Eijkman: Vaksin Merah Putih Siap Uji Klinis Awal 2022

Pertengahan 2022 semoga dapat izin darurat

Jakarta, IDN Times - Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio mengungkapkan uji klinis vaksin merah putih yang dikembangkan Eijkman dilakukan paling lambat awal tahun 2022.

"Diharapkan pada akhir tahun atau paling lambat awal tahun 2022, uji klinis sudah bisa dimulai," kata Amin dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 dipantau virtual, Rabu (16/6/2021).

1. Izin darurat didapatkan setelah delapan bulan uji klinis

Eijkman: Vaksin Merah Putih Siap Uji Klinis Awal 2022IDN Times/Helmi Shemi

Amin menambahkan setelah delapan bulan dilakukan uji klinis maka akan mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) Vaksin Merah Putih. Pihaknya memastikan, Lembaga Eijkman akan mengawal uji klinis.

"Intinya bahwa Lembaga Eijkman dengan industri sudah bekerja sama dengan erat dan prosesnya bukan berarti Lembaga Eijkman menyerahkan bibit vaksin kemudian selesai, tetapi akan terus mengawal bahkan sampai seterusnya," ujar Amin.

Baca Juga: Kabar Terbaru! Vaksin Merah Putih Akan Digunakan Pertengahan 2022

2. Vaksin merah putih masih proses transisi industri

Eijkman: Vaksin Merah Putih Siap Uji Klinis Awal 2022Ilustrasi Lembaga Eijkman (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Amin menerangkan saat ini vaksin merah putih masih dalam proses transisi dari proses penelitian dan pengembangan dengan industri yang menggandeng PT Bio Farma.

"Jadi, prosesnya saat ini sedang dalam transisi, artinya apa yang dikerjakan di laboratorium, itu akan diterjemahkan di industri," ujar dia. 

3. Vaksin Merah Putih merupakan kolaborasi lembaga riset

Eijkman: Vaksin Merah Putih Siap Uji Klinis Awal 2022Gedung Lembaga Eijkman. eijkman.go.id

Diketahui pengembangan Vaksin Merah Putih merupakan kolaborasi lembaga riset diantaranya lembaga pemerintah non kementerian, dan perguruan tinggi, seperti LBM Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga dan Universitas Gajah Mada. 

Masing-masing vaksin dikembangkan dari platform berbeda, seperti protein rekombinen, viral vector termasuk inactivated virus dan genetik menggunakan DNA atau MRNA.

Dalam pengembangan vaksin, tidak hanya menggunakan pendekatan medis, namun melibatkan unsur lain yang kompleks. Dan diselenggarakan sesuai prosedur dan cara kerja sesuai standar, atau mengacu good manufacturing practice sebagaimana tertuang dalam Peraturan Kepala Badan POM RI Tahun 20212 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik.

Baca Juga: Mutasi COVID-19 Turunkan Efikasi, Eijkman: Vaksin Tetap Melindungi

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya