Di Balik Layar BNS, Anak Muda yang Galakkan Literasi Digital di NTT

Jakarta, IDN Times – Baomong Nonstop (BNS) Production merupakan platform digital yang lahir dari mimpi generasi muda untuk lebih mendekatkan masyarakat Indonesia Timur dengan internet. Berdiri sejak 28 Juli 2021, kini BNS telah menghasilkan banyak konten di berbagai platform, seperti Instagram, TikTok, Podcast, dan YouTube.
“BNS dibentuk dari kerinduan anak muda kota Kupang akan wadah kreatif yang mengakomodir bakat-bakat mereka, sekaligus mempromosikan potensi sumber daya manusia dan keindahan Nusa Tenggara Timur (NTT),” kata founder BNS, Andi Zulkifli, dalam keterangannya kepada IDN Times.
“Bisa dibilang BNS merupakan platform multi-program pertama yang ada di Indonesia Timur sejauh ini,” tambah Andi, menyoroti tentang banyaknya program yang dihasilkan oleh BNS dan kualitas video HD sebagai ciri khas di setiap kontennya.
1. Bergerak di bidang pengelolaan media sosial

Dari media sosial, BNS pun mulai melebarkan sayap menjadi platform yang bergerak di bidang pembuatan video profil perusahaan, iklan, brand campaign, hingga social media management.
Kendati Andi enggan menyebut angka pastinya, tapi kegiatan yang dijalankan oleh BNS telah menjadi ladang pendapatan bagi 18 orang yang tergabung di dalamnya.
“Ada sampai tiga digit pendapatan dari pengelolaan media sosial, brand campaign, dan pembuatan videonya. Kalau dari YouTube ada juga pendapatannya, ya sekitar dua digit,” tutur Andi.
2. Bermodalkan Rp20 juta

Andi kemudian bercerita bagaimana BNS pertama kali didirikan, yakni berawal dari modal Rp20 juta dan kamera ala kadarnya.
“Modal waktu itu untuk beli kamera, lighting, sama audio. Spek kamera juga masih rendah. Bahkan seingat saya kami malah pernah pinjem kamera editor di awal-awal shooting podcast,” Katanya.
Dia menambahkan, “Alhamdulillah, pelan-pelan baru saat ada rezeki kami upgrade, tambah alat dan juga personel.”
3. Ingin tingkatkan literasi digital

Meski BNS sudah mengalami banyak kemajuan, bahkan sudah memiliki badan hukum, Andi tidak memungkiri bahwa literasi digital yang rendah di kawasan Indonesia Timur menjadi tantangan tersendiri untuk mengembangkan bisnisnya.
“Sejauh ini tantangan yang dihadapi BNS adalah kurangnya pemahaman sebagian masyarakat khususnya tentang pentingnya kekuatan media sosial dan cara penggunaanya,” beber Andi.
“Oleh sebab itu, selain memproduksi konten–konten kreatif, BNS juga aktif memberikan sosialisasi ke sekolah dan kampus ternama yang ada di berbagai daerah di NTT,” sambungnya.
4. Punya kegiatan online dan offline

Tidak hanya bergerak di dunia online, BNS pun aktif di berbagai kegiatan offline. Selain sosialisasi pentingnya internet di masyarakat, BNS juga pernah mengorganisir event-event kepemudaan.
“Sosialisasi literasi digital di kampus dan sekolah adalah kegiatan murni non-profit. Harapannya kegiatan ini bisa menambah wawasan digital di daerah kami,” tutur Andi.
Adapun salah satu kegiatan offline yang pernah BNS gelar adalah BNS Festival Vol. 1 yang bertepatan dengan momen Sumpah Pemuda.
“BNS Festival Sumpah Pemuda merupakan salah satu event offline yang diselenggarakan dalam tiga rangakain acara besar yakni perlombaan seni dan kreativitas, bazzar, dan promosi produk UMKM lokal, dan konser musik yang menampilkan penyanyi dari Timur Indonesia,” ungkap Andi.
“Cara kami meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Nusa Tenggara Timur adalah dengan edukasi dan hiburan melalui program offline dan online,” sambungnya.
5. Harapkan dukungan dari pemerintah

Sebagai platform yang hadir untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia Timur, Andi berharap BNS memperoleh perhatian dan dukungan lebih dari pemerintah setempat.
“Sejujurnya, sejauh ini kami belum mendapat support dari pemerintah daerah, apakah itu untuk proyek kolaborasi atau secara finansial. Semoga platform BNS bisa menjadi wadah kreatif bagi pemerintah daerah supaya lebih mendukung terhadap anak–anak muda,” harapnya.
Selain itu, Andi juga berharap BNS ke depannya dapat meningaktkan profesionalitas dan membangun budaya kerja yang baik.
“Karena sebenarnya tantangan hanya soal sumber daya manusia,” tambah Andi.