Berakar dari Budaya Hindu? Begini Sejarah Ondel-Ondel Khas Betawi

Ondel-Ondel sudah ada sebelum 1.600 Masehi

Jakarta, IDN Times - Jakarta dikenal dengan kesenian khasnya yang disebut dengan ondel-ondel. Kesenian ini adalah ciri khas dari masyarakat Betawi.

Ondel-ondel sudah sejak lama menghiasi Kota Jakarta, acara-acara besar di Ibu Kota juga tak jarang menampilkan ondel-ondel sebagai hiburan dan dikenal banyak orang.

Nyatanya, ondel-ondel tak langsung tercipta begitu saja, sejarah mencatat kelahiran ondel-ondel sebagai kesenian khas masyarakat Betawi.

Kustopo dalam bukunya yang berjudul Mengenal Kesenian Nasional 6: Ondel-ondel yang terbit pada 2008 menyebutkan, secara historis ondel-ondel sudah ada sebelum 1.600 Masehi.

"Bukti ini tercatat dalam buku perjalanan yang ditulis seorang pedagang dari Inggirs yang bernama W Scot. Ia menulis adanya sebuah kebudayaan yang unik yang berbentuk boneka raksasa, yang dipertunjukkan oleh masyarakat Sunda Kelapa dalam sebuah upacara adat," tulis Kustopo, seperti dikutip IDN Times, Senin, 15 Maret 2021.

W Scot, menurut Kustopo, kala itu tak menuliskan nama boneka raksasa tersebut, namun diindikasikan sebagai ondel-ondel.

Baca Juga: 3 Fakta Ondel-Ondel Betawi Yang Kamu Belum Tahu

1. Boneka penolak bala usir penyakit di perkampungan

Berakar dari Budaya Hindu? Begini Sejarah Ondel-Ondel Khas BetawiIDN Times/Vanny El Rahman

Pada penghujung abad ke-19, seorang wisatawan Amerika yang datang ke Jawa dan tinggal cukup lama di Batavia bernama E.R Scidmore dituliskan Kustopo, juga melaporkan hal serupa.

Dalam bukunya berjudul Java, The Garden of The East, pertunjukan seni di Batavia kala itu berupa tarian yang diarak masyarakat dan berbentuk boneka raksasa yang menari serta diiringi musik seadanya.

Kustopo juga menuliskan menurut cerita turun-menurun dari sesepuh adat Betawi, ondel-ondel sudah ada sejak zaman nenek moyang, dan dibuat untuk keperluan adat menolak bala untuk mengusir penyakit yang menyerang perkampungan.

2. Ondel-ondel dan budaya Hindu

Berakar dari Budaya Hindu? Begini Sejarah Ondel-Ondel Khas BetawiIDN Times/Gregorius Aryodamar P

Sejarah lain mencatat boneka ondel-ondel dianggap sebagai maskot Betawi dan diduga sudah ada sejak ribuan tahun lalu, mulanya ada karena dipengaruhi agama Hindu-Jawa.

Dari muasalnya yang berakar dari agama Hindu, ondel-ondel diduga gambaran dari Dewa Brahma, Visnu, Siwa dan istri-istri mereka yang dibuat serta dipersembahkan sebagai hadiah saat orang Betawi berkunjung ke daerah lain.

Catatan sejarah tentang ondel-ondel ini adalah versi dari buku Jakarta Membangun (1998) karya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, DKI Jakarta H Basri Rochadi.

Pendapat berbeda dikemukakan dalam disertasi Mita Purbasari Wahidiyat berjudul Ondel-Ondel Sebagai Ruang Negosiasi Kultural Masyarakat Betawi (2019). Disebutkan bahwa istilah lain ondel-ondel bernama Barongan.

Barongan dibuat saat masyarakat Betawi Pinggir masih bergelut di sektor agraris. Namun seiring perjalanan waktu, manakala sektor industri dan jasa hiburan memasuki ranah Jakarta, maka pada 1970-an Ali Sadikin, Gubernur Jakarta saat itu, mencanangkan ondel-ondel sebagai ikon Jakarta (Samantha, 2013).  Barongan dibuat berpasangan laki dan perempuan (Saputra, 2009:60).

Tidak ada yang pernah tahu pasti kapan boneka raksasa ini muncul dalam kehidupan masyarakat Betawi. Namun diduga Barongan sudah ada sejak abad ke-17 di Banten.

Hal ini dapat dilacak melalui tulisan W. Fruin Mees dalam buku Geschiedenis van Java, ed II, yang menyebutkan seorang pedagang Belanda pada 1605 melihat sebuah iring-iringan mengantarkan Pangeran Jayakarta Wijaya Krama merayakan upacara sunatan Raja Banten, Abdul Mafakhir, yang waktu itu berusia 10 tahun.

Iring-iringan tersebut terdiri dari 300 penjaga istana, 300 wanita membawa banyak hadiah berharga seperti emas, uang dan kain sutra, dan sepasang boneka berbentuk raksasa (1920:64-66). Boneka besar itu dianggap perwujudan danyang desa, penolak malapetaka.

Menilik balik sejarah yang masih mendatangkan pro kontra tentang
peristiwa pendirian kembali komunitas Betawi setelah penghancuran Batavia oleh Jan Pieter Zoon Coen, disebutkan salah satu kelompok orang yang didatangkan ke Batavia adalah orang Bali.

Heuken dalam Historical Sites of Jakarta yang dikutip Jo dalam artikel “Batavia Kota Budak”, 2017, menyatakan orang-orang Bali ini ditempatkan sebagai budak untuk tenaga kerja membangun Batavia pasca-penaklukan Jayakarta. Sejak itu, banyak orang Bali yang hidup menetap dan berkembang di Batavia.

Kemiripan rupa barongan Betawi dengan barong Bali, besar kemungkinan mendapat pengaruh dari budaya Hindu Bali. Barongan berawal muncul pada saat masyarakat Betawi kuno masih percaya pada keyakinan, bahwa segala sesuatu yang besar memiliki kekuatan
tak terbatas.

Barongan merupakan artefak budaya Betawi Pinggir--masyarakat Betawi yang mendapatkan pengaruh kebudayaan Tiongkok dan Sunda, dan tidak diakui keberadaannya di Betawi Tengah--
masyarakat Betawi dengan pengaruh kebudayaan Islam dari Arab dan Melayu, pada saat itu (Lissandhi, 2010).

Hal ini disebabkan karena berkaitan dengan keyakinan bahwa Barongan bukan sekadar boneka raksasa, tetapi ada unsur magis di dalamnya. 

3. Tinggi boneka ondel-ondel bisa mencapai tiga meter

Berakar dari Budaya Hindu? Begini Sejarah Ondel-Ondel Khas BetawiIlustrasi Ondel-Ondel (IDN Times/Lia Hutasoit)

Buku ini juga menuliskan tinggi boneka ondel-ondel bisa mencapai 2-3 meter dan terbuat dari kerangka bambu, serta tubuhnya terbuat dari kardus dan kertas.

Buku ini juga menjelaskan, kelompok ondel-ondel terdiri dari 15 orang yang terdiri dari pemain musik, pemain ondel-ondel dan dikomandoi seorang dalang, serta menggambarkan wanita dan pria yang berpakaian perkawinan.

Ondel-ondel diisi seseorang di dalamnya dan dikendalikan dari dalam. Kesenian ini juga kerap dijumpai di Jakarta dalam sejumlah acara adat Betawi.

Baca Juga: Cerita Sanggar Ondel-ondel Terimbas Pandemik hingga Terpaksa Mengamen

Topik:

  • Rochmanudin
  • Dwifantya Aquina
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya