(Polisi membagikan beras kepada pengemudi ojek daring saat kegiatan imbauan penggunaan masker di Jalan Dr Ir H Soekarno, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/4/2020). Kegiatan itu untuk mencegah penyebaran Virus Corona (COVID-19) dan meringankan beban ekonomi para pengemudi ojek daring) ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Di DKI sendiri, PSBB tercatat terjadi selama 3 kali dan kini telah menjalani fase PSBB transisi menuju normal baru. Sejak PSBB tahap pertama dimulai pada 10 April 2020, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sudah 2 kali memperpanjang masa PSBB sampai terakhir pada 4 Juni 2020.
Selama itu pula, praktis roda ekonomi mulai terdampak. Banyaknya pekerja yang bekerja dari rumah serta para pelajar yang diharuskan belajar dari rumah, membuat para pedagang jajanan dan ojol kehilangan sebagian besar pendapatannya. Di tengah situasi itu pula, usaha jastip menjadi solusi.
Selama masa PSBB itu pula, usaha jastip menjadi primadona. Bagi beberapa warga, jastip membuat mereka masih dapat membeli beberapa makanan dan minuman yang selama ini rutin mereka nikmati di hari-hari normal, meski kenyataannya mereka harus tinggal di rumah.
Sementara bagi ojol dan para pedagang, jastip ini sukses menjaga perputaran ekonomi mereka dan tetap membuat pendapatan mereka tetap mengalir di tengah PSBB. Ditambah lagi, biaya jastip nyatanya lebih terjangkau dibanding ketika kamu memesan makanan dan minuman via aplikasi ojek online.
Untuk membuktikan hal itu, IDN Times coba menggunakan layanan jastip ini pada Rabu (24/6) malam kemarin.
Kami coba memesan Nasi Bebek Cak Malik, makanan khas Madura yang kebetulan berjualan di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lewat salah satu driver ojol yang membuka layanan jastip, sang driver yang kami kenal kemudian dengan nama Dwi Pujiantoro itu "hanya" mengenakan tarif Rp30 ribu untuk mengantar makanan dari Tebet menuju Cilandak.
Sebagai perbandingan saja, bila memesan makanan dari Tebet ke Cilandak menggunakan aplikasi, ongkos kirim yang tertera bisa menembus Rp45-50 ribu dalam sekali jalan.