Irjen Andi Rian Jadi Kapolda Kalsel, ISESS: Manajemen SDM Polri Gagal

Andi Rian diduga terlibat dalam kasus pemerasan 

Jakarta, IDN Times - Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, mengatakan pengangkatan Irjen Pol Andi Rian Djajadi sebagai Kapolda Kalimantan Selatan (Kalsel) merupakan bukti kegagalan manajemen SDM Polri.

Sebab menurutnya, Andi Rian saat ini disebut-sebut tengah terlibat dalam dugaan pemerasan korban penipuan dan penggelapan jam tangan mewah Richard Mille, Tony Sutrisno, di Bareskrim Polri.

"Sejak awal sudah saya sampaikan bahwa promosi Andi Rian sebagai kegagalan managemen SDM di tubuh Polri,” kata Bambang saat dihubungi, Sabtu (12/11/2022).

Baca Juga: Kapolri Didesak Selidiki Dugaan Petinggi Polri Kasus Jam Tangan Mewah

1. ISESS sebut seharusnya dugaan pemerasan bisa ditindak langsung oleh Propam Polri

Irjen Andi Rian Jadi Kapolda Kalsel, ISESS: Manajemen SDM Polri GagalDirektur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Pol Andi Rian Djajadi (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Tony sebelumnya sempat mengadu ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri. Buntut aduan tersebut, dua perwira Polri disidang etik dan dihukum demosi atau pemindahan ke jabatan lebih rendah.

Namun, Tony menyebut sejak ia melaporkan oknum pemeras tersebut, kasus yang ia laporkan justru dihentikan secara sepihak oleh Bareskrim Polri tanpa ada alasan yang jelas. Dia kini cuma bisa berharap ada titik terang dalam kasus penipuan yang menimpanya.

"Memang sebenarnya Propam bisa langsung  menindaklanjuti (model A) temuan-temuan di lapangan terkait pelanggaran personel, tanpa menunggu laporan (model B) dari masyarakat," papar Bambang.

Meski begitu, Bambang maklum bahwa situasi dan kultur kepolisian saat ini belum memungkinkan hal tersebut.

"Tetapi melihat kultur yang ada di kepolisian saat ini yang masih kolutif, berat rasanya itu akan diproses tanpa ada laporan dari masyarakat. Bahkan sampai saat ini belum ada sistem yang bisa memastikan laporan itu juga ditindaklanjuti. Semua masih sangat tergantung integritas personel atau tekanan publik," katanya.

Selain terlibat dugaan pemerasan, Andi Rian yang sebelumnya menjabat Direktorat Tindak Pidana Umum Polri belum sukses menyelesaikan kasus Ferdy Sambo Cs.

“Penyelesaian kasus Sambo yang menjadi salah satu tanggung jawabnya juga belum bisa dikatakan tuntas 100 persen, tetapi kenapa tiba-tiba dipromosikan lebih dulu," kata Bambang.

2. Menjadi sorotan karena gaya hidup mewah

Irjen Andi Rian Jadi Kapolda Kalsel, ISESS: Manajemen SDM Polri GagalDirektur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Pol Andi Rian Djajadi (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Bambang mengatakan, sejak awal dirinya sudah keberatan dengan pengangkatan Irjen Andi Rian sebagai Kapolda Kalsel. Selain diduga terlibat kasus, Andi Rian juga sempat menjadi sorotan karena tampil dengan gaya hidup mewah.

“Belum lagi soal gaya hidup hedon yang juga sempat menjadi perhatian presiden. Gaya hedon tentu membutuhkan biaya besar. Jadi kalau kemudian dia terseret-seret dengan isu pemerasan, pada akhirnya yang muncul adalah pembenaran asumsi tersebut. Bahwa pungli, pemerasan, dan lain-lain itu untuk menutupi biaya hidup hedon," jelas Bambang.

Sementara itu, Andi Rian ogah merespons terkait dugaan pemerasan terhadap korban penipuan Richard Mile. Dugaan pemerasan dalam diagram itu pun sempat beredar di WhatsApp grup.

“Tanyakan saja sama yang membuat (diagram),” kata Andi kepada IDN Times ketika diminta klarifikasi.

3. Kabareskrim respons soal dugaan pemerasan

Irjen Andi Rian Jadi Kapolda Kalsel, ISESS: Manajemen SDM Polri GagalKabareskrim Polri Agus Andrianto (dok. ANTARA News/Pribadi)

Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto, menanggapi soal pemerasan Tony Sutrisno. Jenderal bintang tiga itu mempersilakan bertanya ke Divisi Propam Polri, karena divisi itu yang menangani kasus tersebut.

"Tanyakan ke Propam ya. Mereka yang periksa dan sudah menghukum, bahkan ada yang mengembalikan," kata Agus saat dikonfirmasi terpisah.

Hanya saja, ketika ditegaskan ada pemerasan atau tidak, Agus enggan memastikan. Dia mengaku tidak tahu.

"Saya gak tahu ada pemerasan atau tidak, silakan dicek saja ke Propam," ungkap Agus.

Perkara ini bermula saat Tony mengaku ditipu oleh perusahaan arloji ternama Richard Mille Jakarta, yang diduga menggelapkan uangnya sebesar Rp77 miliar.

Fulus puluhan miliar itu atas pembelian jam tangan mewah Black Sapphire seharga Rp28 miliar dan Blue Sapphire seharga Rp49 miliar, yang dikeluarkan secara eksklusif oleh brand Richard Mille.

Tony memesan kedua jam itu pada 2019 dengan sistem pre-order serta dibayarkan lunas dan seharusnya sudah diterima pada 2021 lalu. Namun, dua arloji mewah itu tak kunjung diterima Tony hingga saat ini.

Tony melaporkan kasusnya ke Bareskrim Polri. Laporan teregistrasi dengan nomor: Laporan teregistrasi dengan nomor: LP/B/0396/VI/2021/SPKT/Bareskrim Polri, tanggal 28 Juni 2021.

 

Baca Juga: IPW Persoalkan Pengangkatan Andi Rian Jadi Kapolda Kalimantan Selatan

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya