Tergerus Zaman, 60 Persen Pemijat Tunanetra DKI Jadi Penjual Kerupuk
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) DKI Jakarta Ajad Sudrat mengungkapkan, saat ini teman-teman tunanetra masih berjuang agar dapat akses pekerjaan di pemerintah.
"Kami masih mengupayakan agar teman-teman bisa mengakses kerja, kita minta sama pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang teman-teman bisa lakukan," ujar Ajad saat dihubungi IDN Times, Rabu (4/12).
Baca Juga: Hari Disabilitas Internasional, 1700 siswa Tampil Saling Memotivasi
1. Berharap pemerintah sediakan tempat pijat di kantor dan pekerjakan tunanetra
Dia mencontohkan, pemerintah bisa menyediakan tempat pijat di kementerian atau kantor-kantor pemerintah, yang nantinya mempekerjakan penyandang tunanetra.
"Kalau misalnya teman-teman masuk pegawai negeri untuk yang berpendidikan SMA ke atas, sedangkan SMA ke bawah mereka mau ke mana," ungkap Ajad.
2. Banyak tunanetra beralih dari tukang pijat menjadi penjual kerupuk
Sedangkan saat ini profesi pemijat yang digeluti para tunanetra semakin tergerus dengan zaman. Menurut Ajad, sejak 2000 sampai sekarang jumlah pemijat tunanetra semakin turun.
Ajad mengungkapkan, dari 500 tunanetra yang bekerja sebagai pemijat, sekitar 350 orang beralih menjadi penjual kerupuk.
Editor’s picks
"Mungkin lebih mudah jadi penjual kerupuk ya daripada jadi pengamen, teman-teman ditangkapin," jelasnya.
3. Tiap tahun jumlah panti pijat tunanetra berkurang
Ajad menegaskan, di DKI Jakarta saja pada 2000 ada 275 panti pijat tunanetra yang terdaftar. Namun, jumlah tersebut terus menurun sekitar 15 sampai 20 persen setiap tahun.
"Hitung saja sendiri tiap tahun jumlah pangi tunanetra terus menurun itu yang terdaftar, belum yang tidak terdaftar. Makanya, kami saat ini masih berjuang untuk teman-teman tunanetra," katanya.
4. Tunanetra bisa akses kerja dan bebas diskriminasi
Di Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember kemarin, Ajad berharap tidak hanya ada lapangan kerja yang luas untuk tunanetra, namun juga penyandang disabilitas bisa bebas dari diskriminasi.
"Selama ini kehadiran kita seringkali dikesampingkan, terutama saat kita jalan sendiri. Sering saya harus mengalah untuk berdiri karena kursi untuk prioritas dipakai padahal saya memakai tongkat," katanya.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb