TKN soal Munajat 212: Acara Keagamaan Kok Kampanye?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko “Jokowi” Widodo - Ma’ruf Amin mengkritik keras acara keagamaan bertajuk “Malam Munajat 212” yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah FPI Pusat dan MUI Jakarta.
Juru Bicara TKN, Ace Hasan Syadzily, membeberkan bahwa awalnya ia mendukung acara keagamaan untuk mendoakan Indonesia. Namun, acara tersebut dicederai dengan adanya nuansa kampanye.
1. TKN melihat adanya unsur kampanye saat doa bersama tadi malam
Hal itu dibuktikan dengan salam dua jarinya Fadli Zon, serta pidato Zulkifli Hasan yang lebih tendensius ke arah kampanye untuk mendukung pasangan presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno.
“Bagi kami, acara doa bersama tentu sangat positif walaupun nuansa politisnya sangat tak bisa dihindarkan karena memakai embel-embel angka itu. Namun, jika doa bersama itu ternyata dipergunakan sebagai momentum untuk menyampaikan pesan-pesan politik, itu berarti sudah keluar dari nawaitu-nya,” ujar Ace dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/2).
Baca Juga: Hadiri Malam Munajat 212, Neno Warisman Berpuisi
2. Tim sukses Prabowo terlihat hadir dalam acara tersebut
Editor’s picks
Ia menilai bahwa acara semalam merupakan bagian dari politisasi agama sekaligus kampanye, apalagi Ace melihat penyelenggara acara tersebut merupakan tokoh-tokoh yang selama ini dikenal sebagai pendukung Prabowo.
“Kampanye politik itu itu boleh-boleh saja. Namun, harus pada tempatnya. Kita semua sudah tahu peraturannya. Masyarakat juga sudah cerdas dalam menilai acara-acara seperti itu mengandung nuansa politik,” tegasnya.
3. TKN minta Bawaslu selidiki dugaan kampanye terselubung dalam acara Munajat 212
Oleh sebab itu, kader Partai Golkar ini meminta kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk menyelidiki dugaan adanya kampanye yang terselubung tersebut. “Saya kira Bawaslu harus bertindak sesuai dengan kewenangannya. Tak harus menunggu laporan karena Bawaslu DKI sendiri memantau langsung acara itu. Terlalu kentara bahwa acara itu berbau politik dengan yel-yel seperti kampanye,” tandasnya.
4. Ace mengutuk keras aksi kekerasan oleh seorang jurnalis saat doa bersama tersebut
Lebih jauh Ace juga mengutuk keras atas tindakan sekelompok peserta yang melakukan intimidasi dan kekerasan terhadap salah seorang jurnalis yang sedang meliput pada acara doa bersama tersebut.
“Apapun kejadiannya, melakukan intimidasi dan merampas alat rekaman profesi wartawan merupakan tindakan yang dilarang. Peristiwa seperti itu sangat memperihatinkan bagi kebebasan pers dan perlindungan terhadap profesi wartawan,” tegasnya. “Pihak kepolisian juga harus mengusut tuntas pihak-pihak yang merampas alat rekaman wartawan, melakukan intimidasi dan kekerasan terhadap wartawan,” sambungnya.
Baca Juga: AJI Jakarta Kecam Kekerasan terhadap Jurnalis di Munajat 212