Kepala BKKBN: Bom Bayi Lebih Berbahaya dari Bom Sesungguhnya

Nikah usia muda menyebabkan angka kematian ibu hamil tinggi

Malang, IDN Times - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo mengatakan, bom bayi lebih berbahaya dibandingkan dengan bom yang sesungguhnya.

Hal itu merujuk dari istilah generasi Baby Boomers yang biasanya dalam satu keluarga memiliki anak lebih dari dua. Menurut Hasto, karena bom bayi, sebanyak 15 ribu ibu hamil meninggal dalam kurun waktu satu tahun.

"Bom bayi lebih berbahaya dari bom sesungguhnya. Ibu hamil melahirkan tidak boleh meninggal, karena orang hamil orang normal, bukan orang sakit. Orang sakit sulit hamil, orang hamil orang sehat," kata Hasto di SMAN 1 Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (17/7).

Baca Juga: Film "Dua Garis Biru" Picu Kontroversi, BKKBN Angkat Bicara

1. Di Malaysia, polisi didatangkan jika ibu hamil meninggal

Kepala BKKBN: Bom Bayi Lebih Berbahaya dari Bom SesungguhnyaIDN Times/Axel Jo Harianja

Dalam kesempatan itu, Hasto menerangkan, jika ada ibu hamil yang meninggal di Malaysia, mereka akan melakukan audit maternal perinatal (AMP) dengan mendatangkan pihak kepolisian.

Hal ini lantaran kematian ibu hamil dikategorikan sebagai kematian yang tidak wajar. Diketahui, AMP merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu hamil.

"Di kita (Indonesia) masih toleran, audit maternal perinatal tidak sampai datangkan polisi," terang Hasto.

Ia menambahkan, angka kematian ibu hamil mencapai 305 orang setiap 100 ribu kelahiran. Hal ini berbeda dengan Singapura, yang hanya mencapai angka enam sampai tujuh kematian dalam setiap 100 ribu kelahiran.

"Tapi itu menyedihkan maksud saya. Banyak sekali kematian ibu bayi yang harusnya tidak mati," sambung Hasto.

2. Kawin usia muda juga menyebabkan tingginya angka kematian ibu hamil

Kepala BKKBN: Bom Bayi Lebih Berbahaya dari Bom Sesungguhnya(Ilustrasi pernikahan) IDN Times/Sukma Shakti

Hasto juga memaparkan, salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu hamil karena kawin di usia muda. Menurut Hasto, sebanyak 45 persen orang menikah di bawah usia 19 tahun.

Ia pun mencontohkan, 45 dari 100 orang di Kabupaten Malang, menikah di bawah usia 19 tahun. Hal itu pun membuat angka kematian ibu masih terjadi.

"Tuhan menciptakan bayi biparietal (diameter kepala bayi) diameternya 10 sentimeter. Barang siapa umurnya masih 16 tahun,18 tahun diameternya belum sampai 10 sentimeter. Kalau tidak 10 sentimeter, tidak bisa melahirkan dengan normal," paparnya.

"Sehingga, banyak yang lahir kepalanya benjol sana benjol sini karena molase, untuk menyesuaikan antara ukuran kepala bayi dengan panggulnya ibu. Sehingga, kalau ada trauma intracerebral atau di dalam otak, terjadi gangguan yang akhirnya kecerdasannya tidak baik, IQ-nya rendah," jelasnya lagi.

3. Mulut rahim anak-anak SMA masih ektropion

Kepala BKKBN: Bom Bayi Lebih Berbahaya dari Bom SesungguhnyaMujtaba Herbal

Mantan Bupati Kulon Progo itu menuturkan, mulut rahim anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), masih ektropion.

Dilansir dari berbagai sumber, ektropion adalah kondisi di mana sel-sel kelenjar yang seharusnya ada di dalam serviks (leher rahim) tetapi tumbuh di luar serviks. Akibatnya, terbentuk daerah peradangan yang terlihat tergerus dan terinfeksi.

Akan tetapi, menurut Hasto, semakin bertambahnya usia perempuan, mulut rahim itu akan semakin menutup.

"Kalau sudah nutup semua, jika terjadi sexual intercourse (berhubungan intim), maka Insyaallah daerah yang sudah sering terjadi kanker mulut rahim sudah tertutup rapat-rapat," tuturnya.

"Inilah nikah di usia 20 tahun punya makna besar. Yang saya sampaikan bukan ilmu dokter, bukan ilmu saya, tapi ini ilmu dari Allah yang sudah sangat evidance base, semua statistical review. Di seluruh dunia sudah mengkaji ini, sama hasilnya," hasto menegaskan.

Baca Juga: BKKBN: Angka Pernikahan Dini di Indonesia Masih Tinggi

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya