Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tiga pasangan capres dan cawapres usai ambil nomor urut di KPU, Selasa (14/11/2023) (YouTube/KPU RI)
Tiga pasangan capres dan cawapres usai ambil nomor urut di KPU, Selasa (14/11/2023) (YouTube/KPU RI)

Jakarta, IDN Times - ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura melalui peneliti tamu Burhanuddin Muhtadi dan peneliti senior Indikator Politik Indonesia, Kennedy Muslim, memberikan perspektif dari dipilihnya Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan Prabowo Subianto dalam Pemilu 2024.

Mereka menyebut, strategi Prabowo dari awal sebagian besar bertumpu pada dukungan penuh dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Hal ini memuncak setelah Prabowo memutuskan memilih Gibran sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Dari sudut pandang pemilihan, strategi ini punya banyak keuntungan, karena persetujuan Jokowi masih sangat tinggi, sekitar 75 persen dari berbagai jajak pendapat, dan pada suatu titik bahkan mencapai 82 persen.

1. Keputusan Gibran maju jadi cawapres melemahkan basis dukungan Ganjar

Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming dan Calon Presiden Prabowo Subianto (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Tetapi, strategi ini juga dinilai punya kelemahan. Karena basis pemilih Prabowo pada 2019 lalu cenderung beralih ke kubu Anies atas keputusan Prabowo yang memilih Gibran.

Di sisi lain, Gibran memegang potensi positif karena pendukung non-PDIP Jokowi kemungkinan akan mengalihkan suara mereka ke pasangan Prabowo-Gibran, karena meningkatnya keretakan antara Jokowi dan PDIP.

Berdasarkan jajak pendapat terbaru yang disampaikan ISEAS, keputusan Gibran untuk mencalonkan diri bersama Prabowo melemahkan basis dukungan Ganjar di berbagai segmen pemilih. Terutama di kalangan pemilih muda dan pemilih non-PDIP 2019 Jokowi.

2. Elektoral Prabowo sudah susul Ganjar di Jawa Timur, Jateng masih dikuasai Ganjar

Calon presiden dari PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo (kanan) dan calon wakil presiden Mahfud MD (kanan) melambaikan tangan saat pengumuman bakal calon wakil presiden pada Pilpres 2024 di kantor DPP PDIP, Jakarta, Rabu (18/10/2023). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

ISEAS mengatakan, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa Gibran sebagai aset elektoral. Jawa Tengah dan Jawa Timur akan menjadi tempat pengujiannya.

Sejauh ini berdasarkan jajak pendapat terbaru, Prabowo masih tertinggal jauh di belakang Ganjar di Jawa Tengah, namun sudah menyusul Ganjar di Jawa Timur.

Di Jawa Tengah, PDIP masih mendominasi meski ada kontestasi sengit antara partai dan pendukung Jokowi. Di Jawa Timur, popularitas Jokowi sendiri dan kedekatannya dengan elite NU akan memberi Prabowo dorongan di provinsi ini.

3. Anies mendapat keuntungan

Bacapres dan Bacawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar saat menghadiri jalan sehat sarungan di Jember, Jawa Timur. (IDN Times/dok. Istimewa)

Anies Baswedan tampaknya menjadi pihak yang mendapat manfaat dari pengumuman Gibran sebagai cawapres Prabowo. Beberapa pendukung Prabowo yang tidak menyetujui dinasti Jokowi cenderung beralih ke kubu Anies.

Jika pola ini terus berlanjut, Anies dan Prabowo bisa masuk ke putaran kedua Pemilihan Presiden 2024 setelah mengalahkan Ganjar.

Kalau PDIP kemudian menyalahkan Jokowi dan Gibran atas kegagalan mereka, maka akan membuka peluang bagi kelompok yang menentang Jokowi-Prabowo untuk bersatu di putaran kedua.

Kesimpulannya menurut ISEAS, keputusan untuk memilih Gibran sebagai pasangan cawapres Prabowo tetap bisa diperdebatkan. Ganjar mungkin menjadi kandidat yang paling mengalami kemunduran karena meningkatnya persaingan antara PDIP dan Jokowi.

Itu mungkin berarti bahwa pendukung fanatik Jokowi dari non-PDIP akan beramai-ramai ke pasangan Prabowo Gibran. Sementara itu, Anies akan mendapatkan manfaat jika Prabowo gagal menghentikan pendukung lamanya, yang cenderung anti-Jokowi, dari beralih ke kubu lawan.

Editorial Team