Dewan Masjid Rencanakan Sertifikasi Khatib, Ini 3 Alasannya

Jakarta, IDN Times – Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia (IK DMI) merencanakan sertifikasi bagi khatib atau penceramah. Sebab saat ini banyak penceramah yang hafal Alquran namun minim pemahaman akan isi Alquran.
“Makanya perlu ada pemahaman yang wasathiyah (adil/moderat) agar kita bisa menyampaikan ke umat. Apalagi orang-orang yang didengar ucapannya,” kata Ketua IK DMI Hamdan Rasyid di acara Halaqah dan Rakernas Ikatan Khatib DMI di Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (22/12).
1. Banyak penceramah kerap menjelekkan suatu kelompok atau orang

Hamdan menilai rencana sertifikasi ini lantaran banyaknya penceramah yang sering kali mengumbar nafsu, menjelekkan orang lain, termasuk menghina pemimpin negara.
“Masa ada khatib, mubaligh dalam ceramahnya justru menjelekkan yang lain, menghina pempimpin negara. Ini kan sesuatu yang tidak elok,” katanya.
2. Nabi Muhammad tidak mengajarkan kebencian

Hamdan tidak setuju dengan penceramah yang menyampaikan hujatan pada suatu individu atau kelompok. Ia menyebut Nabi Muhammad tidak pernah mencontohkan hal itu dalam menyebarkan agama Islam.
“Gak boleh. Mana ada Rasulullah mengumbar kebencian. Orang masuk Islam itu justru kagum pada sikap Rasul yang tidak pernah mencaci maki orang. Beliau dalam berdoa itu selalu menerapkan akhlak yang mulia bukan cara mencaci maki,” ujarnya.
3. Salat Jumat bisa ditinggalkan karena ceramahnya menjelekkan

Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat ini juga menilai sertifikasi ini perlu bagi khatib, khususnya dalam ceramah salat Jumat, agar Jemaah tetap khusyuk mendengarkan khotbah.
“Tidak ada dalam suatu forum yang melebihi khotbah Jumat. Kalau khotbah Jumat (jemaah) kebanyakan ngobrol, batal (Salat) Jumatnya. Sehingga khatib itu harus benar-benar didengar ucapannya. Tidak ada yang komplen, intrupsi, oleh karena itu khatib harus berkualitas,” jelasnya.