ilustrasi bulan purnama (unsplash.com/@Ganapathy Kumar)
Berdasarkan penampakannya, gerak periodik bulan dapat diklasifikasikan menjadi gerak periodik sideral dan sinodik.
Gerak sideral bulan adalah gerak revolusi bulan mengelilingi bumi yang diukur berdasarkan posisi relatifnya terhadap objek tetap langit, seperti bintang, galaksi, atau kuasar.
Satu periode sideral diukur ketika bulan kembali pada posisi semula setelah mengelilingi bumi, lamanya sekitar 27,32 hari.
"Sementara pada periode sinodik yang dijadikan patokan satu gerak revolusi adalah melalui penampakan fase-fase bulan dengan lama 29,53 hari,” kata dia.
Ia menjelaskan, orbit bulan berbentuk elips yang mengelilingi bumi dengan kemiringan sekitar 5,1 derajat terhadap bidang orbit bumi saat mengelilingi matahari.
Kemiringan inilah yang kemudian menyebabkan adanya fase-fase bulan. Mulai dari bulan baru, sabit muda, purnama, hingga sabit tua.
“Perbedaan antara lama periode sideral dan sinodik terletak pada fakta bahwa selain mengorbit bumi, bulan juga mengikuti gerak orbit bumi mengelilingi matahari,” ucap dia.
Husin juga menyampaikan kapan terjadinya bulan baru. Dia menjelaskan, saat bulan baru, bulan berada segaris dengan matahari dan bumi (konjungsi).
Ketika bulan mulai bergeser sedikit dari posisi ini, pengamat di bumi dapat melihat sedikit cahaya matahari yang terpantul dari sebagian kecil permukaan bulan.
Pantulan ini kemudian menghilang kembali seiring perubahan posisi pengamat. Pantulan tipis cahaya matahari pada fase bulan baru inilah yang lazim dikenal sebagai hilal yang menjadi penentu awal bulan kalender lunar/hijriah.