Dampak Pandemik COVID-19 Terhadap Perempuan di Indonesia

Mulai dari dipecat hingga berjuang saat suami meninggal

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengungkapkan, selama masa pandemik, perempuan menjadi kelompok yang paling terkena dampak krisis akibat pandemik COVID-19.

Kondisi ini membuat posisi perempuan semakin rentan. Hal itu bahkan dinilai memperbesar kesenjangan gender yang ada di Indonesia.

“Ada banyak persoalan yang dihadapi kaum perempuan saat pandemik. Banyak perempuan pekerja dirumahkan, atau bahkan diberhentikan, termasuk pekerja formal, informal, dan migran. Sejumlah besar perempuan mengalami tantangan untuk menjadi tulang punggung keluarga karena suami mengalami pemecatan, terisolasi, atau meninggal dunia akibat COVID-19," kata Bintang pada Side-Event G20 EMPOWER , Rebuilding Women’s Productivity Post Pandemic di Yogyakarta, dilansir Jumat (19/5/2022).

1. Potensi perempuan harus ditinggkatkan demi negara dan keluarga

Dampak Pandemik COVID-19 Terhadap Perempuan di IndonesiaMenteri PPPA Bintang Puspayoga dalam Rapat Paripurna DPR RI saat pengesahan RUU TPKS pada Selasa (12/4/2022). (dok. KemenPPPA)

Bintang mengungkapkan, keberlanjutan usaha perempuan juga terancam akibat pandemik COVID-19. Sebab, penjualan yang sangat menurun dan terjadinya kelangkaan, diikuti oleh harga bahan mentah produksi yang mengalami kenaikan cukup tinggi, membuat kondisi mereka semakin sulit.

Namun, hal itu bisa teratasi. Dia menjelaskan potensi perempuan harus terus dikembangkan dan dimaksimalkan. Tidak hanya demi ekonomi negara, tapi juga untuk ketahanan keluarga.

Baca Juga: IWD 2022, Tantangan Perempuan Hadapi Beban Ganda di Situasi Pandemik

2. Melalui G20 ingatkan semua orang untuk berdayakan perempuan

Dampak Pandemik COVID-19 Terhadap Perempuan di Indonesiaupacara pembukaan G20 Indonesia (g20.org)

Melalui ajang G20 EMPOWER ini, Bintang mengatakan jika semua orang kembali diingatkan untuk tak pernah lelah bersama-sama memberdayakan perempuan, menjadi perempuan berdaya, mendorong wirausaha perempuan untuk terus berinovasi dan melindungi perempuan, baik dari stigmatisasi, stereotypes, berbagai konstruksi sosial yang merugikan perempuan dan juga kekerasan berbasis gender.

"Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap para advocates yang saat ini telah berjumlah 60 advocates yaitu para CEO atau pimpinan perusahaan yang memiliki komitmen penuh memperjuangkan partisipasi perempuan dan membuka jalan bagi perempuan menunjukkan potensi terbesar di dunia usaha,” kata dia.

3. Pandemik beri dampak kemunduran UMKM

Dampak Pandemik COVID-19 Terhadap Perempuan di Indonesia

Sementara, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki, menjelaskan bahwa pandemik menghasilkan kemunduran ekonomi dan dampaknya terlihat di UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Hal itu menyiratkan jika masalah ini amat berpengaruh pada perempuan.

Menurut dia, perempuan tercatat memiliki dan mengelola sekitar setengah dari sekitar 64,5 juta UMKM di tanah air.

"Perlu menjadi catatan khusus bahwa UMKM adalah tulang punggung negara dan UMKM yang dikelola oleh perempuan mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Dalam masa pemulihan ini, sesuai dengan tema G20, “Recover Together, Recover Stronger” semua harus bersatu membuka solusi untuk pemulihan UMKM yang dikelola perempuan. Kami memiliki komitmen tinggi memberikan pelatihan seperti literasi digital, membuka akses finansial dan memastikan perempuan tidak tertinggal dalam setiap aspek pembangunan,” ujar Teten.

Baca Juga: Perempuan Lebih Rentan Terdampak Ekonomi di Masa Pandemik, Kenapa?

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya