Pakar UGM: Varian Delta Plus Belum Terbukti Lebih Ganas

Varian AY.4.2 merupakan hasil mutasi alamiah

Jakarta, IDN Times - Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Gunadi mengatakan, varian Delta Plus atau AY.4.2 merupakan hasil mutasi alamiah yang terjadi pada virus, termasuk SARS-CoV-2. Namun, hasil mutasi tidak selalu lebih berbahaya.

Gunadi menyebutkan sampai saat ini belum ada bukti riset soal tingkat keganasan varian ini lebih berbahaya dari varian Delta.

“Otoritas Kesehatan Inggris juga baru menggolongkannya menjadi Variant Under Investigation, belum VOI atau pun VOC, sekali lagi AY.4.2 belum ada bukti yang menunjukkan lebih ganas ya atau pun lebih mudah menular dibandingkan varian induknya, varian Delta (B.1.617.2),” ujarnya dikutip dari laman resmi ugm.ac.id, Selasa (16/11/2021).

Baca Juga: Varian Delta Plus AY.4.2 Sudah Masuk Malaysia, Dibawa dari Inggris 

1. Varian Delta Plus sudah terdeteksi di Malaysia

Pakar UGM: Varian Delta Plus Belum Terbukti Lebih Ganasilustrasi varian Delta (Science Source/Juan Gaertner)

Meski varian ini berasal dari Inggris dan sudah terdeteksi di Malaysia, menurut Gunadi, pemerintah tetap harus memperketat perbatasan untuk mengantisipasi masuknya setiap varian baru.

”Sebetulnya pencegahan penyebaran varian apapun, termasuk AY.4.2 sama. Mestinya pemerintah sudah antisipasi termasuk terkait perbatasan antar negara,” tegasnya.

2. Lonjakan penularan kasus belum tentu disebabkan varian Delta

Pakar UGM: Varian Delta Plus Belum Terbukti Lebih GanasSeorang perempuan berjalan melewati tanda pembatasan sosial, saat kota dan daerah sekeliling menghadapi aturan larangan sebagai upacara menghindari 'lockdown' secara lokal yang diberlakukan di kawasan untuk membatasi penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Manchester, Britain, Selasa (4/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Molly Darlington)

Terkait lonjakan penularan kasus COVID-19 di Inggris, Gunadi menilai, belum tentu disebabkan varian tersebut. Sebab, kenaikan penularan juga dipicu longgarnya penerapan pembatasan dan protokol kesehatan.

“Tergantung banyak faktor, salah satu faktor yang penting adalah bagaimana aktivitas masyarakat khususnya prokes,” ujarnya.

3. Protokol kesehatan harus diperkuat

Pakar UGM: Varian Delta Plus Belum Terbukti Lebih GanasMemberikan masker kepada jemaah yang tidak membawa masker sebelum masuk ke masjid (IDN Times/Saifullah)

Menurut Gunadi, protokol kesehatan harus diperkuat dalam segala aktivitas kegiatan di masyarakat hingga tercapainya kekebalan komunal. Sepanjang COVID-19 belum terkendali dan imunitas kelompok belum terbentuk, prokes ketat dan pembatasan kegiatan warga tetap perlu diutamakan pemerintah.

“Kuncinya satu, prokes. Sampai kapan? sampai kekebalan komunal tercapai,” kata dia.

Baca Juga: Korsel Laporkan 2 Kasus Pertama COVID-19 Varian Delta Plus

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya