Kasus Dokter PPDS Meninggal Diduga Korban Bully, Ini Kata Menko PMK

- Kemenko PMK serahkan penyelidikan ke Kemenkes terkait dugaan kasus bullying di RSUP Dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah.
- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan kasus meninggalnya dokter Aulia Risma.
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengaku sudah mendapatkan laporan sementara terkait dugaan kasus bullying atau perundungan kepada peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) program studi anestesi FK Universitas Diponegoro (Undip) di RSUP Dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah.
Muhadjir enggan membeberkan hasil sementara karena masih proses penyelidikan belum final. Dia juga belum bisa menarik kesimpulan penyebab kematian dokter Aulia.
"Kalau menduga kan enggak boleh, itu persoalan perkara. Kan tidak boleh diduga. Kita lihat fakta di lapangan, kalau lihat di pernyataan di pihak Undip tidak ada (faktor bully). Kita lihatlah nanti," kata Muhadjir, Rabu (21/8/2024).
1. Menkes nilai kasus Aulia gamblang

Ditempat yang sama, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihak kepolisian saat ini masih melakukan penyelidikan kasus meninggalnya dokter Aulia Risma, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Undip yang diduga karena perundungan.
Budi mengatakan, kasus yang menimpa Aulia sudah jelas. Namun, Budi enggan merinci temuan tersebut.
"Ya mudah-mudahan secepatnya nanti bisa polisi sama Kementerian Kesehatan.Jadi sudah cukup gamblang dan jelas apa yang terjadi, tapi biarkan polisi yang sedang melakukan penyelidikan," ujar Budi di Gedung Kemenko PMK, Rabu (21/8/2024).
2. Menkes bertemu keluarga Aulia di Tegal

Budi mengatakan, pihaknya juga sudah bertemu keluarga dokter Aulia. Namun, Budi tidak membeberkan hasil pertemuannya dengan keluarga almarhumah.
"Saya kemarin sudah ketemu keluarga , sudah ketemu ibunya," ujarnya.
3. Buku harian jadi bukti

Diketahui Budi mendatangi keluarga dokter Aulia Risma Lestari di Tegal, Jawa Tengah, Minggu (18/8/2024). Menkes yang didampingi Tim Investigasi Kemenkes mendapatkan buku harian dokter Aulia dari keluarganya.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi. Buku harian tersebut merupakan barang bukti yang dikumpulkan tim investigasi.
"Kami masih kumpulkan data yang merupakan bagian investigasi," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Selasa (20/8/2024).
Dokter Aulia Risma ditemukan tewas mengakhiri hidup di kamar kosnya. Dokter Aulia yang merupakan dokter PPDS Anestesi Universitas Diponegoro diduga menjadi korban perundungan di RSUD Kariadi.
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia.
Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.
Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:
RSJ Amino Gondohutomo Semarang(024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor(0251) 8324024, 8324025
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta(021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang(0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang(0341) 423444
Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.