Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Nina, Pembicara Plastic Health Summit 2021 Termuda

Plastic Health Summit 2021 - Ms. Aeshnina Azzahra Aqilani (Nina)/youtube.com (Plastic Soup Foundation)

Jakarta, IDN Times - Untuk menjaga dan melestarikan lingkungan tidak harus disadari ketika sudah dewasa. Kamu bisa memulainya sejak dini, seperti Aeshnina Azzahra Aqilani. Bocah yang akrab disapa Nina ini menjadi youth change maker termuda di Indonesia. 

Nina, bahkan menjadi pembicara dalam acara Plastic Health Summit 2021 yang diadakan Plastic Soup Foundation. Ia membagikan kisah pengalamannya terkait hal ini dalam acara 101 Climate Change Actions episode 19 by IDN Times. Berikut kisahnya.

1. Nina diundang dalam acara Plastic Health Summit 2021

Plastic Health Summit 2021 - Plastic Soup Foundation/plasticsoupfoundation.org

Plastic Health Summit 2021 diadakan di Amsterdam, Belanda. Adapun acara ini dihadiri para akademisi dan pegiat lingkungan dari berbagai penjuru dunia. Nina menjadi salah satu pembicara termuda yang ada dalam acara ini. 

“Plastic Health Summit itu diundang sama Plastic Soup Foundation. Nah, itu memang sebenarnya kita sudah kenal sudah kenal sama plastik soup itu, teman kita sudah kenal. Jadi, mereka ingin mengundang Nina, sama mama sama papa juga jadi pembicara di Plastic Health Summit gitu. Jadi diundang sama Plastic Soup Foundation,” kata Nina dalam acara 101 Climate Change Actions, senin (27/12/2021).

2. Masalah sampah plastik impor Nina sampaikan pada Plastic Health Summit 2021

Ilustrasi sampah impor (Dirjen Bea dan Cukai)

Dari sekian banyak permasalahan lingkungan, dalam acara ini, Nina menyampaikan permasalahan dan bahaya sampah plastik impor. 

“Mereka tertarik sama Nina gitu kan, karena tertarik tentang masalah sampah plastik impor. Jadi, Nina cerita tentang masalah sampah impor saja karena Belanda juga mengirim sampah plastik Indonesia juga. Jadi aku ceritanya tentang masalah sampah plastik impor dan juga dampak pencemaran yang terjadi di Indonesia juga. Sama aksi-aksi ini nulis surat ke mereka gitu,” kata dia. 

“Kalau yang tentang masalah sampah plastik impor itu Nina udah kirim ke enam orang, yang pertama itu 2019 ke Donald Trump, terus habis itu ke kanselir Jerman, terus ke Perdana Menteri Australia, Perdana Menteri Kanada, Presiden Joe Biden, (presiden) Amerika yang baru. Terus yang terakhir ini waktu di Belanda kemarin ke Perdana Menteri Belanda,” sambung Nina, terkait surat yang ia kirimkan pada petinggi-petinggi negara.

3. Nina memiliki keluarga berlatar belakang aktivis lingkungan

@pendidikankonservasitangkoko

Tidak hanya memiliki ketertarikan sendiri pada lingkungan, Nina juga ternyata lahir dari orang tua yang aktif dalam menyuarakan masalah-masalah lingkungan. Ia dan saudara serta teman-temannya, bahkan menciptakan sebuah gerakan River Warrior, yang fokus terhadap masalah sampah di sungai. 

“Orang tua saya juga aktivis pelindung sungai, aktivis lingkungan, mereka peneliti juga gitu, peneliti sungai, jadi dari kecil banget sih udah diajak sama mereka ke sungai, ke pantai penelitian, ikut seminarnya mereka gitu,” ujar Nina.

Jatuh cintanya Nina terhadap lingkungan juga membawa Nina kepada cita-cita ingin menjadi menteri lingkungan. 

“Cita-cita saya, saya mau jadi menteri lingkungan hidup. Jadi, harus jurusan yang nyambung, tapi memang saya gak terpaksa sih untuk melakukan ini, kan saya suka, suka untuk menyusuri sungai, membahas lingkungan itu aku suka banget, jadi mungkin teknik lingkungan atau ya belum tau sih Mbak, kita harus diskusiin dulu sama mama,” ucap Nina.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us