[WANSUS] Sejumlah Bencana Ancam Jakarta, Mitigasi Jadi Kunci 

Edukasi masyarakat penting dilakukan untuk antisipasi

Jakarta, IDN Times - DKI Jakarta tak luput dari ancaman bencana yang bisa terjadi kapan saja. Selama ini, bencana yang paling sering menimpa Jakarta adalah banjir, baik itu karena intensitas hujan yang tinggi maupun limpahan dari daerah hulu seperti Bogor.

Namun rupanya, Jakarta memiliki potensi bencana yang tidak hanya banjir. Bahkan, ada titik-titik tertentu yang menjadi wilayah rawan bencana di Ibu Kota.

Pada Selasa (27/12/2022), IDN Times berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Isnawa Adji, tentang bencana yang mengancam Jakarta dan bagaimana mitigasi yang dilakukan Pemprov DKI.

Berikut wawancaranya!

1. Apa saja bencana yang mengancam Jakarta? Ada berapa titik rawannya dan di mana saja?

[WANSUS] Sejumlah Bencana Ancam Jakarta, Mitigasi Jadi Kunci Petugas pemadam kebakaran bersama warga mengevakuasi korban banjir dengan perahu karet di Petogogan, Jakarta Selatan, Sabtu (5/11/2022). Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang melanda DKI Jakarta pada Sabtu 5 November 2022 siang membuat sejumlah wilayah Ibu Kota terendam banjir (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Jakarta punya beberapa potensi bencana. Pertama, rob di pesisir utara, mencakup Kecamatan Cilincing, Pademangan, sebagian kecil Jakarta Barat seperti kawasan Tegal Alur, Kamal.

Kedua, potensi banjir dan genangan di 25 kelurahan dari 267 kelurahan. Di Jakarta Selatan ada 9 (Pondok Labu, Cipete Utara, Petogoganm Cipulir, Pondok Pinang, Bangka, Jati Padang, Pejaten Timur, Ulujami), Jakarta Timur 8 (Rambutan, Cawang, Cililitan, Cipinang Melayu, Kebon Pala, Makasar, Bidara Cina, Kampung Melayu), Jakarta Utara 3 (Pluit, Pademangan Barat, Rorotan), dan Jakarta Barat 5 kelurahan (Rawa Buaya, Tegal Alur, Kedoya Selatan, Kedoya Utara, Kembangan Utara).

Ketiga, potensi banjir karena didorong oleh intensitas hujan yang lebat di hulu seperti di Bogor, Depok.

Keempat, sesar Baribis di selatan Jakarta, potensi patahan yang sebetulnya sudah tidak aktif. Kita berdoa mudah-mudahan jangan aktif lagi. Info di BNPB, pernah terjadi tahun 1600-1700.

Lalu, potensi tanah longsor di kawasan-kawasan perbukitan atau kawasan yang ada di bantaran kali dan sungai.

Baca Juga: Pj Gubernur DKI: Waspada Banjir November 2022 hingga Februari 2023

2. Bagaimana langkah mitigasi BPBD DKI Jakarta terhadap ancaman bencana-bencana tersebut?

[WANSUS] Sejumlah Bencana Ancam Jakarta, Mitigasi Jadi Kunci bpbd.jakarta.go.id

Menangani bencana tidak bisa BPBD sendiri, kami melibatkan banyak organisasi perangkat daerah. Ada Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Bina Marga, Dinas Perhubungan, Satpol PP, Damkar dan lainnya.

Kalau untuk penanganan yang sifatnya nonstruktural, kita sudah melakukan sosialisasi kebencanaan ke sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit, itu sudah berjalan.

Kemudian, BPBD mengimbau mulai dari perangkat kelurahan sampai wali kota membuat posko siaga bencana. Kami mengadakan simulasi-simulasi bencana, menurunkan sarana prasarana seperti perahu karet, ring boy, pelampung, tenda, dan lain-lain, terutama di 25 kelurahan rawan bencana. Kami juga punya layanan bencana Jakarta Siaga 112, selama 24 jam.

Sementara yang sifatnya struktural, misalnya pengerukan kali, sungai, waduk, danau, menempatkan pompa-pompa di pintu air. Kemudian menempatkan alat-alat berat di pengerukan lumur, gerebek lumpur, sampah, itu semua berjalan.

Kemudian pembebasan lahan-lahan hijau, pembangunan waduk, embung, daerah-daerah resapan air, ruang limpah sungai, vertikal drainase, lubang resapan biopori, penanaman pohon, dan lainnya. Ini yang dilakukan Pemprov dalam rangka menekan mitigasi kebencanaan.

Hal lain seperti Dinas Sosial membangun dapur umum, kalau bencana sudah terjadi. Jadi ada tahapannya saat terjadi dan pascabencana.

Kami sudah ada langkah-langkahnya dan memprediksi titik-titik pengungsian ada di mana. Tim reaksi cepat BPBD juga diturunkan untuk mengamankan. Kami juga sudah ingatkan camat dan lurah menyiapkan posko pengungsian dan piket banjir.

Baca Juga: Putus Banjir Kiriman, Pemprov DKI Harus Selesaikan Pembenahan 4 Sungai

3. Apakah upaya mitigasi tersebut efektif mencegah bencana yang mengancam Jakarta?

[WANSUS] Sejumlah Bencana Ancam Jakarta, Mitigasi Jadi Kunci Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria meninjau ngerjaan tanggul rob atau tanggul pantai National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), di Caping Beam Tanggul Muara BKB, Jakarta Utara dan pengerukan lumpur di Waduk Pluit, Jakarta Utara, Minggu (26/12/2021) (Dok. Pemprov DKI Jakarta)

Pemprov DKI melakukan berbagai upaya struktural, pengerukan sungai waduk, danau, resapan biopori, vertikal drainase, dan lainnya. Informasi yang saya dapat, 5 tahun terakhir terjadi pengurangan titik-titik genangan di Jakarta.

Salah satunya karena dibuat sodetan Ciliwung, pengerukan kali, sungai, membangun rumah susun (rusun) untuk mengevakuasi warga yang ada di bantaran kali, sungai, dan lainnya. Boleh dibilang sangat efektif, bahkan sebelumnya ada konsep '6 jam harus surut dan tidak ada korban jiwa', konsep 'Siaga, Tanggap, Galang.'

Baca Juga: Begini Upaya Pemprov DKI Bersiap Hadapi Banjir di Jakarta

4. Terkait gempa, bagaimana mitigasinya? Apakah ada rencana kebijakan khusus untuk bangunan di Jakarta agar tahan gempa?

[WANSUS] Sejumlah Bencana Ancam Jakarta, Mitigasi Jadi Kunci Efek dari gempa Banten (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Kita tidak bisa prediksi gempa, yang kita antisipasi adalah gedung-gedung harus kuat, mitigasinya jelas.

Saya usulkan pemantauan gedung-gedung bertingkat harus diintensifkan, kan sudah ada Pergub-nya (Peraturan Gubernur). Jangan cuma tinjau sekali, sudah.

Sebetulnya, owner atau manajemen gedung punya tanggung jawab secara kuat untuk mengamankan gedungnya. Jadi, jangan mengandalkan BPBD datang dan lain-lain, itu kami hanya inspeksi, tapi yang punya gedung harusnya lebih aware. Dia bisa melatih timnya, tim rescue bisa minta bantuan BPBD atau SAR. Harus mengamankan gedungnya sendiri.

Potensi gempa ada di seluruh dunia, Indonesia ring of fire. Sesar Baribis di selatan Jakarta itu panjangnya 100 kilometer, dari Banyuwangi sampai Bekasi, masuk ke sebagian sedikit Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Di Jakarta yang dikhawatirkan bukan gedung bertingkat, tapi rumah-rumah kecil, kontrakan-kontrakan yang bangunannya tidak ada besinya, cuma batako dan lain-lain, itu harus diantisipasi.

Jadi untuk gempa, kami BPBD turun ke sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit mengajarkan evakuasi, cara-cara penanganan gempa. Tapi memang belum semua se-Jakarta.

Dalam waktu dekat, Pak Pj Gubernur akan merapatkan agar spek bangunan di Jakarta, contohnya seperti di Jepang kalau ada goncangan gempa dia tidak parah. Pj Gubernur ingin, bangunan yang belum tahan gempa ditambahkan fasilitas anti gempa.

Bahkan, Pj Gubernur ingin ada analisis kebencanaan ikut dalam tim pemberian perizinan gedung. Jadi tidak hanya bangunan, tapi ada yang memberikan masukan, saran sebelum izinnya dikeluarkan.

Termasuk hunian, tapi mungkin sekarang fokus ke bangunan-bangunan pemerintah dulu kan ada anggaran untuk membuatnya.

Baca Juga: Kesamaan Gempa Cianjur dan Gempa Jogja 2006, Timbulkan Kerusakan Besar

5. Bagaimana agar masyarakat tidak panik menghadapi bencana?

[WANSUS] Sejumlah Bencana Ancam Jakarta, Mitigasi Jadi Kunci Ilustrasi Panik (IDN Times/Mardya Shakti)

Edukasi penting, potensi bencana bukan momok menakutkan tapi justru agar mereka bisa mengantisipasi. Edukasi-edukasi kebencanaan penting, misalnya warga ikuti media soial BPBD karena kami suka memberikan tips, masukan, saran, bagaimana kalau kondisi hujan, harus apa, dan lainnya.

Masyarakat sekarang sudah hidup berdampingan dengan bencana. Ada bencana, tapi kita harus menyikapinya, bukan kita tidak berbuat.

Kemudian faktor alam. Kalau lingkungan tidak pernah dibersihkan, hutan digunduli, pasti akan jadi bencana. Jadi harus sama-sama, semua jaga lingkungan karena banyak kejadian bencana itu akibat ulah manusia.

Gempa faktor alam, tapi kalau banjir kan bisa diantisipasi. Bantaran sungai jangan dibangun, kan lebih aman. Kali, sungai dikeruk, ini malah penuh bangunan sehingga timbul banjir.

Baca Juga: Keluarga Tanggap Bencana, Upaya Pemprov DKI Tekan Risiko Bencana

6. Apa imbauan bagi masyarakat agar bisa tanggap bencana?

[WANSUS] Sejumlah Bencana Ancam Jakarta, Mitigasi Jadi Kunci Ilustrasi Telepon. (IDN Times/Aditya Pratama)

Pertama, manfaatkan layanan 112. Kami ada layanan 24 jam, bebas pulsa. Silakan mengadu, menginformasikan apapun. Tidak hanya kebencanaan tapi juga kesehatan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan lain-lain.

Kedua, hadapi cuaca ekstrem dengan mengetahui bahayanya, mengurangi risikonya. Jadi kalau cuaca esktrem, curah hujan di atas rata-rata, ada potensi-potensi bencana, lebih baik ingatkan diri dan keluarga untuk mengurangi risiko itu dengan tetap di rumah, tidak beraktivitas di bantaran sungai, karena khwatir terjadi pohon tumbang dan kejadian lainnya.

Ketiga, informasikan kepada siapapun bahwa kita harus bisa menyikapi bencana secara arif, artinya tidak ikut berkontribusi terhadap terjadinya bencana. Misalnya, di permukiman padat jangan nyolong listrik, saluran-saluran dibersihkan, kerja bakti.

Baca Juga: BNPB: Setiap Daerah Wajib Punya RPKB Guna Antisipasi Bencana!

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya