Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Screenshot_20250624_153126_WhatsApp.jpg
Tangkapan layar ombak besar di beberapa destinasi wisata di Nusa Penida. (Dok. IDN Times/istimewa).

Intinya sih...

  • Tiga siklon memicu gelombang tinggi di perairan Indonesia

  • Kecepatan angin mencapai 30 knot, berpotensi memicu gelombang ekstrem

  • Sejumlah wilayah berpotensi gelombang tinggi hingga 6 meter, mengancam keselamatan pelayaran

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi yang dapat terjadi di sejumlah perairan Indonesia pada 25–28 November 2025. Masyarakat dan pelaku aktivitas laut diminta mewaspadai kondisi ini.


1. Tiga siklon memicu gelombang tinggi

BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem, Maluku dan NTT Terancam Hujan Lebat hingga Gelombang Berbahaya akibat Siklon Fina (dok. BMKG)

BMKG mencatat adanya tiga sistem siklon yang memengaruhi kondisi cuaca laut Indonesia, yaitu:

  • Siklon Tropis FINA (13.9°LS, 128.2°BT) di Laut Timor wilayah Perairan sebelah barat daya Darwin, Australia.

  • Bibit Siklon 95B (5.5°LU 99.3°BT) di Selat Malaka bagian timur Aceh.

  • Bibit Siklon 92W (9.5°LU 128.2°BT) di Laut Filipina bagian utara Maluku Utara.

Ketiga fenomena tersebut meningkatkan kecepatan angin yang berpotensi memicu gelombang ekstrem.

2. Kecepatan angin capai 30 knot

ilustrasi angin (pexels.com/Life Of Pix)

BMKG juga menjelaskan pola angin di wilayah Indonesia sebelah utara cenderung bertiup dari barat laut ke timur laut dengan kecepatan 6–30 knot. Sementara itu, di wilayah selatan Indonesia angin umumnya bergerak dari tenggara menuju barat daya dengan kecepatan 6–25 knot. BMKG mencatat kecepatan angin tertinggi terjadi di Selat Malaka bagian tengah.

3. Sejumlah wilayah berpotensi gelombang tinggi hingga 6 meter

Tangkapan layar ombak besar di beberapa destinasi wisata di Nusa Penida. (Dok. IDN Times/istimewa).

Kondisi cuaca tersebut memicu potensi gelombang antara 1,25 hingga 2,5 meter di sejumlah wilayah perairan, seperti Selat Malaka bagian tengah, Samudra Hindia barat Kep. Mentawai, Samudra Hindia barat Lampung, Samudra Hindia selatan Jawa Barat, Samudra Hindia selatan DI Yogyakarta, Samudra Hindia selatan Bali, Samudra Hindia selatan NTT, Laut Jawa bagian barat, Laut Sulawesi bagian barat, Laut Sulawesi bagian timur, Samudra Pasifik utara Maluku, Samudra Pasifik utara Papua Barat, Laut Arafuru bagian barat, Selat Malaka bagian utara, Samudra Hindia barat Bengkulu, Samudra Hindia selatan Banten, Samudra Hindia selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia selatan Jawa Timur,  Samudra Hindia selatan NTB, Selat Karimata bagian utara, Selat Makassar bagian utara, Laut Sulawesi bagian tengah, Laut Maluku, Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya, Samudra Pasifik utara Papua.

Adapun gelombang 2,5 hingga 4,0 meter diperkirakan terjadi di perairan Samudra Hindia barat Aceh dan barat Kepulauan Nias. Sementara itu, gelombang 4,0 hingga 6,0 meter berpotensi muncul di wilayah Laut Natuna Utara.

BMKG mengingatkan bahwa potensi gelombang tinggi ini dapat mengancam keselamatan pelayaran. Nelayan dan pelaku transportasi laut diminta berhati-hati, terutama pengguna perahu nelayan (kecepatan angin di atas 15 knot dan gelombang lebih dari 1,25 meter), kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan gelombang di atas 1,5 meter), kapal ferry (kecepatan angin di atas 21 knot dan gelombang lebih dari 2,5 meter), serta kapal besar seperti kargo atau kapal pesiar (kecepatan angin di atas 27 knot dan gelombang lebih dari 4 meter).

Selain itu, masyarakat pesisir yang tinggal atau beraktivitas di sekitar wilayah rawan gelombang tinggi juga diimbau untuk tetap meningkatkan kewaspadaan.

Editorial Team