FOI: Separuh Anak Indonesia Pergi Sekolah dengan Perut Kosong

Anak bisa kekurangan gizi karena jajan sembarangan

Jakarta, IDN Times - Foodbank of Indonesia (FOI) memaparkan data bahwa satu dari dua anak di Indonesia pergi ke sekolah dengan keadaan perut kosong. Hal ini diungkapkan oleh Dewan Pakar FOI yang juga Dosen Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Risatianti Kolopaking 

“Dengan kata lain, 50 persen anak tidak sarapan saat ke sekolah. Sebesar 1,3 persen anak-anak tidak diberikan bekal ke sekolah. Alih-alih sarapan, 12,2 persen anak terbiasa diberi uang saku sebesar Rp5 ribu-Rp10 riu setiap hari untuk membeli jajan di sekolah, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk proses tumbuh kembangnya,” kata dia dalam keterangan resmi FOI dikutip Jumat (8/3/2024).

1. Ada 5,4 persen responden masuk kerawanan pangan berat

FOI: Separuh Anak Indonesia Pergi Sekolah dengan Perut KosongYayasan AHM mengembangkan model pengajaran keselamatan berkendara yang menyenangkan untuk anak usia dini bersama Taman Pintar dan para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Dok. IDN Times)

FOI menggelar survei sepanjang 2023 di 13 kota dan kabupaten. Total responden sebanyak 628 orang dan tersebar di 13 Kota/Kabupaten. Responden terbanyak berasal dari wilayah Jakarta Selatan dengan total 158 responden. 

Metode pengambilan sampelnya adalah dengan purposive sampling, dengan memilih lembaga PAUD/setara yang memenuhi kriteria target bekerja sama dengan lembaga baru Mentari Bangsaku.

Hasilnya 76,4 persen responden mengalami kerawanan pangan ringan, 18,2 persen kerawanan pangan sedang, 5,4 persen termasuk kategori kerawanan pangan berat. Dapat disimpulkan bahwa kerawanan pangan secara keseluruhan adalah 23,6 persen.

Baca Juga: 3 Alasan Perlu Membiasakan Anak untuk Membatasi Diri

2. Anak terbiasa jajan tak terpenuhi gizinya

FOI: Separuh Anak Indonesia Pergi Sekolah dengan Perut KosongDialog Media: Kelaparan Pada Anak PAUD pada Kamis (7/3) di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), dihadiri oleh Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan KemenPPPA (Dok. FOI)

Sementara itu, pendiri FOI M Hendro Utomo mengatakan, anak yang terbiasa membeli jajan di sekolah cenderung tidak dapat terpenuhi asupan gizinya. 

Jika berlangsung lama akan berisiko terjangkit penyakit degeneratif atau tidak menular (PTM), seperti jantung koroner, diabetes, stroke, dan lain sebagainya. 

“Penyakit degeneratif menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan berdampak pada produktivitas seseorang. Negara menanggung biaya penyakit degeneratif masyarakat dan pada tahun 2023 beban biaya tersebut naik hingga Rp30 triliun” kata Hendro. 

3. Sekolah dengan makan bersama dinilai lebih menarik bagi orang tua

FOI: Separuh Anak Indonesia Pergi Sekolah dengan Perut KosongSimulasi makan siang gratis di Tangerang (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

Hendro menjelaskan, sekolah dengan kegiatan makan bersama memiliki daya tarik bagi para orang tua untuk memasukan anaknya ke sekolah tersebut. 

“Penyediaan sarapan atau makan siang untuk anak-anak PAUD sangat penting bagi konsentrasi anak selama menerima pelajaran. Sebesar 44,2 persen responden merasakan bahwa konsentrasi anak meningkat dan 44 persen lebih aktif dan energik jika sarapan secara rutin. Asupan pangan dan pola makan menjadi kunci meningkatkan kualitas generasi yang baik,” kata dia.

Keluarga, terutama Ibu sebagai pengambil keputusan terbesar di lingkup keluarga, menjadi kunci untuk mengurangi angka kelaparan pada anak dengan lebih memperhatikan budaya makan dan asupan gizi dalam keluarganya. 

Sekolah memiliki peran penting dalam mendukung pangan dan gizi yang baik melalui literasi dan intervensi pangan, sehingga dapat menekan angka kerawanan pangan pada anak. 

Baca Juga: Resep Makanan Simpel untuk Menu Sarapan atau Sahur Kamu, Lezat!

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya