Foto ilustrasi karyawan BRI/Dok. BRI
Adapun kuatnya prinsip kesetaraan BRI tak terlepas dari transformasi fundamental yang ditempuh yaitu transformasi culture. Transformasi culture menurut Sunarso tidak bisa dibeli, karena ‘pabriknya’ ada pada hati dan mindset setiap Insan BRILian.
Transformasi culture menjadi sangat penting dalam menciptakan competitive advantage yang dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan teknologi, perubahan lingkungan bisnis, pergeseran perilaku konsumen, hingga persaingan yang semakin ketat.
“Budaya yang ingin kita wujudkan adalah budaya berbasis kinerja agar setiap individu bisa dan mampu merancang suksesnya sendiri. Untuk mencapai itu, tugas perusahaan adalah menyiapkan sistem dan driver-nya, ini sudah kami siapkan yaitu Key Performance Indicator (KPI). Maka sekarang kami sungguh-sungguh men-transform dan menyusun KPI yang tajam namun tetap kolaboratif dan orkestratif,” tuturnya.
Adapun keberhasilan BRI dalam menciptakan keragaman serta kondisi yang inklusif, mengacu pada KPI yang menjadi guidance setiap pekerja melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hasilnya adalah angka penilaian kinerja (performance appraisal) yang akan dijadikan dasar untuk melakukan promosi/rotasi, besarnya tunjangan kinerja, besarnya bonus, talent classification, dsb. (WEB)