampai saat ini belum ada hasilnya,” kata Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang seperti dilansir Kantor Berita Antara, Selasa (5/2).

Hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku pengeboman akan sangat penting untuk membuktikan dugaan keterlibatan dua WNI dalam insiden yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka, seperti sebelumnya disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano.

Dalam konferensi pers di Provinsi Visayas, Filipina, pada 1 Februari lalu, Ano menyebut pelaku bom bunuh diri adalah pasangan suami istri WNI bernama Abu Huda dan seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya.

Kedua pelaku dibantu oleh Kamah, anggota kelompok Ajang-Ajang yang berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Faksi tersebut telah menyatakan dukungannya kepada jaringan teroris IS.

Namun, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, pihak intelijen Filipina (NICA) sendiri belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang dilakukan Menteri Ano tentang keterlibatan WNI dalam insiden tersebut.

6. Tersangka utama telah menyerahkan diri

Aktor Intelektual Bom Filipina Terima Aliran Dana Rp400 JutaANTARA FOTO/Armed Forces of the Philippines -Western Mindanao Command/Handout via REUTERS

Pada 4 Februari lalu, Kepala Kepolisian Nasional Filipina Oscar D. Albayalde menyampaikan keterangan pers bahwa Kammah L. Pae, seorang pria warga Jolo yang diyakini sebagai tersangka utama sekaligus donatur aksi pengeboman, telah menyerahkan diri bersama empat orang lainnya, yaitu Albaji Kisae Gadjali alias Awag, Rajan Bakil Gadjali alias Radjan, Kaisar Bakil Gadjali alias Isal, serta Salit Alih alias Papong.

Kelima orang tersebut adalah anggota kelompok Abu Sayyaf di bawah pimpinan Hatib Hajan Sawadjaan. Mereka menyerahkan diri setelah kepolisian dan militer Filipina melakukan operasi pengejaran besar-besaran.

Kamah diyakini sebagai bagian dari anggota tim yang memandu para pelaku bom bunuh diri, yaitu pasangan Asia yang belum teridentifikasi identitasnya. Pasangan tersebut diketahui tiba di Jolo dengan menggunakan perahu pada 24 Januari 2019.

Baca Juga: Terduga Teroris JAD Sumbar Berencana Lancarkan Teror pada 17 Agustus

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya