Kepala BNPB: Sehebat Apa pun, Teknologi Tak Akan Mampu Melawan Alam

Vegetasi adalah jawaban menghadapi bencana

Bandung, IDN Times - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP), Letjen TNI Doni Monardo, mengatakan masyarakat tidak hanya harus meningkatkan kemampuan dan kapasitas dalam menghadapi bencana, melainkan juga harus mengurangi potensi atau risiko bencana. Caranya, dengan mengurangi sumber masalah, yaitu kerusakan lingkungan.

"Kita hidup dalam suatu keseimbangan ekosistem di negeri yang indah ini, dengan kekayaan sumber daya alam yang sekaligus juga merupakan ancaman akibat fenomena alam. Jika alam rusak, maka ekosistem terganggu dan dampak buruk pasti terjadi," ujarnya dalam acara Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2019 di Sesko TNI AU, Lembang, Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/4).

Baca Juga: BNPB Tegaskan HKB Bukan Seremoni, Melainkan Mengedepankan Aksi Nyata

1. Teknologi sehebat apa pun tak akan bisa melawan alam

Kepala BNPB: Sehebat Apa pun, Teknologi Tak Akan Mampu Melawan AlamKepala BNPB Doni Monardo (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Menurut Doni, sehebat apa pun teknologi buatan manusia, tidak akan mampu melawan alam. Mitigasi melalui vegetasi, kata Doni, menjadi sebuah jawaban dalam menghadapi bencana.

"Semua pantai yang berpotensi bencana tsunami kita tanami pohon. Ingat, tsunami adalah mesin pembunuh nomor satu di dunia," kata ia.

2. Pohon mampu meredam gelombang Tsunami hingga 80 persen

Kepala BNPB: Sehebat Apa pun, Teknologi Tak Akan Mampu Melawan AlamIDN Times/ Mela Hapsari

Doni mengungkapkan, pohon atau hutan pantai mampu meredam keganasan gelombang tsunami hingga 80 persen. Menurutnya, pohon dapat dikategorikan sebagai infrastruktur alam yang menjadi jawaban konkret untuk mencegah jatuhnya banyak korban bencana alam.

Menanam pohon di kawasan rawan banjir dan longsor pun, kata Doni, menjadi kewajiban mutlak yang dimotori para pemimpin dari tingkat paling tinggi hingga ke bawah.

"Ukurannya bukan berapa juta pohon yang kita tanam, tapi berapa banyak yang bisa tumbuh. Ajakan ini harus menjadi gerakan semesta yang melibatkan semua pihak," ungkap Doni.

"Dengan mitigasi ini, dengan cara vetegasi menanam pohon, maka kita bisa menyelamatkan banyak nyawa sekaligus menjaga suhu bumi," sambung ia.

Pesan lainnya yang tak kalah penting, ialah mengurangi penggunaan bahan plastik sekali pakai.

"Semua institusi negara, kelompok pendidikan, dan komunitas bisnis wajib mengampanyekan pengurangan sampah plastik," jelas Doni.

3. Setiap fasilitas harus melaksanakan latihan atau simulasi bencana

Kepala BNPB: Sehebat Apa pun, Teknologi Tak Akan Mampu Melawan AlamIlustrasi Simulasi Bencana (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Lebih lanjut, Doni berharap agar setiap fasilitas yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah maupun swasta, dapat melaksanakan latihan atau simulasi bencana di lingkungan mereka masing-masing.

Saat ini, telah tercatat dalam sistem pendaftaran online di situs siaga.bnpb.go.id, bahwa lebih dari 53 juta masyarakat Indonesia berkomitmen untuk turut serta dalam gerakan Hari Kesiapsiagaan Bencana pada 26 April 2019.

"Untuk itu, kami haturkan penghargaan dan terima kasih setinggi-tingginya atas komitmen
dan upaya bersama dalam membangun budaya sadar bencana kepada semua pihak, yaitu relawan, komunitas, LSM, lembaga-lembaga pemerintahan, termasuk TNI dan POLRI, media, lembaga-lembaga usaha di berbagai bidang, para tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat, para guru dan tenaga pendidik lainnya," jelas Doni.

"Dan tentunya para ibu dan perempuan yang dengan penuh dedikasi melibatkan diri secara aktif untuk mendidik kesiapsiagaan dalam keluarga dan komunitasnya. Kegiatan ini milik kita bersama, gerakan ini untuk kita dan oleh kita, untuk menjaga agar kita terhindar dari mara bahaya dan bencana," kata ia lagi.

4. HKB 2019 dilaksanakan di Lembang, Bandung

Kepala BNPB: Sehebat Apa pun, Teknologi Tak Akan Mampu Melawan AlamHKB 2019 (IDN Times/Axel Jo Harianja)

BNPB dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan HKB atau Hari Kesiapsiagaan Bencana di Lembang. Terkait dengan wilayah Lembang, hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, menunjukkan bahwa wilayah ini teridentifikasi Sesar Lembang yang berpotensi gempa magnitudo maksimum M 6,8.

Beberapa rangkaian kegiatan, meliputi ikrar sukarelawan, pengukuhan forum PRB Jawa Barat dan Pembina Pramuka Siaga Bencana, geladi ruang, penanaman pohon dan rambu bencana, geladi lapang, penandatanganan nota kerja sama, peluncuran produk kesiapsiagaan, dan field trip menuju Tebing Keraton. Sejumlah lebih dari 2.000 orang terlibat dalam penyelenggaraan HKB di Lembang yang digelar sejak 22 hingga 26 April 2019.

Baca Juga: HKB 2019, Kepala BNPB: Tren Bencana di Indonesia Meningkat Tiap Tahun

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya