Ilustrasi (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)
Untuk diketahui, Dokter Spesialis Mikrobiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan, dr I Wayan Duta Krisna SpMK, yang juga sebagai Penanggung Jawab Lab PCR dan Mikrobiologi RSUD Tabanan menjelaskan alasan OTG tidak menunjukkan gejala COVID-19.
Setiap organisme asing seperti virus, bakteri atau jamur yang masuk ke dalam tubuh akan dilawan oleh sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh ada yang bersifat alami (Inate) dan dapatan (Adaptif). Jika kedua sistem kekebalan itu kalah, maka saat itulah organisme tersebut menyerang dan menimbulkan penyakit pada tubuh. Sementara pasien OTG memiliki sistem kekebalan tubuh yang bisa melawan SARS-CoV penyebab COVID-19.
"Virus SARS-CoV dapat bertahan hidup dalam kondisi aktif, tergantung daya tahan tubuh tiap individu. Rata-rata masa inkubasi virus ini sekitar 7-14 hari. Sehingga dalam protokol kesehatan ada istilah isolasi mandiri selama 7-14 hari bagi pasien dengan gejala ringan maupun OTG," jelasnya.
Lalu bagaimana pasien OTG dapat dinyatakan sembuh atau terbebas dari virus SARS-CoV? Menurut Krisna, setelah sistem imun individu tersebut terbentuk dan tidak ada gejala infeksi COVID-19 selama masa inkubasi virus (7-14 hari), maka pasien OTG dapat dikatakan sembuh.
"Indikator yang dipakai patokan kesembuhan adalah bila setelah lewat masa inkubasi tidak didapatkan lagi gejala infeksi COVID-19 atau dari hasil swab konfirmasinya negatif," kata Krisna.
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times