Epidemiolog: Varian Omicron Lebih Ganas dari Delta
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times- Ahli epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, memberikan peringatan terkait munculnya varian baru virus corona B.1.1.529 atau Omicron. Pasalnya, varian virus ini lebih ganas daripada delta dan beta.
"Varian ini sangat mengkhawatirkan dari sisi mutasi melebihi delta, dan secara epidemiologi cenderung lebih cepat menular," ujar Dicky saat dihubungi IDN Times, Sabtu (27/8/2021) malam.
Dicky mengungkapkan mutasi varian ini teridentifikasi pertama kali di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan dan Varian B.1.1.529 cenderung menjadi super varian.
1. Berpotensi infeksius dan menurunkan efikasi vaksin
Dia menerangkan varian B.1.1.529 memiliki 32 mutasi. Salah satunya terdeteksi di Cambridge, Inggris.
Berdasarkan penelitian di Cambridge, varian baru ini juga berpotensi infeksius dan menurunkan efikasi vaksin.
"Varian ini berpotensi infeksius, ini juga perlu perkembangan berikutnya karena baru 11 November lalu terdeteksi dari whole genome sequencing dari Afrika," katanya.
Baca Juga: [UPDATE] 261 Juta Orang di Dunia Terinfeksi COVID-19
2. Perkuat kolaborasi antarnegara
Editor’s picks
Dicky menegaskan saat ini kolaborasi antarnegara sangat penting, sehingga jangan sampai ada negara yang dibiarkan sendirian dengan situasi pandemik yang tidak terkendali dan vaksinasi sekedarnya.
"Harus perkuat kolaborasi, cakupan vaksinasi harus makaimal, segera mungkin booster terutama yang mempunyai resiko seperti komorbid, lansia, perkuat syarat bepergian dengan skrining jika perlu digratisin, jangan lupa perketat protokol kesehatan," imbaunya.
3. WHO nyatakan varian omicron perlu diwaspadai
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (26/11) mengklasifikasi varian B11529 yang muncul di Afrika Selatan sebagai SARS-CoV-2 varian yang diwaspadai, dan menyebutkan varian itu kemungkinan lebih cepat menular dibanding varian lainnya.
"Bukti awal menunjukkan adanya peningkatan risiko infeksi berulang dan perubahan yang merugikan dalam epidemiologi COVID-19," kata WHO lewat pernyataan usai rapat tertutup ahli independen dikutip dari ANTARA.
Infeksi di Afrika Selatan melonjak drastis dalam beberapa pekan terakhir, bersamaan dengan temuan varian yang kini dinamai sebagai omicron.
"Varian ini mempunyai mutasi yang banyak, yang beberapa di antaranya mengkhawatirkan. Bukti awal memperlihatkan bahwa varian ini memiliki risiko infeksi berulang yang tinggi, jika dibanding dengan (varian yang diwaspadai) lainnya," kata dia.
Baca Juga: [LINIMASA-3] Perkembangan Vaksinasi COVID-19 di Indonesia