Kubur Diri di Depan Istana, Begini Kisah Petani Telukjambe
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masih hangat di ingatan kita seorang petani perempuan dari Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, bernama Patmi yang meninggal dunia akibat aksi mengecor kaki di Istana Negara akhir Maret lalu. Patmi terkena serangan jantung setelah satu pekan terakhir mengikuti aksi mengecor kaki.
Patmi dan puluhan petani Kendeng, serta aktivis lingkungan lainnya menuntut Presiden Joko Widodo mencabut izin baru PT Semen Indonesia yang dikeluarkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Seperti yang dilansir dari Kompas.com, izin penambangan karst PT Semen Indonesia di Rembang itu akan merusak lingkungan.
Belum beres permasalahan tersebut, kini masyarakat dihebohkan kembali dengan aksi kubur diri dari para petani Telukjambe, Karawang, Jawa Barat. Mereka menuntut Presiden Jokowi turun tangan menyelesaikan permasalahan sengketa lahan di kawasan Telukjambe. "Hari ini kita kubur diri lima orang, besok sepuluh orang, besok lima belas orang, besok dua puluh orang, sampai Jokowi menemui kita!" ujar perwakilan petani Telukjambe Aris Wiyono di depan Istana Negara, seperti yang dilansir dari Tempo.co. Berikut cerita panjang sebelum mereka akhirnya memutuskan mengubur diri di depan istana.
Berawal dari hantaman buldoser.
Baca juga: Keberingasan Oknum Aparat saat Berhadapan dengan Para Petani, Pantaskah?
Long march ke Jakarta.
Pemerintah berikan bantuan.
Editor’s picks
Seorang petani meninggal di pengungsian.
"Nenek Awen mengaku masih trauma dan syok karena pohon mahoni miliknya dibuldozer. Padahal sudah siap panen dan ada yang menawar hingga Rp 40 juta," ujar Karni.
Kembali melakukan long march ke Jakarta.
Sebanyak 15 petani berjalan kaki menempuh jarak sekitar 77 kilometer ke Istana Negara sejak 14 Maret 2017. Mereka mewakili sekitar 150 petani Blok Kutatandingan yang terlibat sengketa tanah. Ratusan petani lain akan menyusul pada Kamis, 16 Maret 2017, dan berencana tak pulang hingga Presiden mau bertemu.
Ditampung di beberapa lokasi.
Baca juga: Menghargai Jasa Petani: Tanpa Mereka, Perut Kita Tidak Ada Isinya