Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Freddy Ardianzah, Banjir Sumatra
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Freddy Ardianzah di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. (Dokumentasi Puspen TNI)

Intinya sih...

  • Penyerangan dilakukan dengan benda-benda berpotensi membahayakan, termasuk senjata tajam dan airsoft gun

  • Bos perusahaan yang pekerjakan WNA China mempertanyakan kehadiran TNI di area pertambangan emas

  • Imigrasi telah memeriksa 26 WNA China terkait dugaan serangan terhadap anggota TNI di area PT Sultan Rafli Mandiri (SRM)

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Isu penyerangan yang dilakukan oleh belasan warga asing terhadap prajurit TNI di Ketapang, Kalimantan Barat menjadi sorotan luas publik. Mabes TNI membenarkan ada penyerangan terhadap sejumlah personel TNI oleh warga negara China di kawasan tambang emas di Ketapang pada Minggu, 14 Desember 2025 pukul 15.40 WIB.

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Freddy Ardianzah menjelaskan, kejadian itu berawal saat anggota Batalyon Zipur 6/SD melakukan latihan dalam satuan di areal milik salah satu perusahaan. Mereka kemudian mendapat informasi dari petugas keamanan bahwa terlihat drone terbang di area latihan tersebut.

"Anggota kemudian melakukan pengejaran serta mendatangi lokasi orang yang mengoperasikan drone. Ternyata drone itu dioperasikan oleh empat WNA asal Beijing," ujar Freddy di dalam keterangan tertulis, Rabu (17/12/2025).

Jenderal bintang dua itu mengatakan, empat WNA China tersebut kemudian sempat dimintai keterangan oleh anggota TNI. Tetapi tiba-tiba muncul 11 WNA asal China lainnya. Belasan WNA China inilah yang diduga melakukan penyerangan terhadap anggota TNI.

1. Penyerangan diduga dilakukan dengan benda-benda yang berpotensi membahayakan

Ilustrasi senjata airsoft gun. (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Konfirmasi serupa juga disampaikan oleh Kepala Penerangan Kodam XII/Tanjungpura, Kolonel Inf Yusub Dody Sandra. Ia bahkan menyebut penyerangan itu diduga dengan menggunakan sejumlah benda yang berpotensi membayakan, termasuk senjata tajam, airsoft gun, dan alat setrum.

Yusub mengatakan, anggota TNI kemudian memutuskan tak mengeskalasi situasi. Mereka mengambil langkah taktis dengan menghindari konfrontasi lebih lanjut.

Anggota TNI kembali ke area perusahaan untuk mengamankan diri dan melaporkan kejadian ke komando atas. Akibat insiden itu, terdapat sejumlah kerusakan. Mulai dari satu unit kendaraan operasional perusahaan jenis Toyota Hilux dan satu unit sepeda motor milik PT Sultan Rafli Mandiri (SRM).

2. Bos perusahaan yang pekerjakan WNA pertanyakan peran TNI

Ilustrasi pertambangan (IDN Times)

Sementara, klarifikasi juga disampaikan oleh PT Sultan Rafli Mandiri (SRM) soal dugaan serangan 15 WNA China terhadap anggota TNI. PT SRM menyebut, belasan WNA China itu merupakan karyawan perusahaan. Namun, mereka membantah ada penyerangan terhadap anggota TNI di area penambangan.

Mereka justru mempertanyakan kehadiran TNI di area pertambangan emas itu. Direktur Utama PT Sultan Rafli Mandiri (SRM), Li Changjin, membenarkan jika ada staf teknis PT SRM berkewarganegaraan China yang mengoperasikan drone di area tambang.

Meski begitu, dalam keterangan tertulis pada Selasa kemarin, Li Changjin menegaskan pihaknya membantah tudingan bahwa staf tersebut melakukan penyerangan terhadap anggota TNI.

"Pada saat kejadian, staf teknis kami merasa ketakutan karena perlengkapan mereka langsung disita. Kami juga tidak mengetahui kepentingan pihak tertentu berada di lokasi tersebut,” ujar Li.

Li menyebut, drone dan telepon seluler milik staf teknis tersebut sempat disita. Sementara rekaman di dalam perangkat dihapus, sebelum akhirnya dikembalikan.

3. Imigrasi periksa 26 WN China imbas dugaan penyerangan ke anggota TNI

Plt Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Imipas, Yuldi Yusman. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Sementara, Plt Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Imipas, Yuldi Yusman, mengatakan ada 26 orang WNA China yang sudah diamankan imbas dugaan serangan terhadap anggota TNI di area PT Sultan Rafli Mandiri (SRM).

"Yang pasti, WNA-nya saat ini sudah diamankan dan dititipkan di kantor imigrasi Ketapang. Jumlahnya 26 WNA, yang sementara ini diamankan di Kantor Imigrasi Ketapang," ujar Yuldi di Kantor Direktorat Jenderal Jenderal Imigrasi, Selasa (16/12/2025).

Ia menambahkan, saat ini tengah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait dokumen keimigrasiannya. Sedangkan polisi masih mendalami dugaan aksi perusakan yang dilakukan oleh warga negara asal Negeri Tirai Bambu itu.

"Saat ini juga dalam rangka pemeriksaan, tentunya kami akan verifikasi dan klarifikasi kepada pihak sponsor yang mendatangkan WNA-WNA tersebut," tutur dia.

Yuldi mengatakan, jumlah WNA China yang diamankan kemungkinan akan bertambah. Sebab, total ada 34 WNA China yang bekerja di sana.

"Tapi, pada saat diamankan ada dua yang izin ke Pontianak karena ingin melakukan perpanjangan terkait visanya, kemudian ada satu yang sakit dan berobat. Sementara, tiga tidak berada di tempat tapi di penginapan, Tumbang Titi," katanya.

Editorial Team