Kemen PPPA: Permainan Tradisional Bisa Cegah Kekerasan Anak

- Arifah Fauzi mengupayakan pendekatan baru dalam peringatan Hari Anak Nasional 2025 dengan lima kegiatan berbasis budaya.
- Permainan tradisional berbasis kearifan lokal menjadi solusi untuk menjauhkan anak dari penggunaan gadget yang berlebihan, di mana hal ini dapat memicu kekerasan karena kurangnya keaktifan emosional dann sosial.
Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengupayakan pendekatan baru berupa lima kegiatan berbasis budaya dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025. Salah satunya adalah permainan tradisional untuk mencegah kekerasan kepada anak.
Hal ini Arifah sampaikan dalam acara Puncak Lokakarya Forum Anak Nasional (FAN) 2025, pada Minggu (20/7/2025).
"Kami menyampaikan bahwa penyelenggaraan peringatan Hari Anak tahun ini kami melakukan pendekatan yang berbeda. Kalau pada biasanya, kami menyelenggarakan secara sentralistik, kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan anak-anak seluruh Indonesia, maka pada tahun ini kami melakukan pendekatan yang berbeda, yakni pendekatan desentralistik," ujar dia.
1. Lima kegiatan berbasis budaya selama peringatan Hari Anak Nasional

Arifah menjelaskan, lima kegiatan yang akan dilaksanakan selama peringatan Hari Anak Nasional berporos pada kebudayaan tradisional.
"Ada lima kegiatan dalam peringatan Hari Anak, yang pertama adalah senam bersama yang diinisiasi oleh Kemendikdasmen. Kedua adalah permainan tradisional berbasis kearifan lokal, yang ketiga adalah menyanyikan lagu-lagu Nusantara dan kesenian tradisional. Keempat adalah dongeng atau bercerita tentang pahlawan di daerah masing-masing, dan yang kelima adalah pengecekan kesehatan gratis," ujar Arifah.
2. Permainan berbasis kearifan lokal sebagai kunci pencegahan

Arifah mengatakan, permainan tradisional menjadi salah satu solusi untuk menjauhkan gadget dari genggaman anak.
"Bagaimana kami bisa meminimalisir penggunaan gadget di lingkungan anak-anak, maka salah satu solusi yang kami tawarkan adalah permainan tradisional yang berbasis kearifan lokal," ujar dia.
3. Gadget sebagai pola asuh rentan picu kekerasan

Menurut Arifah, salah satu penyebab kekerasan adalah kesalahan pola asuh. Ketergantungan anak pada gadget menjadi satu penyebabnya.
Arifah menjelaskan, kekerasan dapat dipicu oleh pemakaian gawai berlebihan dan menjadikan anak kurang aktif secara sosial dan emosional.
"Oleh karena itu, kami melihat bahwa salah satu penyebab dari kekerasan terhadap anak adalah yang pertama adalah pola asuh dalam keluarga, yang kedua pengunaan gadget yang tidak bijaksana, dan yang ketiga adalah faktor lingkungan," ujar dia.