Kisah Mahasiswi UNJA Korban TPPO Jerman, Terlantar jadi Kuli Bangunan

Korban TPPO berkedok magang makan korban 1.900 mahasiswa

Jakarta, IDN Times - Bayangan untuk mendapatkan ilmu, pengalaman, serta uang yang dijanjikan sebesar Rp30 juta per bulan seketika runtuh saat seorang Mahasiswi dari Universitas Jambi sebut saja RM menapakkan kaki di Jerman. Selama 3 bulan, mahasiswi jurusan pemerintahan ini justru menjadi buruh kasar termasuk kuli bangunan di negara Eropa bagian barat tersebut selama 3 bulan.

RM merupakan salah satu dari 1.900 mahasiswa yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) berkedok magang di Jerman.

Pada IDN Times, perempuan berusia 22 tahun ini mengungkapkan awal mula kejadian pahit tersebut. RM mengatakan dia mendapat info program Magang Ferienjob dari media sosial Universitas Jambi baik Instagram maupun WhatsApp Group pada 27 April 2023.  

"Infonya saya dapat dari universitas, saya tertarik karena bisa konversi 20 SKS selaras dengan program MBKM dan gajinya Rp20 juta sampai Rp30 juta per bulan, ya kan 3 bulan bisa Rp100 juta. Saya mendaftar dan lulus seleksi melalui Universitas Jambi. Kemudian diarahkan untuk mendaftar ke website CV Gen. Di CV Gen mahasiswa menyerahkan persyaratan administrasi," ujarnya Jumat (28/3/2024).

 

1. RM dapat izin kontrak kerja

Kisah Mahasiswi UNJA Korban TPPO Jerman, Terlantar jadi Kuli BangunanPotret Kemegahan Kastil Neuschwanstein, Jerman (pexels.com/Pixabay)

Saat proses administrasi, RM harus merogoh kocek Rp12 juta. Persyaratan administrasi tersebut digunakan untuk mendapatkan sponsor dari agency (Brisk) izin kerja dari ZA, sementara yang bertanggung jawab mengurus sponsor dan izin kerja adalah PT. SHB. Selanjutnya, RM mendapatkan izin kerja dari ZAV, Erklärung dan kontrak kerja dari Brisk United GmbH. 

"Dalam kontrak kerja, disebutkan saya bekerja mulai dari tanggal 4 Oktober 2023 sampai dengan 30 Desember 2023," katanya.

Baca Juga: Menko Hadi Identifikasi Ada 1.900 Orang Diduga Jadi Korban TPPO Jerman

2. Agen dan kampus lepas tangan saat RM di Jerman

Kisah Mahasiswi UNJA Korban TPPO Jerman, Terlantar jadi Kuli BangunanIlustrasi belajar (unsplash.com/Thought Catalog)

RM berangkat ke Jerman pada 11 Oktober 2023 dibantu oleh PT SHB. Dia disambut penyalur tenaga kerja di Jerman bernama Brisck United yang merupakan mitra dari CV Gen. 

Sebenarnya, RM sejak pemberkasan administrasi sudah curiga ada yang tidak beres dengan program Fierjoob, sebab saat pemberkasan dia dianggap sebagai pekerja bukan mahasiswa.

Sampai Jerman, RM tidak langsung mendapatkan lokasi magang, selama 2 minggu dia merasa luntang-lantung di penampungan yang disediakan Brisck United sebagai penyalur tenaga kerja di Jerman.

"Harian saya yang penuhin makan dan sebagainya. Posisi agen dan kampus itu mereka cenderung lepas aja," ujarnya.

 

Baca Juga: TPPO Modus Magang ke Jerman, KemenPPPA: Kolaborasi Harus Diperkuat

3. RM tak kunjung dapat lokasi kerja sampai 2 pekan

Kisah Mahasiswi UNJA Korban TPPO Jerman, Terlantar jadi Kuli BangunanPixabay.com

RM juga harus berpindah sampai 3 kali akomodasi ke lokasi penampungan di Pallazo dan Mochengladbach yang jaraknya 2 jam perjalanan. Pada 27 Oktober 2023, dia mendapat kontrak berbahasa Jerman. Memang sejak tiba di Jerman, RM tidak didampingi penerjemah sehingga dia agak kesulitan.

"Jadi kayak gak ada pilihan lain, karena saya juga sudah tanda tangan kontrak, jadi sebenarnya dalam tekanan yang pertama saya sudah lama menganggur dan dianggurkan," imbuhnya.

4. Jadi kuli logistik

Kisah Mahasiswi UNJA Korban TPPO Jerman, Terlantar jadi Kuli Bangunanilustrasi pengiriman barang (pexels.com/Norma Mortenson)

Setelah menunggu lama, akhirnya pada 30 Oktober 2023 RM bekerja menjadi kuli paket di perusahaan ID Logistic di Kota Kaiserslautern. RM juga diminta ikut pelatihan menggunakan fork lift. Namun, pelatihan itu terkesan tidak professional karena mendapat jatah praktik hanya 5 menit.

"Tes tersebut terdiri dari teori sekitar 30 menit dan praktik. Saya sendiri mendapatkan jatah praktik sekira 5 menit. Hasil praktik tidak memberikan saya kemampuan mengendarai fork lift secara profesional," katanya 

5. Jadi kuli bangunan sampai diusir dari apartemen

Kisah Mahasiswi UNJA Korban TPPO Jerman, Terlantar jadi Kuli BangunanPara pekerja membersihkan water intake di sarana pembangkit PLTGU Tambaklorok Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Pada 2 Desember, RM dipecat tanpa alasan. Brisk mengirimkan surat pemutusan kontrak sepihak. Bersamaan itu juga, Brisk menginformasikan pemecatan oleh perusahaan ID Logistic. Pemecatan oleh ID Logistic dikirimkan via email ke Brisk. 

"Saya dipecat bersama 15 mahasiswa lainnya karena perempuan dan tidak mencapai produktivitas, padahal saya dan tim selalu memenuhi target bekerja pada pendapatan produk per jam, hal ini juga didukung oleh pujian tim leader yang saya dapatkan," katanya

Dalam kurun waktu 8 Desember sampai 20 Desember, RM berganti pekerjaan yang semuanya hampir pekerjaan kasar mulai sortir buah, bekerja dipeternakan, sampai jadi kuli bangunan di Senayan apartment.

Bahkan pada 20 Desember 2023, dia hampir diusir oleh pemilik apartemen karena akomodasi belum dibayar Brisk. Akhirnya, SHB membantu membayarkan sewa tersebut.

Baca Juga: Kemenkopolhukam akan Bentuk Tim Khusus Usut TPPO Ferienjob ke Jerman

7. Tak ada bantuan hingga pulang ke Indonesia sampai tuntut kampus

Kisah Mahasiswi UNJA Korban TPPO Jerman, Terlantar jadi Kuli BangunanIlustrasi mata uang (IDN Times/Aditya Pratama)

RM merasa capek karena sejak datang Jerman sampai 27 Desember, dia sudah 9 kali berpindah akomodasi di kota berbeda dengan tenggang waktu yang berdekatan. Jarak antar akomodasi memakan waktu 5 sampai 12 jam perjalanan.

"Saya merasa sangat tidak nyaman dengan perjalanan dengan suhu dingin dan dengan uang yang sangat minim (karena belum mendapatkan gaji dan ketika mendapatkan gaji pun sangat minim). Ketika sampai di akomodasi pula, kerap kali beberapa jam setelahnya, saya langsung bekerja," katanya.

Sebenarnya RM sudah meminta bantuan dari pihak kampus namun tidak ada respon. Dia terdesak sebab selama magang banyak potongan gaji yang dilakukan penyalur hingga dia hanya mendapatkan yang Rp7 Juta saja selama di Jerman.

RM akhirnya kembali ke tanah akhir pada Januari 2024. Namun, RM masih melakukan berbagai upaya pada pihak kampus yang dinili bertanggungjawab. Dia melayangkan sejumlah tuntutan yakni meminta maaf setra menanggung 

"Kemarin kita sendiri memberikan tuntunan take unja masalah pemutusan MOu penghapusan utang, kompensasi, perlindungan, permintaan maaf dan hal lainnya," paparnya.

 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya