[Wansus] Ngobrol dengan Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta Era 5 Presiden

Bang Yos cerita masa kecil hingga revitalisasi Monas

Jakarta, IDN Times - Sutiyoso mungkin satu-satunya orang yang hingga saat ini pernah menjadi gubernur melewati lima kali masa pergantian presiden. Mulai dari Presiden Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Bahkan ia juga satu-satunya gubernur yang berhasil menjabat dua periode berturut-turut di Provinsi DKI Jakarta. Fakta tersebut semakin membuat dia bangga, setelah diganjar penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

"Salah satu (penghargaan) yang bikin saya tersenyum itu begini 'Ini dianugerahkan kepada Gubernur Jakarta Jenderal (purnawirawan) Sutiyoso, atas prestasinya selama menjabat mengalami lima kali ganti presiden'. Mungkin di Indonesia atau dunia gak ada yang menjabat lima kali presidennya ganti," ujar dia dalam wawancara khusus bersama tim IDN Times, baru-baru ini.

Di kediamannya, Bang Yos, sapaan akrab Sutiyoso, juga memajang beberapa bendera institusi yang pernah ia pimpin, seperti bendera Pemprov DKI Jakarta, Badan Intelijen Negara (BIN), Kopassus, hingga Pangdam Jaya.

"Kamu tahu gak bendera-bendera ini maksudnya apa? Ini sebagai tanda saya pernah kerja di situ," kata dia.

1. Pernah bandel saat masih sekolah hingga kuliah

[Wansus] Ngobrol dengan Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta Era 5 Presiden(IDN Times/Aldila Muharma)

Siapa sangka, seorang purnawirawan tentara dan pensiunan gubernur ini memiliki pernah bandel ketika duduk di sekolah menengah atas (SMA) dan kuliah. Bahkan, ia pernah mencuri buah-buahan, berkelahi, hingga menembak ayam di kampung bersama teman-temannya.

"Saya jadi tokoh sentralnya, jadi kalau teman-teman mau melakukan selalu ajak saya. Itu semua saya sadari," ujar dia.

2. Diam-diam mendaftar Akademi Militer karena dilarang orangtua

[Wansus] Ngobrol dengan Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta Era 5 Presiden(IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Setelah lulus SMA, Sutiyoso sempat kuliah di jurusan teknik. Saat itu, ia merasa dirinya tak bisa bertahan di kampus, lantaran kuliahnya butuh banyak peralatan, sementara kondisi perekonomian keluarganya tak mampu pada saat itu.

Hal tersebut membuat dia berpikir hingga dua malam. Akhirnya, ia memutuskan kembali mengejar impiannya sebagai tentara, meski dilarang orangtuanya. Ibundanya trauma karena punya persepsi tentara akan cepat mati, sehingga Sutiyoso yang merupakan anak laki-laki terakhir dalam keluarga dilarang masuk Akmil.

"Apalagi kakak saya pertama telah menjadi tentara pelajar sering diberitakan mati, lalu kakak saya nomor empat jadi perwira Marinir," ujar Sutiyoso.

Dia akhirnya memutuskan diam-diam mendaftar Akmil dan beruntungnya diterima. Bergabung dengan Akmil membuat sosok berandalan Sutiyoso berubah menjadi disiplin.

Baca Juga: Eks Gubernur Sutiyoso Bingung dengan Konsep Revitalisasi Monas Anies

3. Sutiyoso tak ingin menjadi Gubernur DKI Jakarta

[Wansus] Ngobrol dengan Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta Era 5 Presiden(IDN Times/Aldila Muharma)

Lulus Akmil, Sutiyoso memilih ikut tes masuk Kopassus karena ingin menjadi anggota militer terbaik. Ia sadar banyak orang yang juga mendaftar ke sana, namun ia tak takut hingga akhirnya diterima.

Posisi jabatan terakhir Sutiyoso dalam militer adalah Pangdam Jaya. Saat itu, ia merasa 'dipaksa' menjadi calon gubernur DKI Jakarta, karena situasi politik saat itu.

Bahkan, ketika terdaftar sebagai calon gubernur, dia berdoa agar kalah Pilkada karena ia tidak mau pensiun muda (52 tahun) sebagai tentara lantaran harus memegang jabatan sipil. Namun, kenyataannya dia terpilih sebagai gubernur pada 1997.

"Mungkin Tuhan menentukan lain dan saya mendapat kemenangan nyaris mutlak, sehingga saya harus mengubah gaya kepemimpinan dan orientasi berpikir saya," ucap Sutiyoso.

Bahkan, eks ketua Badan Intelijen Negara (BIN) itu menjadi gubernur terakhir yang menjabat dua periode kepemimpinan secara berturut-turut.

4. Gubernur pencetus bus Transjakarta

[Wansus] Ngobrol dengan Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta Era 5 PresidenBus Transjakarta (IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Salah satu peninggalan Sutiyoso semasa menjadi gubernur DKI Jakarta adalah mencetuskan transportasi massa Transjakarta. Saat itu, ia sadar salah satu penyumbang polusi dan kemacetan terbesar ibu kota adalah kendaraan bermotor, hingga lahirlah Transjakarta.

Transjakarta dibuat nyaman dan aman agar masyarakat, baik Jakarta maupun luar ibu kota mau beralih ke transportasi umum. Awalnya, kendaraan berbasis bus ini diproyeksikan menggunakan gas, namun karena sarana belum siap, Bang Yos urung menggunakan Transjakarta berbahan bakar gas.

"Nantinya harus pakai gas atau listrik. Jadi semua ramah lingkungan," ujar dia.

5. Ada tiga penyebab banjir terus terjadi di Jakarta

[Wansus] Ngobrol dengan Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta Era 5 PresidenHujan deras pada awal Januari 2020 lalu sempat membuat banjir di beberapa wilayah ibu kota. (IDN Times/Daffa Maududy Fitranaarda)

Belakangan ini cuaca ekstrem membuat beberapa kali di wilayah Jakarta tergenang banjir selama 2020. Banjir bukan hal baru di ibu kota, Sutiyoso pun pernah mengalami dua kali banjir besar pada 2002 dan 2007.

Menurut dia ada tiga penyebab banjir selalu terjadi di Jakarta, yakni banjir lokal, banjir rob yang disebabkan hempasan gelombang air laut ke daratan, dan banjir kiriman melalui aliran 13 sungai dari arah selatan Jakarta.

Dia juga menyebutkan tiga cara yang efektif untuk mengatasi banjir Jakarta. Cara pertama adalah menyedot air dengan pompa, lalu membuangnya ke sungai atau laut.

Kawasan pesisir Jakarta sering mengalami banjir rob karena permukaan Jakarta yang lebih rendah dari laut. Pada saat menjabat gubernur, ia mengaku telah melakukan survei ke berbagai negara seperti Belanda untuk mengatasi banjir rob.

"Setelah aku survei ke Belanda segala macam, (cara menanggulangi banjir rob) yaitu giant sea wall, tembok raksasa kita bangun dan berfungsi sebagai jalan tol dan sebagainya," kata Sutiyoso.

Yang paling sulit ditangani, menurut Sutiyoso, adalah banjir kiriman yang bersumber dari 13 sungai dari selatan Jakarta. Penanganan banjir ini lebih sulit karena menyangkut provinsi lain. Sehingga, Pemprov DKI tak bisa bekerja sendirian, perlu kerja sama dengan pemerintah daerah lain dan pemerintah pusat.

Selain itu, Sutiyoso mengatakan, Pemprov DKI Jakarta perlu memastikan agar semua gorong-gorong drainase linear harus normal. Kali-kali harus dibersihkan, dinormalisasikan dan dikembalikan fungsinya serta dilebarkan.

"Itu secara bertahap harus dilanjutkan oleh gubernur-gubernur berikutnya. Saya sudah mulai semua itu," kata dia.

Namun, menurut Sutiyoso, cara itu tak akan cukup apabila di hulu sungai tak ditangani dengan baik. Untuk itu, dia mendorong Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, agar meminta pemerintah pusat membantu penanganan di bagian hulu.

"Pada saat curah hujan tinggi, di selatan juga lingkungan hidupnya sudah rusak kan, serapan air gak maksimal di puncak," kata dia.

6. Sutiyoso mempertanyakan penebangan pohon di Monas yang dilakukan era Gubernur Anies Baswedan

[Wansus] Ngobrol dengan Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta Era 5 PresidenProyek Revitalisasi Monas (IDN Times/Lia Hutasoit)

Selain banjir, Sutiyoso juga mengomentari penebangan 191 pohon di kawasan Monas demi revitalisasi. Ia heran dengan kebijakan itu, lantaran etika ia masih menjabat sebagai orang nomor satu di ibu kota, konsepnya justru tak boleh ada bangunan di Monas.

"Zaman saya (Monas) ditertibkan, saya pagari. Ingat gak kamu? Sekarang kalau (pohon) ditebangi seperti itu, aku gak ngerti mau jadi apa sebenarnya," ujar dia.

Bang Yos sempat mengenang kembali masa ketika ia menertibkan lingkungan Monas yang dibangun pada 1961 itu. Pada masa kepemimpinannya, Monas dirapikan lantaran sebelumnya kondisinya berantakan. Kemudian, ia menertibkan kawasan tersebut dengan berbagai cara, seperti membuat pagar meski berujung protes warga.

"Walau aku didemo habis-habisan kan tetap saja (saya lakukan), karena Monas akan saya hijaukan. Kota ini kekurangan ruang terbuka hijau. Kaki lima sebenarnya saya tertibkan, sehingga (Monas) menjadi paru-paru kota, tempat rekreasi, tempat olahraga. Itu proyeksi saya," kata Sutiyoso.

https://www.youtube.com/embed/2hG7xPzO6OY

Baca Juga: 3 Penyebab Banjir Jakarta dan Cara Mengatasinya versi Sutiyoso

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya