Presma UIN Jakarta: Mahasiswa Paling Terdampak Gegara Virus Corona

Kebijakan pemerintah harus dikeluarkan berlandaskan sains

Jakarta, IDN Times - Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Sultan Rivandi, menilai generasi millennial khususnya mahasiswa adalah generasi yang paling terdampak akibat pandemik virus corona atau COVID-19. Hal itu diungkapkan Sultan, dalam Webinar IDN Times bertajuk New Normal or The Great Reset: Life After Pandemic COVID-19.

"Di mana ada jutaan fresh graduate bingung ketika lulus, kok begini situasinya? Atau mungkin yang sedang ingin lulus atau mungkin yang sudah setahun lulus. Atau banyak sekali anak millennial yang sedang merintis karier kemudian berjuang di kondisi nyata hari ini, berada pada situasi yang sangat gersang," kata Sultan, Jumat (12/6).

1. Kebijakan pemerintah harus dikeluarkan berlandaskan riset atau sains

Presma UIN Jakarta: Mahasiswa Paling Terdampak Gegara Virus CoronaSultan Rivandi (Instagram/@sultan_rivandi)

Selain itu, Sultan menilai, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat ini banyak tidak berlandaskan pada riset ilmuwan atau sains. Kebijakan itu juga dianggap tidak fit and proper, dengan kondisi yang terjadi di lapangan.

"Bukan hanya pada sektor ekonomi saja, tapi itu tadi segala macam infrastruktur kebijakan itu mesti didiagnosis dengan kalkulasi, atau berlandaskan dengan hal-hal yang bisa dipertanggung jawabkan," kata Sultan.

2. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah belum mengindikasikan kehidupan menuju normal baru

Presma UIN Jakarta: Mahasiswa Paling Terdampak Gegara Virus CoronaPenerapan prosedur normal baru di Masjid Baiturrahim, Kompleks Istana Kepresidenan (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/POOL)

Menurut Sultan, ada ketimpangan yang luar biasa dari dampak pandemik COVID-19. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Februari, kata Sultan, ada 5-6 juta orang yang menganggur akibat dampak COVID-19.

"Ini bisa bertambah hingga 15 juta pengangguran. Itu yang sudah ada di lapangan, belum berbicara yang otw (menuju) nganggur, otw miskin, fresh graduate, dan lain-lain sebagainya," kata dia.

Sultan mengatakan, sebagai masyarakat, para mahasiswa juga membutuhkan tindakan yang jelas dari pemerintah agar siap menjalankan hidup normal baru atau new normal.

"Tetapi kita lebih sering melihat, kok kebijakan-kebijakan yang terukur dan tepat ini belum mengindikasikan kehidupan kita menuju pada sesuatu yang normal baru?" ucap Sultan.

3. Mahasiswa tidak langsung larut dalam depresi akibat dampak COVID-19

Presma UIN Jakarta: Mahasiswa Paling Terdampak Gegara Virus CoronaIDN Times/Muhamad Iqbal

Hal-hal yang dipaparkan Sultan tadi menimbulkan segala macam pertanyaan di kalangan mahasiswa. Mahasiwa, kata Sultan, selalu mempertanyakan apa yang harus mereka lakukan kedepannya.

"Segala macam pertanyaan itu kan yang sebetulnya menjadi depresi yang terakumulasi bagi mahasiswa. Tetapi, juga tidak terus menerus tenggelam di tengah depresi tersebut," tuturnya.

"Kita terus berkonsolidasi, bagaimana kemudian kerja-kerja bakti sosial kita lakukan di lingkungan sekitar. Gairah gotong royong juga kita selaraskan dengan segala macam kekuatan kita," sambungnya.

Lebih lanjut, Sultan kembali menegaskan, pemerintah harus melakukan kebijakan yang tepat dan terukur serta dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

"Untuk segera keluar dari keadaan tidak normal. Kemudian bersiap masuk pada kehidupan normal baru," ungkapnya.

Baca Juga: Masuki Normal Baru, Moeldoko: Pemerintah Tak Ingin Korbankan Rakyat 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya