Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
6DCD3C87-9AE3-4291-8260-113C758EF752.jpeg
Polres Jakarta Pusat merilis penahanan bos Terra Drone, Jumat (12/12/2025). (IDN Times/Irfan Fathruohman)

Intinya sih...

  • Michael Wisnu Wardhana ditetapkan sebagai tersangka dalam kebakaran gedung Terra Drone Jakarta karena kelalaian manajerial.

  • Perusahaan tidak menyediakan SOP penyimpanan baterai, petugas K3, pelatihan keselamatan, dan ruang penyimpanan standar.

  • Pintu darurat dan jalur evakuasi gedung tidak berfungsi, menyebabkan 22 karyawan meninggal dunia akibat asap dan luka bakar.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Polisi menjelaskan soal alasan Direktur Utama (Dirut) PT Terra Drone Indonesia, Michael Wisnu Wardhana (MW) ditetapkan sebagai tersangka dalam insiden kebakaran gedung Terra Drone Jakarta.

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro mengatakan Michael jadi tersangka karena dianggap lalai dalam kebakaran maut itu.

"Menurut kami berdasarkan kelalaian, yang sistem manajerial secara sistemik, menjadi pemicu jatuhnya baterai dan reaksi yang berantai," kata Susatyo di Polres Jakarta Pusat, Jumat (12/12/2025).

Michael selaku pimpinan perusahaan tidak menyediakan SOP penyimpanan baterai berisiko tinggi. Serta tidak menunjuk petugas K3, tidak mengadakan pelatihan keselamatan, serta tidak menyediakan ruang penyimpanan standar untuk bahan mudah terbakar.

"Direktur tahu persis tentang risiko daripada baterai LiPo ini mudah terbakar, namun tetap membiarkan kondisi tanpa SOP dan tanpa perlindungan," ujar dia.

Lebih parah lagi, pintu darurat dan jalur evakuasi gedung tidak berfungsi, membuat para karyawan terjebak ketika asap memenuhi ruangan.

"Sebagaimana kita mengetahui bahwa korban 22 tersebut umumnya meninggal itu bukan karena luka bakar langsung, tetapi adalah akibat tidak bisa segera menyelamatkan diri, akhirnya kehabisan napas," ujar dia.

"Karena lalainya menyebabkan kematian. Akhirnya kita mengetahui bahwa 22 orang meninggal dunia karena tidak adanya sarana keselamatan," sambungnya.

Hasil visum menunjukkan 70 persen korban mengalami luka bakar, sementara pemeriksaan laboratorium darah mengungkap adanya kadar karbon monoksida tinggi yang menyebabkan asfiksia.

"Seluruh jenazah telah diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga," ucap dia.

Editorial Team