Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Demo Indonesia Gelap Didanai USAID? Begini Faktanya

Massa aksi Indonesia Gelap bertahan di Patung Arjuna Wijaya, Gambir, Jakarta Pusat, dan membakar sejumlah water barrier, Jumat (21/2/2024) (IDN Times/Tata Firza)
Intinya sih...
  • Aksi "Indonesia Gelap" diduga dibiayai oleh USAID, namun belum terbukti kebenarannya.
  • Elon Musk dan Donald Trump berencana membubarkan USAID, dengan klaim bahwa lembaga tersebut telah menyalahgunakan dana publik.
  • Pembubaran USAID berdampak pada dua ribu pegawai yang dirumahkan, di tengah kekhawatiran akan keselamatan staf di zona konflik.

Jakarta, IDN Times - Ramai di media sosial X bahwa aksi "Indonesia Gelap" yang dimotori Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) akhir-akhir ini dibiayai lembaga donor USAID. 

Pengguna X @Intel_Imut mengunggah informasi tersebut. Unggahan tersebut mendapat cibiran dari warganet. Pemilik akun tersebut menulis USAID yang membiayai aksi tersebut menginginkan Indonesia pecah-belah.

"Sayangnya aksi mahasiswa hari ini, masih dimanfaatkan dan ditunggangi oleh organ2 NGO yang dibiayai USAID yang memang sejak lama menginginkan bangsa ini pecah," tulisnya, dikutip Minggu (2/3/2025).

Apakah benar demonstrasi yang digelar beberapa hari secara serentak di berbagai daerah itu didanai USAID? Berikut faktanya.

1. Donald Trump mau bubarkan lembaga donor USAID

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. (Wikimedia Commons/Official White House Photo by Shealah Craighead)

Miliuner Elon Musk mengaku telah berdiskusi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait rencana pembubaran lembaga bantuan international, USAID.

Selain itu, pendanaan USAID dibekukan dan sejumlah pegawainya diskors. Elon Musk sendiri mengklaim Trump sudah sepakat menutup lembaga pembangunan internasional AS (USAID).

"Terkait dengan isu USAID, saya sudah membahasnya dengan (Presiden) secara detail dan dia sepakat bahwa (USAID) harus ditutup," ujar Musk di platform X, Senin, dikutip dari CNN, Rabu, 4 Februari 2025.

Trump secara khusus pernah mengecam USAID dan menyebut seorang pejabat senior di sana sebagai orang gila yang radikal. Di sisi lain, dengan menggaungkan rencana untuk menutup USAID, hal tersebut berdampak pada tingkat popularitas Trump.

USAID adalah donatur terbesar di dunia. Pada tahun fiskal 2023, Washington mencairkan bantuan 72 miliar dolar AS (Rp1,17 kuadriliun) ke seluruh dunia, mencakup berbagai bidang seperti kesehatan perempuan di zona konflik, akses air bersih, perawatan HIV/AIDS, keamanan energi, dan pekerjaan antikorupsi.

Pada 2024, Negeri Paman Sam menyediakan 42 persen dari seluruh bantuan kemanusiaan yang dipantau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

2. Ribuan pegawai USAID dirumahkan

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump saat menandatangani perintah eksekutif. (The Trump White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Sebanyak dua ribu pegawai USAID tetpaksa dirumahkan. Trump juga menempatkan hampir seluruh pegawai USAID dalam status cuti administratif mulai 23 Februari 2025 pukul 11.59 waktu setempat.

Hakim federal Carl Nichols telah mengizinkan administrasi Trump melaksanakan rencana ini pada Jumat, 21 Februari 2025. Keputusan hakim sekaligus menolak gugatan serikat pekerja yang menentang pembubaran USAID.

Serikat pekerja khawatir pembubaran agensi akan membahayakan staf di zona konflik. Mereka khawatir komunikasi pegawai ke sumber daya diplomatik pemerintah akan terganggu.

USAID telah mengantisipasi kekhawatiran tersebut melalui pernyataan resmi di situs webnya.

"USAID menjamin keselamatan seluruh staf yang bertugas di luar negeri. Selama proses kepulangan ke AS, mereka masih bisa mengakses sistem internal dan layanan diplomatik USAID. Panduan pengambilan barang pribadi dari kantor dan pengembalian peralatan kantor akan kami sampaikan minggu depan," tulis USAID, dilansir Al Jazeera.

3. Alasan Trump bubarkan USAID

ilustrasi logo USAID (USAID U.S. Agency for International Development, Public domain, via Wikimedia Commons)

USAID dituduh menyalahgunakan dana untuk membiayai agenda liberal yang melenceng dari misi awalnya. 

Pejabat Departemen Luar Negeri AS, Pete Marocco, mengawasi proses pembubaran agensi tersebut bersama Musk sejak akhir Januari lalu.

"USAID adalah organisasi kriminal, sarang radikal kiri Marxis pembenci Amerika yang telah menyalahgunakan dana publik selama bertahun-tahun," tutur Elon Musk.

Dengan informasi ini, maka dapat dipastikan demonstrasi Indonesia Gelap dibiayai USAID merupakan informasi yang belum pasti benar, dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us