Jakarta, IDN Times - Di pelataran Kantor DPP PDI Perjuangan pada Minggu (27/7/2025) pagi, puluhan kader banteng berdiri dalam keheningan—mengenang peristiwa berdarah 27 Juli 1996. Peristiwa ini dikenal sebagai Kudatuli: Kerusuhan Dua Tujuh Juli.
Di antara mereka, ada wajah-wajah yang tak asing bagi perjuangan partai berlambang banteng moncong putih itu, seperti Ribka Tjiptaning, Bonnie Triyana, hingga Wiryanti Sukamdani dan Deddy Yevri Sitorus. Semuanya berkumpul untuk satu tujuan yang sama.
Suasana haru langsung terasa sejak acara dibuka dengan doa bersama. Isak tangis terdengar lirih dari sudut-sudut halaman kantor yang menjadi simbol perlawanan pada peristiwa Kudatuli. Mereka yang hadir bukan sekadar kader, tapi juga para penyintas, saksi mata, dan keluarga korban yang hingga kini masih menyimpan luka mendalam.
Prosesi tabur bunga dimulai dari gerbang depan kantor DPP PDIP, lalu menyusuri halaman dan area parkir. Lagu “Gugur Bunga” ciptaan Ismail Marzuki mengalun lembut mengiringi jejak langkah para kader pagi itu. Suara lagu itu tak hanya menambah khidmat suasana, tapi juga membuka kembali ingatan akan derap sepatu, teriakan, dan desing peluru yang pernah mengoyak tempat ini hampir tiga dekade silam.
Ribka Tjiptaning, tokoh senior PDIP, memimpin jalannya tabur bunga. Ia mengajak peserta menabur di titik-titik yang dipercaya sebagai lokasi gugurnya para korban Kudatuli.
“Kader itu harus tidak boleh lupa dengan Kudatuli. Tonggak terjadinya reformasi itu dimulai dari sini,” teriak Ribka dalam orasinya di acara itu.