Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ponpes Al Khoziny
Suasana Ponpes Al Khoziny setelah operasi SAR selesai. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Intinya sih...

  • Proses pengecoran lantai tiga bangunan Ponpes Al Khoziny berlangsung 9 hingga 10 bulan terakhir.

  • Insiden ambruknya bangunan terjadi saat salat asar berjemaah, menyebabkan puluhan korban jiwa.

  • Konstruksi bangunan diduga tidak standar dan tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Insiden ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin, 29 September 2025, menelan ratusan korban. Hingga Selasa (7/10/2025), tim SAR berhasil mengevakuasi 171 korban yang terdiri atas 104 orang selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk delapan bagian tubuh.

Kepala Basarnas, Marsda Mohammad Syafii, mengabtakan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) telah menyelesaikan operasi SAR, namun proses selanjutnya masih berlanjut. Adapun proses evakuasi yang terhambat lantaran banyak reruntuhan yang menimbun korban.

Bangunan diduga mulai runtuh dari lantai bawah saat ada pengecoran hingga temuan ratusan korban, berikut kronologi ambruknya Ponpes Al Khoziny.

1. Proses pengecoran lantai tiga selama sembilan hingga 10 bulan terakhir

Petugas terlihat membongkar puing-puing Pondok Pesantren Al-Khoziny yang ambruk. (Dok. BNPB)

Sebelum insiden terjadi, lantai tiga bangunan yang sedang dibangun dalam waktu sembilan hingga 10 bulan terakhir, masih dalam proses pengecoran. Pengasuh Pondok Pesantren Al Khoziny, KH Abdus Salam Mujib, mengungkapkan bangunan tersebut ambruk tepat ketika pengecoran selesai.

"Pengecoran itu dimulai sejak pagi dan selesai sekitar pukul 12 siang. Jadi ini pengecoran yang terakhir saja," ujarnya.

Abdus Salam mengungkapkan bangunan tersebut akan dibangun sampai empat lantai dengan atap dak. Sementara lantai satu telah dipakai untuk salat.

"Belum ada rencana yang menetap. Bangunan baru tiga lantai, rencana nanti sampai empat lantai dengan atap dak. Lantai bawah memang sudah dipakai untuk salat, tapi lantai atas masih kosong," kata dia.

2. Insiden terjadi saat salat asar berjemaah

Penampakan reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Buduran Sidoarjo, Jawa Timur. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Salah satu santri bernama Muhammad Zahrawi menyebut bangunan musala ambruk saat ia masih berada di luar untuk buang air. Dia segera melarikan diri setelah melihat bangunan lantai empat ambruk dari sisi bawah.

"Saat ini sedang pengerjaan cor lantai lima. Ternyata bawahnya tidak kuat, roboh. Bagian belakang langsung ambles. Yang depan masih disangga asrama," ujarnya kepada IDN Times, Selasa (7/10/2025).

Menurut Muhammad, puluhan temannya sudah dievakuasi dalam kondisi terluka ringan maupun berat. Ia menduga korban masih banyak karena ratusan siswa sedang salat asar berjemaah.

"Biasanya yang salat itu sampai 300-an. Kalau full itu bisa 500-an. Tapi tadi belum full yang salat," kata dia.

3. Konstruksi diduga tidak standar

Alat berat saat berada di lokasi Ponpes Al Khoziny yang ambruk. (IDN Times/Khusnul Hasana).

Bupati Sidoarjo Subandi mengatakan tidak ada izin terkait pembangunan lantai atas Pondok Pesantren Al Khoziny. Menurut dia, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) masih dicek dan pesantren berusia 125 tahun tersebut diduga tidak mengantongi izin.

"Ini saya tanyakan izin-izinnya mana, tetapi ternyata gak ada. Tadi ngecor lantai tiga, karena konstruksi tidak standar, jadi akhirnya roboh," ujar Subandi, Selasa, 30 September 2025.

Pada hari yang sama, salah satu santri bernama Alfatih Cakra Buana, 14 tahun, berhasil dievakuasi setelah tiga hari tertimbun reruntuhan bangunan. Menurut Alfatih, insiden terjadi saat dia sedang menunggu azan asar di musala.

Alfatih sempat berlari setelah mendengar suara bangunan roboh. Namun, ia tertimpa bangunan dan pingsan. Kendati, tubuh Alfatih ternyata terlindungi gundukan pasir dan wajahnya tertutup seng.

Editorial Team