[UPDATE] Tambah 1.574, Kasus COVID-19 di Indonesia Tembus 81.668 Orang

Penambahan terbanyak di Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

Jakarta, IDN Times - Kasus COVID-19 atau virus corona di Indonesia terus bertambah. Data per Kamis (16/7/2020) terdapat penambahan kasus positif sebanyak 1.574 orang.

"Sehingga total menjadi 81.668 orang," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Ahmad Yurianto, dalam konferensi pers yang disiarkan YouTube BNPB.

1. Pasien sembuh dan meninggal juga bertambah

[UPDATE] Tambah 1.574, Kasus COVID-19 di Indonesia Tembus 81.668 OrangIlustrasi COVID-19 (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Yuri juga mengungkapkan, jumlah pasien sembuh dari virus corona bertambah 1.295, sehingga menjadi 40.345 orang.

Sedangkan pasien positif COVID-19 yang telah meninggal dunia bertambah 76, sehingga menjadi 3.873 orang.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terbaru Vaksin COVID-19 di Dunia

2. Penambahan kasus harian terbanyak berasal dari Jakarta

[UPDATE] Tambah 1.574, Kasus COVID-19 di Indonesia Tembus 81.668 OrangIlustrasi. Dok.Humas Jabar

Penambahan kasus terbanyak hari ini berasal dari DKI Jakarta. Yuri mengatakan, Jakarta hari ini melaporkan ada penambahan 312 kasus baru, dan 134 orang dinyatakan sembuh.

Penambahan tertinggi kedua adalah Jawa Tengah dengan 214 kasus baru dan 80 kasus sembuh, serta Jawa Timur melaporkan 179 kasus baru dan 444 orang sembuh.

“Sulawesi Selatan 178 kasus baru dan 211 sembuh, Kalimantan Selatan 133 kasus baru dan 66 sembuh. Kemudian Bali 112 kasus baru dan 106 sembuh,” lanjut Yuri.

3. Ada enam provinsi yang tidak ada penambahan kasus hari ini

[UPDATE] Tambah 1.574, Kasus COVID-19 di Indonesia Tembus 81.668 OrangIlustrasi rapid test COVID-19 (ANTARA FOTO/Jojon)

Yuri mengungkapkan, terdapat 17 provinsi dengan jumlah penambahan kasus harian tak lebih dari 10 kasus. Ada juga enam provinsi yang tidak ada penambahan kasus positif hari ini.

“Di antaranya adalah Bangka Belitung, Jambi, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Timur (NTT),” kata dia.

4. Gejala dan cara pencegahan virus corona

[UPDATE] Tambah 1.574, Kasus COVID-19 di Indonesia Tembus 81.668 OrangIlustrasi (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama Virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir Desember 2019. Virus ini telah menyebar ke wilayah lain di Tiongkok dan ratusan negara, termasuk Indonesia.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang mampu membunuh Virus Corona. Kendati, persentase kesembuhan COVID-19 cukup tinggi. Di beberapa negara seperti Vietnam angka kesembuhannya mencapai 100 persen. Bahkan, beberapa pakar kesehatan menyebut COVID-19 bisa sembuh sendiri jika imun penderitanya bagus. Sebaliknya, rata-rata angka kematian akibat corona berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per Selasa (17/3), sebesar 4,07 persen. Sementara di Indonesia, hingga Kamis (19/3) mencapai 8,37 persen.

Bagaimana gejala virus corona? Infeksi COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Tapi dalam beberapa kasus, pasien positif Corona tak menunjukkan gejala khusus.

Hari pertama, penderita virus corona mengalami demam atau suhu tinggi, nyeri otot, dan batuk kering. Sebagian kecil diare atau mual beberapa hari sebelumnya. Ada juga yang hilang penciuman. Hari kelima, penderita kesulitan bernapas, terutama penderita lansia atau mereka yang memiliki penyakit kronis.

Hari ketujuh, menurut penelitian Universitas Wuhan, gejala yang dialami penderita mulai semakin parah. Penderita biasanya perlu dirawat di rumah sakit. Hari kedelapan, penderita dengan kasus yang parah memperlihatkan sindrom gangguan pernapasan akut. Paru-parunya dipenuhi cairan dan kesulitan bernapas hingga menyebabkan gagal napas.

Hari ke-10, penderita dengan kasus ringan mengalami sakit perut dan kehilangan napsu makan. Hanya sebagian penderita yang meninggal dunia. Hari ke-17, rata-rata penderita sembuh dari virus corona dan keluar dari rumah sakit.

Bagaimana mencegah virus corona? Sering Mencuci tangan pakai sabun, gunakan masker bila batuk atau pilek, mengonsumsi gizi seimbang, hati-hati kontak dengan hewan, cukup istirahat dan olahraga, jangan konsumsi daging mentah, bila batuk, pilek, dan sesak segera ke fasilitas kesehatan.

Jika membutuhkan beberapa nomor telepon terkait virus corona, kamu bisa menghubungi beberapa nomor penting ini, yakni Hotline kemenkes (+62 812 1212 3119, 119 ext 9, (021) 521 0411), atau mengunjungi beberapa situs terkait virus corona antara lain kemkes.go.id, arcgis.org, jakarta.go.id, healthmap.org, jabarprov.go.id, cdc.gov, jhu.edu. Kamu juga bisa mengunjungi web resmi pemerintah daerah untuk mencari informasi terkait perkembangan virus corona di daerah kamu tinggal.

5. Penularan COVID-19 bisa melalui airborne

[UPDATE] Tambah 1.574, Kasus COVID-19 di Indonesia Tembus 81.668 OrangIlustrasi (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis 9 Juli 2020 mengonfirmasi bahwa COVID-19 dapat menular melalui udara (airborne). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa penyakit tersebut cepat menyebar ke seluruh dunia. 

Karena itu, pada hari yang sama, WHO merilis panduan baru mengenai penularan COVID-19 melalui situs resminya. Ada beberapa pembaharuan yang perlu kamu tahu.

Penularan utama COVID-19 tetaplah melalui kontak dengan pasien. Baik kontak langsung, tidak langsung, atau berada di dekat mereka. WHO menyatakan hal ini terjadi karena pasien COVID-19 mengeluarkan droplet dari saluran pernapasan ketika berbicara, batuk, bersin, atau menyanyi. 

Cairan dari pernapasan tersebut bisa dibagi menjadi dua macam, yakni respiratory droplet (berukuran lebih dari lima hingga sepuluh mikrometer) dan droplet nuclei atau aerosol (berukuran kurang dari lima mikrometer). 

Respiratory droplet dapat mengenai orang lain yang berada dalam radius satu meter dengan pasien. Ketika cairan itu mengenai mata, hidung, dan mulut, maka besar kemungkinan mereka tertular. Sementara, droplet nuclei atau aerosol ditularkan melalui udara.

Kita sering mendengar istilah airborne, apa artinya?WHO menyatakan transmisi airborne terjadi ketika virus disebarkan melalui droplet nuclei atau aerosol yang tetap bisa menular ketika dilepaskan ke udara. Selain itu, droplet nuclei bisa menggantung di udara dalam jarak dan waktu lama. 

Sebelumnya, WHO juga menyatakan transmisi ini dimungkinkan ketika kita berada di lingkungan rumah sakit. Sebab ada sejumlah prosedur medis yang menghasilkan aerosol. Namun lingkup tersebut kini membesar. 

Mengutip laporan WHO, ada beberapa studi yang dilakukan di rumah sakit untuk mengamati keberadaan virus di udara. Ternyata walaupun tidak ada prosedur medis yang melibatkan aerosol, RNA SARS-CoV-2 tetap ditemukan di udara. Namun ada pula studi yang menentangnya. 

Terdapat pula bukti bahwa aerosol juga diproduksi ketika kita berbicara dan batuk. Karena itu, walaupun studi mengenai sifat airborne dari COVID-19 masih terbatas, ada baiknya untuk tetap menerapkan pencegahan berbasis airborne. 

Penularan airborne utamanya terjadi di ruangan yang tertutup, ramai, dan tidak ada ventilasi yang memadai. Contohnya ruangan gym, restoran, ruangan dengan pendingin AC, dan lain sebagainya.

Baca Juga: [LINIMASA-3] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

Topik:

  • Rochmanudin
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya