Selama masa perjuangan Tan Malaka, kurang lebih 89 ribu kilometer, dua benua, dan 11 negara telah dilaluinya. Mulai dari Pandan Gadang, Bukittinggi, Batavia, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Kediri, Surabaya, Amsterdam, Berlin, Moskow, Amoy, Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hongkong, Singapura, Rangon, dan Penang.
Selain itu, Tan Malaka juga sempat menggunakan 23 nama samaran yang digunakan untuk melindungi dirinya dari kejaran polisi. Ia juga sudah 13 kali dipenjara selama masa perjuangannya. Semua pengorbanan dan perjuangannya itu tentu menunjukkan kegigihan Tan Malaka untuk berjuang demi Indonesia.
Karena kegigihannya, perjuangan Tan Malaka dinilai melebihi perjuangan Soekarno dan Hatta. Bahkan, hal itu langsung diakui oleh Presiden Soekano dalam kongres ke-V Partai Murba pada 15 Desember 1960. Soekarno kala itu mengakui kepiawaian Tan Malaka sebagai seorang revolusioner.
Tetapi, nasib tragis harus dialami oleh Tan Malaka. Pada 21 Februari 1949 di kaki Gunung WIlis Kediri Desa Selopanggung, Tan Malaka dieksekusi dengan cara ditembak mati oleh bangsanya sendiri. Di usianya yang ke-52 tahun itu, ia meninggal dan tidak bisa menikmati kemerdekaan yang dia perjuangkan selama ini.
Tan Malaka ditembak mati atas perintah Letnan Duo Sukotjo dari Batalion Sikatan bagian Divisi Brawijaya. Perintah itu dikeluarkannya karena seruan Tan Malaka yang menilai penahanan Soekarno-Hatta membuat kekosongan kepemimpinan dan elit militer yang tak ingin bergerilya, dianggapnya membahayakan stabilitas keamanan negara. Akhirnya, sang pejuang revolusi itu pun ditangkap dan dieksekusi mati.
Disarikan dari buku Tan Malaka, Merajut Masyarakat dan Pendidikan Indonesia yang Sosialistis.