Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ketum Muhammadiyah Sebut Musuh Terbesar Pers adalah Buzzer

Ketum PP Muhammadiyah. IDN Times/Humas UMY

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengucapkan Hari Pers Nasional yang jatuh setiap 9 Februari. Dia mengatakan musuh terbesar dunia pers saat ini, khususnya pers online melalui jalur media sosial, ialah para buzzer yang nirtanggung jawab kebangsaan yang cerdas dan berkeadaban mulia.

Ia menyiratkan, pers harus mewaspadai buzzer agar kehidupan berbangsa dan bernegara tak terbawa pada suasana yang kontroversial, terlebih menjurus ke konflik sosial antaranak bangsa.

“Pers Indonesia secara khusus dalam dinamika politik kebangsaan saat ini penting menjalankan fungsi checks and balances sebagaimana menjadi DNA media massa sepanjang sejarah di negeri manapun,” kata Haedar dalam siaran tertulis, Selasa (9/2/2021).

 

1. Media online menjadi pranata sosial yang mengedukasi elite dan bangsa

ilustrasi Ilmu Komunikasi (IDN TImes/Arief Rahmat)

Haedar berpesan, jadikan momentum bersejarah di dunia pers ini sebagai kekuatan yang mencerdaskan, sekaligus menjadi media checks and balances dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dalam usaha mencerdaskan bangsa, fungsi pers yaitu media cetak, televisi, radio, dan kini media online niscaya menjadi pranata sosial yang mengedukasi elite dan warga bangsa agar menjadi insan yang berpikir jernih, objektif, moderat, cerdas, beretika, dan berdaya kritis,” ujar pria berusia 62 tahun itu.

2. Pers Indonesia dituntut hadir menegakkan kebenaran

Ilustrasi Pers (IDN Times/Mardya Shakti)

Haedar mengingatkan, pers bertanggung jawab atas pesan dan informasi yang disuarakannya ke ruang publik secara objektif dan profesional, serta tidak masuk dalam pusaran politik partisan maupun kepentingan lainnya yang dapat meluruhkan fungsi utama pers.

“Pers Indonesia bersama-sama komponen bangsa dituntut hadir  menegakkan kebenaran, keadilan, kedamaian, persatuan, dan kemajuan bagi bangsa dan negara. Seraya menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat meresahkan, memecah persatuan, dan konflik antarkomponen bangsa. Fungsi integrasi sosial sangat diharapkan dari pers Indonesia saat ini,” kata pria asal Bandung itu.

 

3. Pers dituntut proaktif

Ilustrasi pers (IDN Times/Arief Rahmat)

Haedar juga berpesan, jangan biarkan kebangsaan dan kenegaraan di tanah air tercinta timpang tanpa fungsi kritis pers yang konstruktif demi masa depan Indonesia yang demokratis dan berkemajuan.

“Pers dituntut proaktif mengakselerasi dinamika kehidupan kebangsaan  agar Indonesia menjadi negara maju di era dunia modern abad ke-21,” ucap Haedar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us