Jakarta, IDN Times - Pakar Komunikasi Politik Effendi Gazali kembali dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis, 26 Maret 2021. Kali ini, ia dipanggil terkait kasus dugaan suap bantuan sosial COVID-19 di Kementerian Sosial.
Sebelumnya, ia juga pernah memenuhi panggilan KPK pada kasus dugaan suap ekspor benih bening lobster atau benur di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Dalam kasus bansos, Effendi awalnya mengaku bingung mengapa ia dipanggil KPK sebagai saksi untuk tersangka Matheus Joko Santoso. Setelah pemeriksaan, ia membantah terlibat kasus suap bansos COVID-19.
"Saya sudah dipanggil dan tadi sudah terbukti saya tidak ada hubungannya dengan CV apalah itu yang disebutkan. Saya juga tidak pernah terima aliran dana," ujar Effendi pada Kamis lalu.
Effendi mengaku lebih banyak membahas tentang seminar soal riset bansos yang digelar pada 23 Juli 2020. Saat itu, ia sebagai pembawa acara atau fasilitator dan Ray Rangkuti yang menjadi pembicaranya.
Pada seminar itu, Effendi menekankan agar kuota bansos tak diserahkan kepada "Dewa-dewa". Namun, ia tak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata-kata itu.
"Di situ poinnya adalah kami menyampaikan supaya jangan itu dimakan semua oleh 'dewa-dewa', tetapi yang kecil-kecil ini UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) juga dapat. Itu tadi, jadi lebih banyak membahas 23 Juli 2020 ketika ada seminar nasional tentang riset bansos," tuturnya.
Sebelumnya, KPK juga pernah memanggil Effendi. Namun, saat itu ia dipanggil terkait pekerjaannya sebagai mantan penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang kini menjadi terdakwa kasus suap ekspor benih lobster di KKP.
"Effendi Gazali didalami pengetahuannya terkait dengan hasil kajian dan konsep rancangan Peraturan Menteri KP mengenai kebijakan ekspor benih lobster," ujar Pelaksana Juru Bicara KPK Ali Fikri.