Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

DAFA Award 2025: Bukti Ketika Anak Bersuara Negara Mendengar

ilustrasi anak Indonesia belajar di sekolah (pexels.com/Agung Pandit Wiguna).
ilustrasi anak Indonesia belajar di sekolah (pexels.com/Agung Pandit Wiguna).
Intinya sih...
  • Forum Anak Nasional bukan sekadar wakil anak Indonesia, tapi juga bibit wakil rakyat, sudah terbentuk di 34 provinsi beserta jajarannya di Indonesia.
  • DAFA Award bukan hanya apresiasi, tapi juga menegaskan pentingnya kontribusi anak sebagai pelopor dan pelapor.

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menegaskan adanya komitmen negara dalam mendengarkan aspirasi anak melalui penganugerahan DAFA Award 2025 dalam acara Puncak Lokakarya Forum Anak Nasional (FAN) 2025, pada Minggu (20/7/2025).

Hal ini Arifah sampaikan agar lokakarya tidak hanya berhenti di para peserta, namun berlanjut ke seluruh anak Indonesia.

1. Peran Forum Anak Nasional harus optimal

Screenshot_20250720_144916_YouTube.jpg
Menteri PPPA, Arifah Fauzi, dalam acara Puncak Lokakarya Forum Anak Nasional (FAN) 2025, pada Minggu (20/7/2025). (YouTUbe/Kemen PPPA).

Menteri PPPA mengatakan, Forum Anak Nasional yang sudah terbentuk sampai 2023 sudah mencapai di 34 provinsi, 486 kabupaten/kota, 3.073 kecamatan, 13.270 desa/kelurahan harus mengoptimalkan peran mereka.

"Hari ini, kalian menjadi wakil dari anak-anak Indonesia. Siapa tahu, 10 atau 15 tahun lagi, mungkin saja kalian yang akan mejadi wakil dari rakyat Indonesia. Optimalkan peran kalian saat ini untuk bisa belajar menjadi pemimpin di masa depan," ujarnya dalam siaran langsung di kanal YouTube resmi Kemen PPPA RI, Minggu (20/7/2025).

2. DAFA Award bukan sekadar apresiasi, tapi bukti dari pentingnya pelopor dan pelapor

Screenshot_20250720_150343_YouTube.jpg
Penganugerahan DAFA Award 2025 pada acara Puncak Lokakarya Forum Anak Nasional (FAN) 2025, pada Minggu (20/7/2025). (YouTube/Kemen PPPA).

Menrutu Arifah, kontribusi anak sebagai pelopor dan pelapor juga meminimalisir terjadinya kekerasan pada anak.

"Tidak lupa, kepada teman-teman Forum Anak dari seluruh Indonesia yang menantikan penganugerahan DAFA Awards 2025, Bunda ucapkan terima kasih karena telah berpartisipasi dalam penghargaan ini. Ini bukan sekadar penghargaan, tetapi juga bentuk apresiasi kami kepada Forum Anak Daerah yang telah banyak berkontribusi dan menjalannkan perannya sebagai pelopor dan pelapor," ujar Arifah.

"Bunda berharap, kalian bisa menjadi generasi pemutus rantai kekerasan terhadap anak dan pelopor inkulisivitas kesetaraan gender di berbagai sektor," lanjutnya.

3. Satu dari dua anak alami kekerasan

Ilustrasi kekerasan pada anak. (IDN Times/Sukma Shakti)
Ilustrasi kekerasan pada anak. (IDN Times/Sukma Shakti)

Dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional yang akan diadakan pada 23 Juli mendatang, Arifah mengatakan, lima kegiatan di setiap sekolah berbasis kearifan lokal perlu dilakukan.

"Ada lima kegiatan dalam peringatan Hari Anak. Pertama adalah senam bersama yang diinisiasi oleh Kemendikdasmen, kemudian yang kedua adalah permainan tradisional berbasis kearifan lokal, yang ketiga adalah menyanyikan lagu-lagu Nusantara dan kesenian tradisional, yang keempat adalah dongeng atau bercerita tentang pahlawan di daerah masing-masing, dan yang kelima adalah pengecekan kesehatan gratis," ujarnya.

Hasil yang mengkhawatirkan dari Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024 membuat Arifah menegaskan perlunya permainan tradisional untuk mencegah kekerasan pada anak.

"Kenapa permainan tradisional ini kami munculkan, karena berdasarkan analisisi internal kami, salah satu penyebab tingginya kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia berdasarkan hasil survei yang kita lakukan, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja tahun 2024, 1 dari 2 anak di Indonesia pernah mengalami kekerasan," ujar Arifah.

"Oleh karena itu, kami melihat bahwa salah satu penyebab dari kekerasan terhadap anak adalah yang pertama adalah pola asuh dalam keluarga, yang kedua penggunaan gadget yang tidak bijaksana, dan yang ketiga adalah faktor lingkungan," lanjut dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us