Kesaksian Warga yang Dikejar Angin Puting Beliung

Trauma melihat langit mendung atau mendengar suara petir

Bandung, IDN Times - Budi Abuy, 30 tahun, segera tancap gas ke kediamannya di Perumahan Rancaekek Permai Nomor C16, Rancaekek, Kabupaten Bandung, pada Jumat (11/1) pukul 15:30 WIB. Sambil memacu sepeda motornya, hatinya bertanya-tanya: apakah putrinya yang masih berusia empat bulan selamat dari ancaman puting beliung?

Sesampainya di rumah, wirausahawan itu hanya mendapatkan kediamannya luluh lantak. “Rumah saya rata dengan tanah. Pakaian ada di mana-mana, alat elektronik berhamburan,” kata Budi, menceritakan apa yang ia alami kepada IDN Times, Senin (14/1).

1. Masih sempat dievakuasi ke tempat aman

Kesaksian Warga yang Dikejar Angin Puting BeliungIDN Times/Galih Persiana

Beruntung, sang istri, Listiyani, dan oroknya ternyata sudah dievakuasi, meski sempat kejar-kejaran dengan angin puting beliung. Saat Budi temui, istrinya tengah berada di masjid yang kini sudah menjadi tempat pengungsian warga terdampak bencana.

Namun, anak pertamanya yang berusia 14 tahun, harus dilarikan ke rumah sakit terdekat karena sempat terseret angin puting beliung. “Saya langsung bawa anak pertama saya ke Rumah Sakit AMC. Kakinya harus dijahit hingga sepuluh jahitan,” kata Budi.

Meski luka-luka, Listiyani tetap bersyukur karena anak pertamanya hanya perlu dijahit sepuluh jahitan saja. Pasalnya, ia sempat melihat beberapa orang yang hendak berlari namun terlebih dulu tersedot pusaran angin.

“Sepertinya warga yang tergulung angin adalah mereka yang luka berat,” kata Listiyani.

2. Takut melihat awan dan mendengar suara petir

Kesaksian Warga yang Dikejar Angin Puting BeliungIDN Times/Galih Persiana

Waktu kejadian, di pikiran Listiyani hanya menyelamatkan bayinya. Tak sedikit pun ia berencana menyelamatkan barang-barang yang ada di rumahnya. “Pokoknya pikiran saya berputar mencari cara agar anak saya selamat,” katanya.

Meski sudah tiga hari berlalu, peristiwa itu masih melekat di ingatan Listiyani. Bahkan, saat ini ia mengaku masih trauma jika melihat langit mendung atau mendengar suara petir. “Saya masih takut dan khawatir angin puting beliung itu datang lagi,” tutur Listiyani.

3. Keluarga Budi dua kali diterjang angin puting beliung

Kesaksian Warga yang Dikejar Angin Puting BeliungIDN Times/Galih Persiana

Sebenarnya, kata Budi, terjangan angin puting beliung bukan kali ini saja menimpa mereka. Pada 2011, Kecamatan Rancaekek pernah disapu oleh angin puting beliung. Namun, kala itu tak menyebabkan kerusakan.

“Kali ini berbeda, kami pun tidak menyangka dampaknya akan sebesar ini,” ujar Listiyani. Waktu kejadian, istrinya melihat langit sangat gelap dan cuaca tiba-tiba dingin. Namun, ia tak bergegas mengevakuasi diri sebelum terdengar suara angin bergemuruh.

Baca Juga: Dalam Setahun, Jawa Barat Alami 1.500 Bencana

4. Memerlukan material rumah agar bisa pindah dari pengungsian

Kesaksian Warga yang Dikejar Angin Puting BeliungIDN Times/Galih Persiana

Hidup keluarga Budi seketika berubah. Kini mereka terpaksa menginap di pengungsian, begitu pula bayi mungilnya. Dari banyaknya barang yang diperlukan saat ini, Budi dan Listiyani mengaku lebih membutuhkan material rumah.

“Kami ingin kembali ke rumah. Dengan tinggal di pengungsian kami khawatir sakit, apalagi kami punya bayi,” ujar Listiyani.

Namun, ia tak memiliki biaya cukup untuk membangun kembali rumahnya. Harapan mereka satu-satunya adalah material bangunan yang dikabarkan akan dikirim oleh pemerintah setempat.

5. Ridwan Kamil minta kecamatan segera mendata status kerusakan rumah

Kesaksian Warga yang Dikejar Angin Puting BeliungIDN Times/Galih Persiana

Mendengar berbagai laporan tersebut, Emil langsung meminta Kecamatan Rancaekek mendata status kerusakan rumah yang terkena angin puting beliung. “Jadi, saya perlu datanya. Berapa rumah yang mengalami rusak ringan, sedang, dan parah,” kata Emil.

Data tersebut nantinya akan menjadi acuan besaran bantuan material yang diberikan pemerintah. Namun, Emil memastikan, anggaran bantuan akan diprioritaskan bersumber dari Kecamatan.

“Kalau kecamatan tidak memiliki anggaran, baru akan dibantu oleh kabupaten. Jika anggaran masih kurang, baru pemerintah provinsi akan ikut membantu,” tuturnya. Emil mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat masih memiliki biaya tak terduga yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Baca Juga: Kunjungi Lokasi Puting Beliung, Apa Saja yang Ditemukan Ridwan Kamil?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya