Gerak Cepat Tangani Pelecehan Anak di Surabaya, Kemensos Lakukan Ini 

Penanganan tak tepat dapat meninggalkan trauma pada korban

Jakarta, IDN Times -- Sebanyak 11 anak korban kekerasan fisik dan seksual di Surabaya mulai bisa beraktivitas kembali di sekolah mereka. Pihak sekolah tidak lagi mempekerjakan oknum guru pelaku kekerasan fisik dan seksual kepada mereka.

Para korban merupakan rekan satu kelas di bangku kelas IV SD. Atas kejadian ini, Menteri Sosial Tri Rismaharini menginstruksikan jajaran untuk memberikan pendampingan. Melalui Sentra Terpadu “Prof. dr. Soeharso” di Surakarta dan Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, segera dilakukan pendampingan dan terapi psikososial.

“Kami dapat arahan Sabtu (25/2) lalu. Minggunya (26/2), kami langsung bertolak ke Surabaya. Di sana, kami bergabung dengan pemerintah daerah setempat, menemui anak-anak ini untuk memberikan terapi psikososial,” kata psikolog dari Sentra Terpadu “Prof. dr. Soeharso” di Surakarta, Ratna Yanuar Anugrah Putri, saat dikonfirmasi via sambungan telepon, belum lama ini.

1. Terapi psikososial kepada korban dilakukan dengan mengajak mereka mengikuti dinamika kelompok dan terapi bermain

Gerak Cepat Tangani Pelecehan Anak di Surabaya, Kemensos Lakukan Ini Pada Minggu (26/2/2023), tim Kemensos bertemu dengan anak-anak korban pelecehan dan kekerasan Surabaya di sekolah guna melakukan pendekatan awal. (Dok. Kemensos)

Tiba pada Minggu (26/2), tim Kemensos bertemu dengan anak-anak serta orang tua dari anak-anak tersebut di sekolah guna melakukan pendekatan awal. Ratna mengatakan, terapi psikososial kepada korban dilakukan dengan mengajak mereka mengikuti dinamika kelompok dan terapi bermain.

“Karena kita baru pertama kali bertemu, jadi kita ajak mereka dinamika kelompok, menggambar, dan bercerita. Kita kasih pendekatan awal ke anak-anak itu,” kata dia.

Setelah anak-anak mulai terbuka, selanjutnya, pada Senin (27/2), tim Kemensos mulai mengarah pada kejadian kekerasan yang mereka alami. Tim menggali cerita dari anak-anak menggunakan metode pendekatan body mapping.

“Kita minta anak-anak untuk menggambar anggota tubuh mereka. Tujuannya, yang pertama, tentunya pengenalan diri mereka sendiri. Kedua, sambil kita memberikan edukasi pengenalan tubuh mereka, melalui gambar itu, kita juga menggali bagian mana dari tubuh mereka yang merasakan sensasi tidak enak ketika peristiwa pelecehan itu terjadi,” kata Ratna menjelaskan.

Baca Juga: Kemensos Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Banjir Pasuruan

2. Terapi diberikan secara bertahap

Gerak Cepat Tangani Pelecehan Anak di Surabaya, Kemensos Lakukan Ini Ilustrasi pelecehan seksual anak (unsplash.com/@art_maltsev)

Dengan mengajak anak-anak ini berkegiatan demikian, kata Ratna, diharapkan anak dapat mengekspresikan diri, menurunkan kecemasan, membantu penerimaan diri, dan mengurangi dampak psikis pascakejadian.

Intervensi kepada anak-anak tersebut, dia melanjutkan, dilakukan hingga Selasa (28/2). Adapun, pada hari ketiga, tim melakukan konseling individual kepada masing-masing anak. Tim juga membawa anak-anak untuk pemeriksaan ke dokter dan psikiater. 

“Alhamdulillah, anak-anak terbuka dan komunikatif. Setelah metode body mapping sehari sebelumnya, mereka jadi lebih bisa menyampaikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan, kemudian bisa menceritakan kronologi kejadian yang mereka alami,” ujarnya.

3. Dukungan psikososial kepada korban diberikan dengan mendatangi rumah setiap anak secara bertahap

Gerak Cepat Tangani Pelecehan Anak di Surabaya, Kemensos Lakukan Ini Dukungan psikososial kepada korban pelecehan seksual dan kekerasan di Surabaya diberikan pada Rabu (1/3/2023) dan Kamis (2/3/2023), dengan mendatangi rumah setiap anak secara bertahap. (Dok. Kemensos)

Terkait pemeriksaan ini, Kemensos akan terus berkoordinasi dengan psikiater dan psikolog klinis dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Gading Surabaya untuk pemulihan psikososial korban.

Selain memberikan intervensi langsung kepada anak-anak, Kemensos juga memberikan dukungan psikososial kepada keluarga korban dan memberikan edukasi terkait pengasuhan anak. Dukungan psikososial kepada keluarga korban diberikan pada Rabu (1/3) dan Kamis (2/3), dengan mendatangi rumah setiap anak secara bertahap.

“Kita melakukan home visit dua kali, Rabu dan Kamis. Pertama, kita melihat situasi rumah seperti apa, menggali dan konseling pribadi dengan orangtua anak. Esoknya, kita ke sana lagi untuk memberikan bantuan,” ujarnya.

 

4. Berkoordinasi dengan Dinas Sosial, DP3APPKB, dan kepala sekolah untuk pendampingan dan pendidikan korban berkelanjutan

Gerak Cepat Tangani Pelecehan Anak di Surabaya, Kemensos Lakukan Ini Ilustrasi pelecehan hingga intimidasi (freepik.com/freepik)

Bantuan dari Kemensos diberikan kepada 11 anak melalui bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berupa sembako, nutrisi, perlengkapan kebersihan, perlengkapan sekolah, hingga paket permainan anak.

Sementara, bantuan ATENSI kewirausahaan untuk pemberdayaan keluarga korban juga diberikan kepada enam dari 11 orang tua korban. Mereka diberikan modal untuk usaha jualan mainan dan aksesoris anak, usaha jualan baju, usaha jualan kue kering dan frozen food, serta usaha jualan sembako.

Selain itu, Kemensos juga memfasilitasi perpindahan sekolah salah seorang siswa dari sekolah lamanya ke sekolah baru di Kecamatan Kenjeran, Surabaya, dan membayarkan biaya pendaftaran serta perlengkapan sekolahnya.

Adapun, Kemensos akan tetap berkoordinasi dengan Dinas Sosial, DP3APPKB, dan kepala sekolah untuk pendampingan dan pendidikan korban berkelanjutan.

5. Memberikan pembinaan, pengawasan, dan pemantauan berkelanjutan untuk sekolah dan guru agar kejadian tersebut tidak terulang kembali

Gerak Cepat Tangani Pelecehan Anak di Surabaya, Kemensos Lakukan Ini Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Besse Fadhilah)

Pemerintah daerah setempat juga memberikan pembinaan, pengawasan, dan pemantauan berkelanjutan untuk sekolah dan guru agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.

Sebelumnya, 11 siswa SD di Surabaya ini menjadi korban kekerasan fisik dan seksual oleh oknum guru wali kelas saat pelajaran cinta indra perasa. Dengan dalih menguji kepekaan siswa, pelaku melakukan oral seks kepada 9 siswa perempuan, sedangkan 2 orang siswa laki-laki menjadi saksi terjadinya pencabulan tersebut.

Siswa laki-laki tersebut juga pernah mengalami kekerasan fisik dari pelaku. Atas pengakuan salah seorang siswa kepada orang tuanya, kejadian tersebut akhirnya terungkap. (WEB)

Baca Juga: Gandeng IPB & Dunia Usaha, Kemensos Perkuat Kemandirian Ekonomi Rentan

Topik:

  • Ahmad Faisal

Berita Terkini Lainnya