[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19

Setiap hari harus berjibaku menangani spesimen di lab

Jakarta, IDN Times - Namanya dokter Antonius Oktavian, dia adalah salah satu dokter yang menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19 di tanah Papua. Anton sapaan akrab dokter Antonius, merupakan kepala Litbangkes yang bertanggung jawab dalam memeriksa spesimen di wilayah Papua dan Papua Barat.

Meskipun bukan menjadi dokter yang merawat pasien COVID-19, namun peran Anton sangat lah penting dalam menangani pandemik. Bersama timnya di Litbangkes, puluhan ribu spesimen telah berhasil diperiksa.

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) itu bersama timnya harus bekerja setiap hari tanpa mengenal lelah. Hampir tak pernah libur selama pandemik. Hal ini harus dilakukan untuk memastikan spesimen yang masuk ke Litbangkes Papua bisa segera diperiksa dan menemukan hasilnya.

Pada peringatan HUT ke-75 RI ini, dokter Anton bersama tim Litbangkes berharap agar Papua dan Papua Barat, serta seluruh wilayah lainnya bisa merdeka dari pandemik COVID-19. Karena itu, ia berpesan kepada seluruh masyarakat agar selalu mematuhi protokol kesehatan.

Berikut wawancara khusus dengan dokter Antonius Oktavian dengan IDN Times melalui sambungan telepon pada Jumat 14 Agustus 2020.

Dokter Anton asli dari Papua?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Kepala Litbangkes Papua, Dokter Antonius Oktavian (Instagram.com/Antonius.Oktavian)

Papa saya orang Flores, mama saya orang Malang. Cuma papa saya sejak dulu sudah di sini. Sejak (umur) satu tahun sudah di sini, numpang lahir di Malang, sekolah sampai lulus SMA di sini. Pendidikan dokter nya di 11 Maret Solo. S2 Ilmu Kedokteran dasar di Airlangga.

Kenapa memutuskan balik ke Papua, padahal kan bisa kerja di daerah lain?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Kepala Litbangkes Papua, Dokter Antonius Oktavian (Instagram.com/Antonius.Oktavian)

Saya sering diingetkan oleh almarhum ibu saya. Saya pengen jadi dokter karena melihat susah banget cari dokter di Papua. Apalagi kalau di pedalaman, jadi pengen bantu.

Saya sudah siapkan bener kalau nanti jadi dokter balik ke Papua. Saya tidak pernah membayangkan bakal kerja di tempat lain, kecuali di Papua. Emang sudah disettingnya begitu.

Selama menjadi dokter di Papua, apa pengalaman paling berkesan?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Kepala Litbangkes Papua, Dokter Antonius Oktavian (Instagram.com/Antonius.Oktavian)

Papua banyak yang menarik. Sering sekali ada kejadian penyakit luar biasa. Kasus 2015, ada bayi-bayi meninggal semua. Pernah ada KLB malaria di daerah pegunungan di Intan Jaya. Itu betul-betul sulit.

Saya suka ingatkan teman-temen dokter di luar Papua yang suka ngeributin keuangan, coba deh ke Papua terus ke pedalaman, di sana kita betul-betul refleksi bahwa uang saja tidak cukup.

Karena banyak sekali orang yang harus kita layani, bahkan dari alamnya saja kalau terbang dikit aja ke pedalaman sudah beda banget lingkungannya, kondisinya sangat kurang, sinyal dan listrik gak ada.

Saya juga suka bilang, kerja di Papua itu harus punya hati kalau gak punya niat dan gak punya hati gak tahan juga kerja di Papua.

Kerja di Litbangkes Papua sejak kapan?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Ilustrasi tes swab. (ANTARA FOTO/Fauzan)

Saya sebelumnya di Dinas Kesehatan Nabire, kemudian pindah ke Litbangkes mulai 2010 jadi pegawai. Kemudian 2012 jadi kepala seksi dan pelayanan penelitian, kemudian 2017 baru jadi kepala Litbangkes.

Selama pandemik COVID-19, kerja di laboratorium seperti apa sih?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Ilustrasi. IDN Times/Humas Bandung

Seharusnya menurut Permenkes saat awal, Litbangkes Papua itu tempat pemeriksaan awal di Papua dan Papua Barat, tetapi karena pesawat susah jadi hanya Papua saja yang dikerjakan. Papua Barat sempat kirim sampel setelah itu tidak lagi karena gak bisa.

Jadi kita melakukan pemeriksaan setiap hari tidak pernah libur, termasuk libur Paskah dan lebaran kita kerja memeriksa 300-400 sampel per hari dari seluruh Papua.

Tapi sekarang Timika sudah buat sendiri dan beberapa daerah punya tes cepat molekuler, jadi sudah terbagi. Sampai sekarang per hari bisa hampir 700 sampel per hari. Tapi per hari bisanya 500 sampel.

Apa saja kendala yang dihadapi selama pandemik di Litbangkes Papua?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Biotek LIPI

Kita pasti kekurangan orang. Sampel-sampel itu datang dari berbagai kabupaten sampai di bandara. Di bandara juga temen-temen yang jemput. Kemudian masuk di laboratorium sampai keluar hasil juga temen-temen yang mengerjakan.

Kendala pertama itu jadi jumlah orang terbatas, kemudian kedua reagen kita selama ini suka sulit dategnya. Jadi kemarin menipis reagen akhirnya dateng juga.

Lalu, bahan habis pakai itu susah juga karena orang mengira asal ada mesin bisa jalan. Padahal kan kita butuh pipet, lalu sarung tangan, masker, kemudian tabung-tabungnya itu semua kita butuh. Dan semua anggaran penelitian kami sudah kami arahkan ke situ, jadi sudah habis. Kami sekarang tinggal nunggu bantuan.

Berapa banyak jumlah petugas yang ada di Litbangkes Papua?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Mahasiswa UGM saat melakukan riset di laboratorium. Dok: Humas UGM

Ada 53, tapi yang masuk ke lab kan orang tertentu, yang bisa kerja di lab itu 12, tapi yang lain itu pendukung. Terima sampel ngambil sampel itu kita gak dihitung, menyiapkan logistik itu kayak, misalnya tabung itu harus ada nomornya ribuan orang kita harus tulis satu-satu, butuh effort sendiri. Nyimpen sampel itu kan butuh orang.

Dalam sehari Litbangkes Papua kerja berapa jam?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19INDONESIA TFRIC19 (Dok. Biro Hukum, Kerja Sama, dan Humas BPPT)

Kita paling banter jam 12 malam selesai. Kita kan keluarkan hasil gak bisa serta merta ini hasil keluar, tapi kita menganalisa dulu kemudian kita umumkan. Sesuai dengan pesan badan di Jakarta kalau ini real time surveilans. Jadi kalau hasil keluar langsung saya sendiri kasih ke Gugus Tugas saya bagiin.

Jadi ini hasil rumah sakit ini dan lain-lain. Dokter di Jakarta juga belum tidur, jam berapa pun juga kita WA pasti ada yang sempet bales, jam 2 malem juga dibales karena memang ditunggu hasilnya.

Kemarin Litbangkes Papua sempat tidak beroperasi karena kehabisan reagen?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Alat PCR di Labkesda Kaltim yang bisa berfungsi tanpa reagen (Dok.Biro Humas Pemprov Kaltim/Istimewa)

Sebenarnya kita kemarin gak stok reagen, kemarin hanya tidak menerima yang surveilans dulu, tapi kalau pasien yang sudah diperiksa ke rumah sakit mereka tetap kita periksa.

Baca Juga: Cerita Dokter Debryna, Tangani Pasien COVID-19 yang 2 Bulan Tak Sembuh

Litbangkes Papua pernah ada kejadian salah memeriksa sampel?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Ilustrasi tes swab. (ANTARA FOTO/Fauzan)

Salah sih pasti pernah. Misal keluar hasilnya invalid. Dia gak positif dan gak negatif, terus diulang, itu pasti ada. Semua lab juga ada begitu. Dari sampelnya, apalagi sampel yang dikirim rusak misal.

Kadang dari rumah sakit itu bungkusnya (sampel) gak bener, kemudian bocor itu beberapa kali. Terus label tulisan di luar ilang jadi kita gak tau ini sampelnya nyonya atau tuan siapa.

Ada ketakutan tertular COVID-19 gak sih dari pekerja lab saat memeriksa spesimen?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Ilustrasi petugas medis memeriksa kondisi pasien virus corona menggunakan APD. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Jadi kita dulu memutuskan rapat berkali-kali dan melakukan simulasi. Ada yang menolak, maju mundur. Namun saya ingatkan ke temen-temen, saat ini lah kalau kalian dibilang mau melayani masyarakat.

Kalau inget-inget zaman perjuangan, ya sekarang ini yang kita harus berjuang untuk negara, kita sedang dipanggil. Risiko pasti ada, tertular itu mungkin, tapi yang pasti kita harus menjalankan bio safety dan bio security yang bener.

Protokol kesehatan bagi petugas Litbangkes Papua seperti apa?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19RS PHC, anak perusahaan Pelindo 1, sudah memiliki laboratorium PCR untuk menguji sampel swab tenggorok. (dok Humas Pelindo 1)

Kita harus mandikan sebelum pulang ke rumah masing-masing, temen-temen punya baju khusus yang gak boleh dibawa pulang hanya dipakai di lingkungan lab, dan masih didobel baju lainnya. Pakai baju lab, pakai hazmat kemudian sekali masuk gak boleh keluar sampai selesai.

Setelah selesai semua baju dibuang di situ, kemudian dengan baju khusus tadi di lab mandi dan mencuci baju itu. Mereka kan sehari masuk sehari gak, ketika masuk kan baju itu udah kering, jadi begitu masuk baju khusus itu sudah kering. Gak bawa baju itu pulang ada baju khusus yang dipakai. Temen-temen juga dikasih vitamin.

Sempat ada kasus positif dari teman-teman di Lab?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Ilustrasi. Pengoperasian laboratorium PCR COVID-19 (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Sampai saat ini belum, karena saya selalu sarankan, misal yang bergejala silakan swab, misal negatif pun kalau masih batuk pilek tetap isolasi mandiri dan tidak masuk dulu.

Litbangkes Papua ada kendala dana dari pemerintah terkait penanganan COVID-19?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Ilustrasi. Ruang deteksi polymerase chain reaction (PCR)/ANTARA FOTO/Moch Asim

Anggaran satu tahun Litbangkes pun sudah digunakan semua, penelitian kami potong dan berikan untuk COVID-19 ini. Tapi saat ini reagen ya harus sumbangan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Dulu kita sempet beli, akhirnya anggaran kita habis dan betul-betul bantuan.

Jauh hari Papua cukup cepat dari awal kami diundang gubernur, rapat memetakan harus gimana. Sebenarnya sangat intens kok, kami sering diundang Gugus Tugas, kami ngobrol segala macem tentang COVID-19. Tapi saya melihat masyarakatnya sendiri gak begitu aware, kayak misalnya pakai masker, jaga jarak, cuci tangan. Itu sayang banget sih.

Karena banyak beredar hoaks ini (pandemik) hanya buatan, sengaja cari untung di bidang medis dan itu mengganggu, karena masyarakat jadi gak peduli. Waktu kita kehabisan reagen, itu pesan penting bagi masyarakat, kalau kita tuh gak selalu ready loh. Jadi harus patuh protokol kesehatan masyarakatnya sendiri, wajib.

Gaji pegawai Litbangkes Papua selalu dibayarkan?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Ilustrasi uang (IDN Times/Mela Hapsari)

Aman, karena kita PNS, jadi aman. Saya selalu bilang ke temen-temen, kita bersyukur gak perlu ribut, sementara yang lain-lain sedang kesusahan, di-PHK, sedangkan kalian di sini masih bisa kerja. Apa yang kalian bisa bantu untuk negara ini, sekarang kita totalitas tangani COVID-19. Negara butuh kita, jadi dilakukan dengan sebaik-baiknya mensyukuri hidup.

Masukan untuk pemerintah pusat dalam penanganan COVID-19 di Papua?

[WANSUS] Cerita Dokter Anton dari Papua, Ingin Merdeka dari COVID-19Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin sedang melihat foto Sultan Himayatuddin (Dok/Setpres Biro Pers Kepresidenan)

Dinkes Papua sangat progresif melakukan surveilans. Saya sendiri di lab kepayahan, karena banyak sampel masuk tapi alatnya kami terbatas.

Jadi kalau bisa ditambah, dan itu pun bisa juga memaksimalkan tes cepat molekuler, itu bisa digunakan untuk memeriksa COVID-19, tapi dengan cadrige. Itu (cadrige) kalau diberikan banyak ke kabupaten akan sangat membantu pemeriksaan secara umum COVID-19 di Papua juga bahan habis pakai.

 

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalaman unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Dokter Kariadi Diusulkan Pahlawan, Agar Peran Dokter Tak Terabaikan

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya