Ratusan Nakes Gugur, Satgas Bentuk Divisi Perlindungan Tenaga Medis

Respons cepat akan diberikan pada nakes terpapar COVID-19

Jakarta, IDN Times - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nasional membentuk divisi baru, yakni perlindungan tenaga medis dan tenaga kesehatan atau nakes. 

Juru Bicara Penanganan COVID-19 Profesor Wiku Adisasmito menjelaskan, divisi baru ini merupakan upaya pemerintah untuk meminimalkan banyaknya tenaga medis yang gugur akibat terpapar virus corona.

“Pembentukan bidang baru ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan tenaga kesehatan dari COVID-19 dan menurunkan angka kematian tenaga kesehatan akibat COVID-19,” kata Wiku saat menggelar konferensi pers secara daring, Kamis (7/1/2021).

Baca Juga: Lagi, Dokter di Kabupaten Tuban Meninggal Dunia karena Virus Corona

1. Pemerintah akan merespons lebih cepat kepada nakes yang terpapar COVID-19

Ratusan Nakes Gugur, Satgas Bentuk Divisi Perlindungan Tenaga MedisIlustrasi petugas medis memeriksa kondisi pasien virus corona menggunakan APD. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Untuk mengurangi risiko kematian nakes, Satgas akan merespons dan menangani lebih cepat kepada pejuang kemanusiaan itu, sejak pertama kali diketahui terpapar virus corona. 

Respons cepat dari pemerintah itu, kata Wiku, diharapkan dapat membantu mengurangi tenaga medis yang gugur akibat penanganan pandemik COVID-19 di Tanah Air.

“Menurunkan angka kematian tenaga kesehatan akibat COVID-19 dengan upaya pendekatan promotif dan preventif, serta kuratif dan rehabilitatif melalui respons cepat,” ujar dia.

2. IDI desak pemerintah melindungi nakes sebagai garda terdepan penanganan pandemik COVID-19

Ratusan Nakes Gugur, Satgas Bentuk Divisi Perlindungan Tenaga MedisIlustrasi pasien. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendesak pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan agar memperhatikan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis dan kesehatan, serta memberikan tes rutin untuk mengetahui status kondisi kesehatan terkini para nakes.

“Perlindungan bagi tenaga medis dan kesehatan ini adalah mutlak diperlukan, karena dalam situasi masyarakat yang abai protokol kesehatan dan seharusnya berada di garda terdepan dalam penanganan pandemik ini. Namun kami kini bukan hanya menjadi garda terdepan, namun juga benteng terakhir," kata Ketua Tim Mitigasi IDI dr Adib Khumaidi melalui keterangan tertulis, Sabtu 2 Januari 2021.

3. Ada 504 nakes meninggal dunia akibat terpapar COVID-19

Ratusan Nakes Gugur, Satgas Bentuk Divisi Perlindungan Tenaga MedisProses pemakaman salah satu jenazah COVID-19 di TPU Pondok Ranggon pada Selasa (16/9/2020). IDN Times/Aldila Muharma-Fiqih Damarjati

Berdasarkan catatan Tim Mitigasi IDI per 2 Januari 2021, total tenaga medis yang gugur akibat penanganan pandemik mencapai 504 orang. 

“Terdiri dari 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, 7 apoteker, 10 tenaga lab medik,” ujar Adib.

Para dokter yang wafat terdiri dari 101 dokter umum (4 guru besar), dan 131 dokter spesialis (7 guru besar), serta 5 residen, yang keseluruhannya berasal dari 25 IDI wilayah (provinsi) dan 102 IDI cabang (kota/kabupaten).

Data tersebut dihimpun dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Perastuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

4. Kematian nakes Indonesia tertinggi di Asia

Ratusan Nakes Gugur, Satgas Bentuk Divisi Perlindungan Tenaga MedisTim medis mengevakuasi seorang warga negara asing (WNA) terjangkit virus corona (COVID-19) turun dari kapal saat simulasi penanganan virus Corona di Pelabuhan Sukarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (10/3/2020). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia, dan lima besar di seluruh dunia. Bahkan, sepanjang Desember 2020, mencatat 52 dokter meninggal akibat COVID-19. Angka ini naik hingga lima kali lipat dari awal pandemik.

Kenaikan jumlah kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan ini, menurut Adib, merupakan salah satu dampak dari akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi belakangan ini seperti berlibur, Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah), dan aktivitas berkumpul bersama teman dan keluarga yang tidak serumah.

Baca Juga: Menkes Budi: Tenaga Kesehatan Sudah Letih, Cukup 500 Nakes Meninggal

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya