Petugas kesehatan mendata pasien COVID-19 dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) yang baru tiba di Rumah Susun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (21/6/2021) (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Mengenai evaluasi PPKM Darurat selama sepekan ini, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan ada dua parameter yang bisa mengukur keberhasilan kebijakan PPKM Darurat. Pertama adalah growth rate atau pertumbuhan kasus, dan kedua angka reproduksi.
Dicky mengungkapkan pertumbuhan kasus COVID-19 di Indonesia selama sepekan PPKM Darurat justru mengalami peningkatan hingga 45,4 persen.
“Untuk growth rate berarti pertumbuhan kasusnya itu 3 Juli dari 38,3 persen meningkat 9 Juli menjadi 45,4 persen. Kemudian angka reproduksi 3 Juli 1,37, pada 9 Juli 1,4, meningkat,” sebut Dicky saat dihubungi IDN Times, Sabtu (10/7/2021).
“Jadi artinya belum berhasil, karena untuk melihat evaluasi melihat keberhasilan intervensi dua ini, terutama growth rate dan angka reproduksi,” lanjut Dicky.
Dicky juga memaparkan angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia selama PPKM Darurat. Per 3 Juli 2021, tercatat 219 kematian per 1 juta penduduk. Sementara, per 9 Juli 2021, tercatat 236 kematian per 1 juta penduduk.
Namun, Dicky menyebut tes COVID-19 memang ada peningkatan selama sepekan ini. Kendati, ia menilai peningkatan tes itu belum bermakna terhadap kondisi kasus di Tanah Air.
“Pertama, dari skala penduduk, pada 3 Juli tes kita dilakukan dilakukan 49,8 tes per 1.000 orang. Sedangkan pada 9 Juli dilakukan 52 tes per 1.000 orang, ada sedikit peningkatan, jadi 52 tes per 1.000 orang, tapi ini belumlah memadai, jauh dari memadai, karena kaitan dengan tes ini dilihat dari tes positivity rate,” terang dia.
“Pada 3 Juli, tes postivity rate 24,1 persen dan per 9 Juli 26,6 persen, meningkat. Artinya ini menandakan tidak atau belum memadainya tes. Masih belum bisa menjangkau dan menemukan kasus-kasus infeksi,” dia menambahkan.
Untuk menemukan satu kasus terkonfirmasi positif, Dicky menjelaskan, pada 3 Juli 2021 memerlukan 4,1 tes. Sedangkan, pada 9 Juli diperlukan 3,8 tes untuk menemukan satu kasus terkonfirmasi positif.
Sedangkan jumlah vaksinasinya sendiri, Dicky mengatakan, ada peningkatan selama sepekan PPKM Darurat.
“Kabar baiknya, bahwa vaksinasi per 1.000 orang ada peningkatan. Pada 3 Juli tercatat 16,6 orang per 1.000 orang, meningkat menjadi 18,5 orang per 1.000 orang telah divaksinasi,” kata dia.
“Ini yang menjadi modal evaluasi bahwa kita harus tingkatkan ini dan esensi dari PPKM Darurat ini adalah sebetulnya memperkuat tiga-tiganya, memperkuat vaksinasi, memperkuat pembatasan. Pembatasan ini di pintu masuk negara dan skala komunitas,” lanjut Dicky.
Dari angka-angka tersebut, Dicky menarik kesimpulan bahwa PPKM Darurat belum optimal. Dia mengatakan, data yang menunjukkan belum menurunkan angka reproduksi COVID-19.
Menurutnya, angka kematian yang meningkat juga terjadi karena kegagalan pemerintah dalam melaksanakan 3T atau tracing, testing, dan treatment. Ia menyarankan agar pemerintah bisa meningkatkan 3T dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga agar kasus positif bisa segera terlacak sejak dini.