Epidemiolog: Antibodi COVID-19 Tidak Permanen, Bisa Terjadi Gelombang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengingatkan imunitas tubuh terhadap COVID-19 tidak bersifat permanen.
Diketahui berdasarkan penelitian antibodi tubuh terhadap virus COVID-19 di akhir Maret terhadap masyarakat Jawa-Bali mencapai 99,2 persen.
"Artinya tidak bisa menjamin tidak terjadi lonjakan sebab imunitas terhadap COVID-19 tidak bersifat permanen," kata Dicky dalam rekaman video yang diterima IDN Times, Rabu (4/5/2022).
1. Berpotensi lahirkan varian baru
Dicky menambahkan kondisi saat ini kian longgar dan masyarakat semakin abai terhadap protokol kesehatan. Apalagi capaiannya masih jauh di bawah 70 persen.
“Sehingga adanya penyebaran atau sirkulasi virus yang tak terkendali ini terjadi di tahun ketiga pandemi. Ini berpotensi melahirkan bukan hanya subvarian baru dari Omicron atau rekombinan Omicron tapi juga potensi varian lain,” kata Dicky.
Baca Juga: Epidemiolog: Waspadai Varian Omicron XE, 10 Persen Lebih Menular
2. Omicron BA.4 dan BA.5 mampu mereinfeksi ulang
Editor’s picks
Dicky mengatakan saat ini juga telah muncul turunan Omicron lain salah satu yang diwaspadai BA.4 dan BA.5 yang mampu mereinfeksi ulang.
Dicky mengingatkan agar pemerintah berkaca dari kasus COVID-19 di sejumlah negara, misal Amerika, Eropa, termasuk China yang telah menerapkan lockdown yang berkelanjutan.
3. Ancaman gelombang selanjutnya
Dicky mengungkapkan varian BA.4 dan BA.5 Omicron ini bisa mengancam terjadinya gelombang selanjutnya. Untuk itu, Dicky mengimbau agar masyarakat tidak larut dalam euforia lebaran di tengah kebijakan kian longgar
"Kita harus waspada, situasi membaik iya tetapi jangan euforia apalagi arus mudik dan balik ini saat ini melibatkan puluhan juta. Semoga kita bisa melewati fase ini tanpa ada potensi perburukan," ujarnya.
Baca Juga: Pandemik COVID-19 Lahirkan Orang Miskin Baru di Perkotaan