Usut Gagal Ginjal Akut Akibat Sirop Anak, Polri Kerahkan 4 Direktorat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) membentuk tim gabungan untuk mengusut dugaan tindak pidana dalam kasus gagal ginjal akut akibat obat sirup di Tanah Air.
Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Nurul Azizah, mengatakan tim itu terdiri dari empat direktorat. Tim akan dipimpin oleh Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipidter), Brigjen Pipit Rismanto.
“Polri telah membentuk tim yang dipimpin oleh Dirtipidter Bareskrim Polri dan beranggotakan Dirtipidnarkoba, Dirtipiddeksus dan Dirtipidum Bareskrim Polri. Tim ini secara khusus segera merespons isu terkait permasalahan gagal ginjal akut,” kata Nurul dalam jumpa persnya, Senin (24/10/2022).
Baca Juga: Guru Besar UGM: Gagal Ginjal Akut Jadi Misteri, Kenapa Baru Sekarang?
1. Tim bekerja pada tataran penyelidikan
Tim bentukan Polri ini menindaklanjuti permintaan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadir Effendy. Tim nantinya akan bekerja dalam penyelidikan.
“Tim bekerja pada tataran penyelidikan dan mengedepankan kolaborasi bersama Kemenkes RI dan BPOM RI,” ujar Nurul.
Editor’s picks
Baca Juga: Menkes Ungkap 8 Provinsi dengan Kasus Gagal Ginjal Akut Terbanyak
2. Gagal ginjal akut apada anak capai 245 kasus
Terkini, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi sadikin, mengungkap kasus gagal ginjal akut misterius di Tanah Air kini total mencapai 245 kasus yang tersebar di 26 provinsi.
"Delapan provinsi yang berkontribusi 80 persen kasus adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bali, Banten, dan Sumatera Utara," ujarnya dalam konferensi pers YouTube Sekretariat Presiden, Senin (24/10).
3. 141 Anak meninggal dunia
Budi mengakui tingkat fatality rate atau kematian cukup tinggi, dari 245 kasus yang ada, sebanyak 141 kasus meninggal atau 57,6 persen.
"Jumlah kasus ini sebetulnya mulai naik di Agustus. Jadi sebelum Agustus itu angka kematiannya normal, namun sejak Agustus itu naik 36, lalu September ke 78, sampai sekarang 141 yang sebagian besar menyerang anak di bawah 5 tahun," imbuh Menkes.