Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Program CKG, lansia
Wakil Menteri Kesehatan akan mengunjungi pelaksanaan CKG di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3,Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Kamis (6/11/2025). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Intinya sih...

  • 288 lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Bina Mulia 3 bukan dititipkan keluarga, banyak yang terlantar dan ditinggalkan karena usia senja.

  • Pemeriksaan rutin CKG dihadapi tantangan besar, seperti lansia yang sulit minum obat oral dan penyakit umum bagi lansia dengan riwayat hidup di jalanan.

  • Program CKG di Jakarta telah menjangkau 2,7 juta warga, dengan temuan paling banyak adalah obesitas serta kurang aktivitas fisik.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Di kursi roda yang sudah menemaninya bertahun-tahun, Dedi Geni tampak tersenyum kecil. Mantan penyanyi jalanan itu pelan-pelan menggerakkan kursinya menuju meja pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di ruangan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, Jalan Margaguna Raya, Cilandak, Kota Jakarta Selatan.

Dedi sudah lima tahun ia tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Bina Mulia 3, tanpa ada satu pun keluarga atau kerabat yang pernah datang menjenguk hingga kulitnya berkerut.

“Sedih, ya sedih, tapi saya sudah terbiasa,” ucap pria 70 tahun itu lirih, kepada IDN Times.

Hari itu, raut wajahnya berbeda. Kedatangan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono, yang akan meninjau program Cek Kesehatan Gratis (CKG) membuatnya antusiasme. Ia merasa diperhatikan dan didengarkan.

“Pemeriksaannya nyaman sekali. Kalau enggak dicek, kita kan enggak tahu penyakit kita. Jadi kita bisa hati-hati makan. Saya juga dikasih tahu apa yang harus dibatasi. Saya senang," ucap dia, tersenyum, usai CKG.

Dedi merupakan satu dari ratusan lansia di panti, yang antusiasme merasakan sentuhan CKG, Kamis, 6 November 2025. Namun, di balik senyuman para lansia itu, terdapat kenyataan pahit yang tak banyak diketahui publik: sebagian besar penghuni panti adalah orang tua yang terlantar, tidak lagi memiliki keluarga, atau ditinggalkan kekuarganya karena usia senja. Banyak yang bertahun-tahun hidup di jalan sebelum dijangkau petugas sosial dan Satpol PP.

1. Mereka yang terbuang bukan dititipkan

Wakil Menteri Kesehatan akan mengunjungi pelaksanaan CKG di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3,Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Kamis (6/11/2025). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Kepala Seksi Pembinaan Panti Sosial PSTW Bina Mulia 3, Duriah mengatakan, saat ini ada 288 lansia yang menghuni panti. Dia menyebut para penghuni bukan datang karena dititipkan keluarganya, namun hasil penjangkauan dinas sosial atau Satpol PP.

“Mereka latar belakangnya kakek nenek terlantar. Bukan dari keluarga, bukan penitipan. Dari hasil penjangkauan, ada petugas sosial yang di jalan, yang di jalan-jalan, terus sama Satpol PP jadi kita kerjasama, hasil penjangkauan dikirim ke sini. Jadi kami tidak menerima langsung dari warga," terangnya.

Banyak dari mereka pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga atau penjaga anak, lalu kehilangan tempat tinggal ketika menua. Saat kembali mencari keluarga, tidak ada lagi yang mau menerima. Ada yang tinggal sembilan tahun, bahkan 15 tahun di panti ini.

"Sampai akhir hayatnya di sini. Mereka tidak terurus (saat ditemukan), karena mereka sudah lama, berpuluh-puluh tahun meninggalkan keluarga, yang pada akhirnya keluarga juga meninggalkan mereka. Seandainya ada keluarga yang mau jenguk hanya satu, dua, atau hanya sebagian kecil," ucapnya, lirih.

2. Pemeriksaan rutin tapi tantangan tidak mudah

Wakil Menteri Kesehatan akan mengunjungi pelaksanaan CKG di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3,Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Kamis (6/11/2025). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Sebelum hadirnya program CKG, panti sudah bekerja sama dengan Puskesmas Kelurahan Gandaria Selatan dan Puskesmas Kecamatan Cilandak. Pemeriksaan rutin dilakukan sebulan dua kali. Namun ada tantangan besar: banyak lansia tidak mau atau tidak mampu minum obat oral.

“Tantangannya, mereka susah minum obat. Kalau kapsul dibuka, tablet dihancurkan, dicampur pisang, kita harus sabar,” katanya.

Penyakit yang paling sering muncul ialah hipertensi, diabetes, dan gangguan kulit masalah umum bagi lansia dengan riwayat hidup di jalanan.

Dia mengatakan CKG hari ini melebihi target, yakni 100 lansia, karena mereka antusiasme mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis ini.

3. Cek Kesehatan Gratis di Jakarta jangkau 2,7 warga

Wakil Menteri Kesehatan akan mengunjungi pelaksanaan CKG di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3,Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Kamis (6/11/2025). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Sementara, Wakil Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Lies Dwi, mengungkapkan program CKG di DKI Jakarta terus menunjukkan capaian signifikan. Berdasarkan data hingga pertengahan November 2025, total 2,7 juta warga telah menjalani pemeriksaan CKG.

“Target CKG 2025 itu 4.037.000 orang. Jadi dengan capaian 2,7 juta, kurang lebih setara dengan 65 persen. Ini sesuai target yang ditetapkan kementerian,” ujar Lies.

Lies mengatakan, pada 2026 target peserta CKG akan ditingkatkan sekitar 10 persen dibanding tahun ini. Namun pemeriksaan tetap akan dilakukan setahun sekali bagi setiap warga.

Lies menyebutkan berdasarkan hasil CKG temuan yang paling banyak adalah obesitas serta kurang aktivitas fisik. Menurutnya, kedua faktor ini memiliki kontribusi besar terhadap meningkatnya risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi di Jakarta.

Untuk menjangkau kelompok rentan seperti lansia dan penyandang disabilitas, Dinkes DKI tidak hanya mengandalkan layanan di puskesmas. Program CKG kini diperluas melalui CKG komunitas, yaitu layanan yang dibawa langsung ke lingkungan warga.

“Kita tidak hanya menunggu di gedung puskesmas. Untuk anak sekolah, kita datang ke sekolah. Untuk kegiatan seperti ini, kita datang ke panti-panti. Lalu di permukiman juga kita lakukan. Termasuk kantor-kantor, karena mayoritas warga produktifnya ada di tempat kerja,” kata Lies.

4. Cek Kesehatan Gratis menjadi dasar penanganan lanjutan

Wakil Menteri Kesehatan akan mengunjungi pelaksanaan CKG di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3,Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Kamis (6/11/2025). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan program CKG yang digagas pemerintah telah menjangkau puluhan juta masyarakat. Hingga saat ini, 54 juta jiwa telah terdaftar, dan 51 juta di antaranya sudah dilayani.

“Ekspektasi kita sebenarnya sampai Desember 50 juta. Tapi dengan bantuan seluruh pihak, instansi, dan masyarakat, kita sudah bisa mencapai 51 juta,” ujar Dante.

Ia menjelaskan program CKG tidak hanya bertujuan mendeteksi dini penyakit, tetapi juga menjadi dasar penanganan lanjutan. Pemerintah menyiapkan dua pilar utama dalam tindak lanjut hasil pemeriksaan. Pertama, pilar tata laksana untuk menangani langsung penyakit yang ditemukan.

“Hipertensi diobati, diabetes diobati, penyakit paru diobati, termasuk TBC juga langsung ditangani,” ungkapnya.

Kedua, pilar promosi kesehatan, yang akan digunakan untuk menyusun edukasi berbasis temuan lapangan. Salah satu temuan menonjol adalah masalah karies gigi di berbagai kelompok usia. Edukasi mengenai cara menyikat gigi yang benar dan perawatan gigi akan digencarkan.

5. Program CKG juga akan meningkatkan quality of life

Wakil Menteri Kesehatan akan mengunjungi pelaksanaan CKG di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3,Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Kamis (6/11/2025). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Dante menegaskan temuan dini dari CKG sangat penting untuk mencegah komplikasi penyakit kronis.

“Daripada mengobati stroke, jantung, atau gagal ginjal, lebih baik hipertensi ditangani sejak awal. Ini akan menghemat biaya kesehatan di masa depan,” jelasnya.

Selain penghematan biaya, ia menyebut, program CKG juga akan meningkatkan quality of life, serta membuka peluang memperpanjang angka harapan hidup masyarakat Indonesia, yang saat ini berada pada usia sekitar 71 tahun.

“Dengan penyakit-penyakit ini bisa diatasi di stadium awal, kita berharap angka harapan hidup bisa terus meningkat,” kata Dante.

Program CKG akan terus dilanjutkan dan diperkuat, agar semakin memberikan manfaat bagi masyarakat di seluruh Indonesia, tidak terkecuali kelompok rentan.

6. Temuan program CKG

Infografis Capaian Program CKG 2025. (IDN Times/Mardhya Shakti)

Dikutip laman resmi Kemenkes, program CKG yang berlangsung sejak 10 Februari hingga 4 November 2025 mencatat partisipasi publik yang luar biasa. Dari 53,6 juta pendaftar, sebanyak 50,5 juta orang telah mengikuti pemeriksaan Kesehatan.

Kegiatan CKG umum mencatat 34,3 juta kehadiran peserta, sementara CKG sekolah diikuti 16,2 juta peserta yang hadir.

Berdasarkan data akhir Oktober 2025, pada kelompok dewasa, hampir seluruh peserta masuk kategori kurang aktivitas fisik sebanyak 96 persen, disusul karies gigi ada 41,9 persen, obesitas sentral 32,9 persen, kemudian overweight dan obesitas 24,4 persen.

Temuan ini mengonfirmasi bahwa penyakit tidak menular masih menjadi ancaman utama bagi kelompok produktif.

Temuan serupa juga terlihat pada kelompok usia lain. Pada bayi baru lahir, ditemukan risiko kelainan saluran empedu sebesar 18,6 persen, berat badan lahir rendah 6,1 persen, dan penyakit jantung bawaan kritis 5,5 persen.

Pada balita dan anak prasekolah, masalah gigi tidak sehat mencapai 31,5 persen, stunting 5,3 persen, dan wasting 3,8 persen. Sementara di kalangan remaja dan pelajar, aktivitas fisik kurang tercatat sebesar 60,1 persen, karies gigi 50,3 persen, dan anemia 27,2 persen, menunjukkan pola hidup tidak aktif sudah terbentuk sejak usia muda.

Pada kelompok lansia pun tak luput dari perhatian. Sebanyak 96,7 persen tercatat kurang aktivitas fisik dan 37,7 persen mengalami hipertensi.

Sementara, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, keberhasilan partisipasi masyarakat menunjukkan meningkatnya kesadaran publik, sekaligus membuka ruang besar untuk memperkuat program promotif dan preventif.

Menkes menegaskan program CKG bukan sekadar pemeriksaan massal, tetapi merupakan instrumen strategis untuk deteksi dini, dan tatalaksana dini untuk penyakit. Semakin dini penyakit ditangani dan diobati maka peluang sembuh menjadi lebih baik sehingga seseorang akan terhindar dari penyakit katastropik dan kecacatan bahkan kematian.

“Program ini bukan hanya soal jumlah peserta, tapi bagaimana hasilnya kita gunakan untuk memperkuat kebijakan, layanan kesehatan, dan intervensi di masyarakat,” kata ujar Menteri Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Rabu (5/11/2025)

Editorial Team