Pengalaman Mahasiswa yang Lakukan Kelas Online

Masalah koneksi hingga belajar dari WhatsApp

Jakarta, IDN Times – Virus corona atau COVID-19 saat ini masih menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Pada Rabu (25/3) Pemerintah kembali memperbaharui data pasien yang terkonfirmasi virus corona yang telah mencapai angka 790 kasus.

Pemerintah sejak Senin (16/3) juga telah menetapkan aturan  agar perusahaan dan sekolah melakukan kegiatannya di rumah, guna mengantisipasi penyebaran virus ini

“Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan ibadah dari rumah perlu terus kita gencarkan, untuk mengurangi tingkat penyebaran COVID-19," ujar Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (16/3).

Baik masyarakat biasa, pekerja, hingga pelajar merasakan imbas dari pembatasan ini. Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar baik di sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi.

IDN Times merangkum beberapa pengalaman mahasiswa yang harus melewati masa pembelajaran melalui kelas dan bimbingan online.

Baca Juga: Virus Corona Mewabah, Mustofa Sidang Skripsi Online dari Tempat Kos

1. Mahasiswi UPN Veteran Jakarta belajar dari videocall

Pengalaman Mahasiswa yang Lakukan Kelas OnlineIlustrasi video call. (IDN Times/Arief Rahmat)

Salah seorang mahasiswi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Fikriyah Nurshafa menceritakan akibat adanya pandemic corona ini dia dan teman-teman lainnya harus menjalani kelas tanpa tatap muka.

Shafa, begitu panggilannya mengatakan, setiap universitas biasanya memiliki e-learning atau platform pengumpulan tugas, materi hingga bahan diskusi secara daring.

Di kondisi saat ini kampusnya menetapkan kebijakan untuk belajar di rumah. Metodenya dengan menggunakan videocall atau dengan menggunakan google class room khusus kelas online.

“Untuk aplikasi video callnya itu bisa pake zoom, google hangouts, google meet, tergantung dari keputusan dosennya,” kata Shafa kepada IDN Times, Selasa (25/3).

2. Belajar online hanya lewat WhatsApp

Pengalaman Mahasiswa yang Lakukan Kelas OnlineIDN Times/ Helmi Shemi

Berbeda dengan Shafa, mahasiswa asal Politeknik Negeri Jakarta, yakni Imam mengatakan,  kampusnya menggunakan metode pembelajaran dari aplikasi percakapan WhatsApp selama dirumahkan.

Nantinya dosen akan memberikan materi dan mahasiswa diminta memberikan tanggapan atau pendapat serta pertanyaan tentang materi tersebut.

“Setelah itu dosen baru menjawab pertanyaan dan menyimpulkan hasil diskusi mahasiswa,” kata Imam.

3. Bimbingan skripsi diberlakukan 2 kali satu minggu karena tidak bisa tatap muka

Pengalaman Mahasiswa yang Lakukan Kelas OnlineRio Alfi menceritakan kondisi terkini di Wuhan kepada Diediet Afandi melalui video call. IDN Times/ Alfi Ramadana

Kedua mahasiswa di atas memang sedang menjalani kelas kuliah biasa, berbeda dengan mahasiwa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Tangerang Selatan yakni Wenny Fhatia yangs saat ini sedang menjalani masa skripsi.

Wenny kini menjalani bimbingan online dengan dosennya melalui online. Mereka menggunakan google meet ataupun Microsoft team dan zoom jika harus bimbingan dengan rekan lainnya.

Wenny mempunyai jadwal khusus, waktu diskusi diatur antara dia dan dosen pembimbing skripsinya selama masa darurat COVID-19 ini.

“Untuk absen kita seminggu dua kali setiap Selasa dan Kamis jam 9-11. Biasanya kan kalau offline cuma bisa seminggu sekali. Ini karena online bisa dua. Gak ada aturan harus absen sebelum jam berapa,” ujar dia.

4. Bagaimana cara dosen mengabsen mahasiswanya?

Pengalaman Mahasiswa yang Lakukan Kelas OnlineSalah satu gedung yang disterilisasi di Universitas Brawijaya setelah satu mahasiswa dinyatakan positif virus corona. IDN Times/Alfi Ramadana

Hal serupa juga berlaku untuk Shafa dan Imam. Masing-masing kampus menerapkan absen yang dilakukan di awal dan di akhir sesi kelas. Pelajar juga dituntut  aktif selama kelas online ini.

“Kalau absen biasanya dosen ngeliat dari keaktifan di diskusi google classroom atau e-learning,” ujar Shafa

Keaktifan yang dimaksud keduanya adalah aktif berkomentar tentang materi serta aktif bertanya, jika tidak nantinya mahasiswa tidak akan masuk daftar hadir.

“Mahasiswa harus aktif berkomentar atau bertanya agar dianggap hadir oleh dosennya,” kata Imam, menambahkan.

5. Kendala sinyal hingga kelas yang terlalu ramai

Pengalaman Mahasiswa yang Lakukan Kelas OnlineIDN Times/Gregorius Aryodamar P

Namun, adanya kelas online ini juga tidak selalu berjalan dengan lancar.  Wenny yang saat ini sedang menyusun skripsi cukup terganggu dengan metode bimbingan online dibandingkan dengan bimbingan tatap muka.

Masalah sinyal, kata dia adalah hal yang mengganggu. Hal ini berkaitan karena mereka harus menggunakan video call dan mengirim materi lewat email.

“Setelah bimbingan dikirimi balik lewat email, untuk di cek lagi hasil revisinya. Kendala selama bimbingan online gini sih sinyal internetnya. Kalau gak kuat ya mengganggu banget. Kalau gak sih lancar-lancar saja,” ujar Wenny.

Pengalaman Imam, dia sedikit tidak nyaman dengan suasana grup kelas yang terbilang ramai. Terkadang banyak pertanyaan atau penjelasan yang terlewat karena chat yang terus masuk.

“Karena pas mahasiswa mengutarakan pendapatnya, yang lain juga terus (kasih pendapat). Pas dosennya minta kejelasan dari mahasiswa yang satu, eh udah ketutupan sama chat dari mahasiswa lain,” kata dia.

Imam mengaku kurang setuju dengan metode pembelajaran yang hanya menggunakan WhatApps ini, dia meminta agar pihak dosen bisa menggunakan teknologi seperti videocall atau yang lainnya.

“Agar tidak terlalu ramai chat dan diskusi jadi lebih terarah dan mendalam,” kata Imam.

Sedangkan Shafa merasa bahwa kelas onlines jutru malah membebani karena semakin banyak tugas yang diberikan padahal jadwal perkuliahan masih sama saja seperti biasanya. "Sama kayak jadwal kuliah aja. Tapi tugasnya lebih banyak," ujar Shafa.

Baca Juga: Akibat Corona, Ini 5 Tips Efektif Belajar Online di Rumah

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya