Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_2409.jpeg
Rama (38), ibu tunggal di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, berterima kasih atas bantuan Sekolah Rakyat. (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)

Intinya sih...

  • Sekolah Rakyat memberikan lingkungan bersih dan kedisiplinan, membuat anak merasa aman dan dihargai.

  • Kabar Ridwan terpilih masuk Sekolah Rakyat memberi harapan bagi ibunya.

  • Ridwan sebelumnya sering di-bully sehingga Rama berharap anaknya sukses di Sekolah Rakyat.

Jakarta, IDN Times — Bagi Rama (38), seorang ibu tunggal di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kehadiran Sekolah Rakyat bukan sekadar bantuan pendidikan gratis dari pemerintah.

Sekolah ini adalah tempat di mana anaknya, Ridwan, untuk pertama kalinya merasa aman, dihargai, dan benar-benar diperhatikan.

1. Sekolah Rakyat dengan lingkungan bersih dan kedisiplinan

cuplikan ruang kelas Sekolah Rakyat Sentra Bahagia Medan/Dok. Pribadi

Saat ditemui di Sekolah Rakyat di Sentra Terpadu Inten Suweno Jl. SKB No. 3, Karadenan, Kec. Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/7), Rama mengungkapkan, “Terjamin banget. Sedangkan aku nyaksiin sendiri, ngeliat sendiri. Maksudnya anak aku tuh dirawat benar-benar. Nah itu yang aku seneng. Kedisiplinan, bersih.”

Rama membesarkan dua anaknya seorang diri. Suami pertamanya telah meninggal sementara ayah Ridwan telah menikah lagi. Dalam kondisi ekonomi yang sangat terbatas, ia sempat tidak sanggup menyekolahkan Ridwan setelah lulus SD.

“Pas itu aku lagi nganggur, belum kerja. Aku kan tadinya kerja di warung, gak mau dibayar. Tapi pas itu aku diem dulu di rumah. Aku bersih-bersih aja, kuli-kuli bersih, apa aja,” tuturnya.

2. Merasa anaknya berada di tempat yang tepat

Seorang siswa Sekolah Rakyat Prof Soeharso Solo menyantap makan nasi kotak saat berada di kamar asramanya. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Di tengah keterpurukan, datang kabar bahwa Ridwan terpilih masuk Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan gratis berasrama dari pemerintah.  Rama awalnya ragu, namun setelah dijelaskan oleh pendamping sosial, ia mantap mendaftarkan anaknya.

“Pas itu sekolah rakyat sama sekali gak bayar. Yaudah, Alhamdulillah ada yang datang ke rumah… Pas itu dia (Ridwan) mau, dinasihatin kayak gitu. Langsung aku masukin lagi. Langsung aku buru-buru, selama 3 bulan dia lulus, baru aku daftar ke sini.”

Hal yang membuat Rama paling tersentuh adalah perhatian dan kedisiplinan yang ia saksikan langsung di sekolah. Bagi seorang ibu yang nyaris menyerah karena tak punya biaya dan kekuatan, perlakuan itu lebih dari cukup untuk meyakinkannya bahwa anaknya berada di tempat yang tepat.

“Sedangkan aku, sama sekali jujur aja aku emang gak mampu… Tapi pas ngeliat sendiri, aku percaya. Aku seneng banget. Alhamdulillah banget ada yang ngebantu.”

3. Harapan Rama untuk sang anak di Sekolah Rakyat

Siswa Sekolah Rakyat di Sukabumi (IDN Times/Siti Fatimah)

Rama mengaku Ridwan sebelumnya sempat tidak mau sekolah lagi karena sering dirundung. “Dia di-bully terus. Di-bully karena dia tuh belum bisa baca.”

Harapan Rama kini tumbuh kembali. Ia ingin Ridwan sukses, menjadi anak yang pintar dan berguna.

“Aku pengen dia tuh sukses seperti kayak yang lain. Soalnya, walaupun aku gak mampu, mudah-mudahan, walaupun aku bodoh, mudah-mudahan anak aku, biar sukses kayak yang lain. Itu harapan aku,” katanya.

Menutup ceritanya,  Rama menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden RI Prabowo Subianto dan semua pihak yang telah menghadirkan program ini.

“Terima kasih, Pak Presiden. Sudah membantu kami, orang yang benar-benar… Terima kasih banyak. Mudah-mudahan, biar diberi kesehatan terus, panjang umur. Biar dimurahkan rezekinya, banyak. Amin ya Allah, ya Rabbal Alamin.

Di Sekolah Rakyat, Ridwan bukan hanya kembali duduk di bangku sekolah. Ia juga mendapatkan kembali harga diri, dan ibunya mendapatkan harapan yang sempat hilang. Sebuah bukti bahwa negara bisa hadir menyentuh hidup rakyat kecil lewat kebijakan yang nyata. (WEB)

*Artikel ini merupakan kerja sama IDN Times dengan Tim Komunikasi Prabowo.

Editorial Team